Selamat Datang Di Emye Private Blog
Membaca, mendengar, dan menterjemahkan Al Qur'an
Sedikit Bigraphy Singkat tentang Aku.
Title

Bapakku

Bapakku yang Sangat Tegas Akan Sesuatu yang Dia Anggap Fundamental, Berprinsip Kuat. Sangat Religius. Jawa Banyumasan. Gualakeee Poll, hehehe...

Read More
Title

Ibuku

Ibuku.., Seorang Wanita yang Sangat Kuat, Tegar dan Banyak Akal. Bisa Menjadi Seorang Ibu Sekaligus "seorang ayah" Juga. Smart dalam bertahan hidup, Sabar di Keseharian, Walau Galak Tapi Pemaaf... Saluut Untukmu Mah...!

Read More
Title

Aku Yang...

Inilah Yang Dulu Selalu Mencari Masalah, dan Terkena Masalah dan Hampir Terkubur Karenanya.. Berharap Maaf dariNYA, Kedua Orangtuaku dan Juga Kalian Semua.. Do'akan RidhoNYA Untukku ya.. Terimakasih Untuk Kalian Semua...

Read More
Title

Rumahku Hidupku..No Place Like Home

Di Sinilah Awal Semua Kisahku.., Di Awali Dengan Kasih Sayang dan Pengharapan dan Di Jalani Dengan Kegilaan lalu Berakhir dengan Keterpurukan. No More Fly..No More Sky and No More Cry...

Read More
Title

Seberkas CahayaNYA...

Menunggu dan Berharap Banyak dariNYA... Jawaban dan Ampunan Setelah Doa-doa yang Kutambatkan.. Setiap Detik, Setiap Saat Sebelum Saat Akhir Hidupku Tiba...

Read More
Title

Pikirkan Dulu!

Pikirkan dan Pertimbangkan Semua Pilihan. Karena Kau Harus Memilih, Gunakan Kata Hatimu. Ambil Apa Yang Baik Dari Kisahku Kawan.. Semua Hikmah. Sekarang atau Tidak Sama Sekali..!!!?

Read More

Sejarah Hidup Rasulullah Muhammad SAW

October 19, 2011
 
1. KEBUDAYAAN ISLAM SEPERTI DILUKISKAN QUR'AN            (6/6)
 Muhammad Husain Haekal
 
 Dari  sini  dapat  kita  lihat  bahwa  sosialisma  dalam Islam
 bukanlah  sosialisma  harta  serta   pembagiannya,   melainkan
 sosialisma  yang  menyeluruh, yang dasarnya persaudaraan dalam
 kehidupan rohani dan  moral  serta  dalam  kehidupan  ekonomi.
 Kalau  seseorang  belum  sempurna imannya sebelum ia mencintai
 saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri, maka imannya itu
 pun memang tidak sempurna kalau tidak dapat ia turut mendukung
 orang memberantas kemiskinan dan memberikan  derma  atau  dana
 untuk  kemakmuran bersama, membagikan kekayaan sebagai karunia
 Tuhan itu, baik dengan diketahui, atau tidak diketahui  orang.
 Makin  besar cintanya kepada orang lain, makin dekat ia kepada
 Tuhan. Dia sedikit pun merasa  lebih  gembira.  Apabila  Tuhan
 telah   membuat  manusia  itu  bertingkat-tingkat,  memberikan
 rejeki kepada siapa saja yang dikehendakiNya serta  menentukan
 pula,  maka manusia takkan lebih baik keadaannya kalau tak ada
 rasa saling hormat, yang kecil menghormati yang  lebih  besar,
 yang  besar  mencintai  yang  lebih kecil, si kaya mau memberi
 untuk si miskin demi Allah semata, karena rasa syukur.
 
 Rasanya tidak perlu  kita  menyebutkan  lagi  apa  yang  sudah
 disebutkan  Qur'an  tentang  sistem  ekonomi,  tentang  waris,
 tentang  wasiat  (testamen),  tentang   perjanjian-perjanjian,
 perdagangan  dan  sebagainya.  Dalam  memberikan  isyarat yang
 singkat  sekalipun   mengenai   masalah-masalah   hukum   atau
 soal-soal  kemasyarakatan, akan memerlukan ruangan sekian kali
 lebih banyak dari pasal ini. Cukup kalau kita  sebutkan  saja,
 bahwa apa yang sudah disebutkan dalam Qur'an sehubungan dengan
 masalah-masalah tersebut kiranya  sampai  sekarang  belum  ada
 suatu  undang-undang  yang  lebih  baik dari itu. Bahkan orang
 akan  terkejut  sekali  bila  ia   melihat   adanya   beberapa
 penjelasan  seperti perjanjian tertulis mengenai utang-piutang
 sampai pada waktu tertentu  kecuali  dalam  perdagangan,  atau
 seperti   dalam  mengirimkan  dua  orang  juru  pendamai  jika
 dikuatirkan akan terjadi perceraian antara suami isteri,  atau
 terhadap  dua  golongan  yang  sedang berperang dan pihak yang
 menyerang dengan sewenang-wenang dan tidak  mau  diajak  damai
 itu  harus  diperangi  sampai  ia  mau kembali kepada perintah
 Tuhan - sungguh orang akan kagum  sekali  melihat  semua  ini.
 Apalagi    akan   membandingkannya   dengan   berbagai   macam
 undang-undang yang pernah ada,  kalau  pun  perundang-undangan
 yang  sesuai  dengan ketentuan-ketentuan yang telah diletakkan
 Qur'an itu sudah memang cukup baik.
 
 Jadi tidak mengherankan  sekali  -  seperti  yang  sudah  kita
 sebutkan  tentang  riba  dan  tentang sosialisma Islam sebagai
 dasar sistem ekonomi, yang dilukiskan di dalam  Qur'an  dengan
 penjelasan  hukum  sebagai suatu penyusunan undang-undang yang
 terbaik yang pernah ada dalam sejarah - kalau kebudayaan Islam
 itu  juga yang menjadi kebudayaan yang layak buat umat manusia
 dan yang benar-benar akan memberikan hidup bahagia.

 Setelah melihat apa yang sudah kita kemukakan mengenai lukisan
 Qur'an  tentang  kebudayaan  serta  landasannya,  mungkin  ada
 beberapa penulis Barat yang berpendapat  bahwa  sifat  manusia
 tidak  sesuai  dengan sistem yang hendak memaksanya ke tingkat
 yang lebih tinggi  diatas  kemampuan  kodratnya  sendiri,  dan
 bahwa  sistem  demikian  ini  tidak akan mampu hidup atau akan
 bertahan lama. Manusia menurut  tanggapan  mereka,  digerakkan
 oleh  rasa  harap  dan  cemas,  oleh keinginan dan nafsu, sama
 halnya dengan makhluk hewan, hanya saja dia  makhluk  berpikir
 homo   sapiens.  Bahwa  manusia  akan  menganut  suatu  sistem
 kebudayaan seperti yang digambarkan  oleh  Islam  itu,  adalah
 suatu  hal yang tidak mungkin, sekurang-kurangnya tidak mudah.
 Paling jauh yang dapat kita lakukan dalam  menyusun  kehidupan
 masyarakat   manusia   ini   ialah   memperbaiki   nafsu  itu,
 mengarahkan pikiran tentang harap dan cemas itu sebaik-baiknya
 dari segi materialisma ekonomi semata. Sedang yang di luar itu
 masyarakat tidak  akan  mampu  melaksanakannya.  Mungkin  yang
 menjadi  alasan mereka ialah karena sistem Islam itu - seperti
 yang digambarkan Qur'an dan  sudah  saya  coba  menguraikannya
 disini   secara  ringkas  -  belum  dapat  diharapkan  didalam
 masyarakat Islam sendiri kecuali pada masa Nabi dan pada  masa
 permulaan sejarah Islam. Kalau sistem ini memang sesuai dengan
 struktur kehidupan,  tentu  didalam  lingkungan  Islam  dahulu
 sudah  dapat  dijalankan  dan dari sana akan sudah tersebar ke
 seluruh dunia. Akan tetapi bilamana  hal  ini  tidak  terjadi,
 bahkan sebaliknya yang terjadi, maka anggapan bahwa sistem ini
 sangat layak, dan dapat  menjamin  kebahagiaan  umat  manusia,
 adalah anggapan yang tidak sesuai dengan kenyataan.

 Atas  keberatan  ini  kiranya  pengakuan  mereka sendiri sudah
 cukup untuk menggugurkannya,  yaitu  bahwa  sistem  Islam  itu
 berjalan  dan  dipraktekkan  pada masa Nabi dan pada permulaan
 sejarah Islam. Dan Muhammad sendiri teladan yang  paling  baik
 dalam   pelaksanaan   itu.  Kemudian  teladan  yang  baik  itu
 diteruskan oleh para khalifah  yang  mula-mula.  Mereka  terus
 berjalan   dengan  sistem  itu  sampai  mencapai  tujuan  yang
 sempurna   sebagaimana   mestinya.   Akan    tetapi,    adanya
 intrik-intrik  dan  ambisi-ambisi  yang timbul kemudian kadang
 dengan jalan Israiliat, kadang pula dengan  jalan  rasialisma,
 itulah  yang  sedikit demi sedikit telah mengancam dasar-dasar
 Islam yang sebenarnya.
 
 Akibat  daripada  semua  itu  orang  berangsur-angsur  kembali
 mengganti  kehidupan  rohani  dengan materi, sifat kemanusiaan
 dengan kebinatangan. Dan  berhenti  hanya  sampai  pada  batas
 lingkaran  peradaban dewasa ini berada, yang hakekatnya hendak
 menjerumuskan umat manusia kedalam penderitaan.

 Muhammad sendiri teladan yang baik sekali  dalam  melaksanakan
 kebudayaan  seperti  dilukiskan  Qur'an  itu.  Dalam  buku ini
 contoh itu sudah kita lihat,  bagaimana  rasa  persaudaraannya
 terhadap  seluruh  umat manusia dengan cara yang sangat tinggi
 dan sungguh-sungguh itu  dilaksanakan.  Saudara-saudaranya  di
 Mekah  semua sama dengan dia sendiri dalam menanggung duka dan
 sengsara. Bahkan dia sendiri yang lebih banyak  menanggungnya.
 Sesudah  hijrah  ke  Medinah,  dipersaudarakannya  orang-orang
 Muhajirin dengan Anshar demikian rupa, sehingga mereka  berada
 dalam  status saudara sedarah. Persaudaraan sesama orang-orang
 beriman secara umum itu adalah persaudaraan kasih-sayang untuk
 membangun  suatu  sendi  kebudayaan yang masih muda waktu itu.
 Yang  memperkuat  persaudaraan   ini   ialah   keimanan   yang
 sungguh-sungguh  kepada Allah dengan demikian kuatnya sehingga
 dibawanya Muhammad kedalam komunikasi dengan Tuhan,  Zat  Yang
 Maha  Agung.  Sikapnya  dalam perang Badr, bagaimana ia berdoa
 kepada  Tuhan   mengharapkan   pertolongan   yang   dijanjikan
 kepadanya.  Ia  minta  pertolongan  itu  dilaksanakan,  dengan
 menyebutkan bahwa bilamana angkatan Badr ini hancur,  tak  ada
 lagi  ibadat.  Ini merupakan suatu manifestasi yang kuat dalam
 komunikasi.
 
 Begitu  juga  tindakan-tindakannya  yang  lain   diluar   Badr
 menunjukkan,  bahwa  dia selalu dalam komunikasi dengan Tuhan,
 diluar saat-saat tertentu sewaktu wahyu  turun.  Komunikasinya
 ini ialah melalui keimanannya dengan sungguh-sungguh, keimanan
 yang sampai membuat mati  itu  tiada  arti  lagi.  Maut  malah
 dihadapinya  dan  diharapkannya.  Orang  yang  sungguh-sungguh
 dalam imannya tidak pernah takut mati, bahkan  mengharapkannya
 selalu. Ajal sudah ditentukan. Dimana pun manusia berada, maut
 akan mencapainya selalu, sekalipun  di  dalam  benteng-benteng
 yang  kukuh.  Iman  inilah  yang  membuat Muhammad tetap tabah
 ketika  melihat  kaum  Muslimin  lari  tunggang-langgang  pada
 permulaan  pecah  perang  Hunain. Dipanggilnya orang-orang itu
 tanpa  menghiraukan  maut  yang  sedang  mengepungnya,  dengan
 sejuinlah  kecil  orang-orang yang masih bertahan bersama-sama
 dia. Iman inilah yang membuat dia memberikan apa saja yang ada
 padanya  tanpa  ia sendiri takut kekurangan. Ia telah mencapai
 puncak  nilai-nilai  kebaikan  seperti  yang  diserukan   oleh
 Kitabullah.
 
 Dengan  teladan  baik  yang  diberikannya  itu dalam permulaan
 sejarah Islam kaum Muslimin telah mengikuti jejaknya.
 
 Semua itu, dengan Muslimin pada permulaan sejarah Islam,  yang
 telah  mengikuti teladan baik yang diberikannya, telah membuat
 Islam begitu pesat berkembang  pada  dasawarsa  pertama,  yang
 kemudian  disusul  dengan  berpulangnya  Nabi  ke rahmatullah.
 Islam tersebar ke seluruh kawasan, panji-panji Islam  berkibar
 tinggi   sesuai   dengan   kebudayaan   yang   berlaku.   Dari
 bangsa-bangsa yang tadinya sangat lemah dan berantakan,  telah
 dapat  pula  dibangun  menjadi bangsa-bangsa dan negara-negara
 yang kuat, dan menjadi pelopor ilmu pengetahuan. Dengan  jalan
 ini  telah  banyak  sekali  rahasia-rahasia  alam  yang  dapat
 diketahuinya. Karena itu diciptakannya pula karya-karya  besar
 yang  menjadi  kebanggaan  zaman sekarang, yang sudah dianggap
 sebagai zaman keemasan dan ilmu, tanpa memperkosa  kebahagiaan
 umat  manusia  karena  pengabdiannya kepada materi dan imannya
 kepada Tuhan yang masih lemah itu.

 Seperti dalam kebudayaan lain, kebudayaan  Islam  juga  banyak
 dimasuki  oleh ambisi-ambisi rasialisma dan Israiliat. Soalnya
 ialah karena ada  segolongan  ulama  yang  seharusnya  menjadi
 pewaris  para  nabi  malah mereka ini lebih menyukai kekuasaan
 daripada kebenaran, daripada nilai moral. Ilmu yang  ada  pada
 mereka  dipakai  alat  untuk  menyesatkan orang-orang awam dan
 generasi mudanya, sama halnya  dengan  kebanyakan  ulama-ulama
 sekarang  yang  juga  mau menyesatkan orang-orang awam beserta
 angkatan  mudanya  itu.   Ulama-ulama   demikian   ini   ialah
 pembela-pembela   setan,   yang   akan   lebih  berat  memikul
 tanggungjõawab dihadapan Tuhan.
 
 Maka kewajiban pertama  buat  setiap  ulama  yang  benar-benar
 ikhlas  demi  ilmu  dan  demi  Tuhan, ialah harus siap melawan
 mereka dan memberantas semua bibit yang  merusak  itu.  Mereka
 hendak  membelokkan  orang  dari kebenaran, hendak menyesatkan
 orang   dari   jalan   yang   lurus.    Apabila    ulama-ulama
 (pendeta-pendeta)  yang  menyesatkan  di  Barat itu telah ikut
 memegang peranan dalam  melibatkan  gereja  dan  ilmu  kedalam
 kancah  saling berperang dalam merebut kekuasaan, maka peranan
 demikian tidak ada buat mereka di negeri-negeri  Islam,  sebab
 dalam  kebudayaan  Islam agama dan ilmu saling terjalin, sebab
 agama tanpa ilmu suatu  kekufuran,  ilmu  tanpa  agama  sesat.
 Sekiranya  dunia  ini sampai bernaung dibawah kebudayaan Islam
 seperti yang  dilukiskan  Qur'an,  dan  tidak  diperkosa  oleh
 adanya penaklukan-penaklukan Mongolia dan yang semacamnya yang
 telah masuk Islam tapi tidak menjalankan prinsip-prinsip Islam
 atau  berusaha  menyebarkannya, malah Islam dipakainya sebagai
 alat untuk menguasai orang-orang  awam  di  kalangan  Muslimin
 dengan   prinsip   yang   sama   sekali   bertentangan  dengan
 prinsip-prinsip persaudaraan Islam - tentu keadaan  dunia  ini
 tidak  akan  seperti  ini,  umat  manusia  akan  selamat  dari
 beberapa hal yang kini  menjerumuskan  mereka  kedalam  jurang
 penderitaan.

 Saya  yakin,  bahwa kebudayaan yang dilukiskan oleh Qur'an itu
 akan tersebar ke dunia luas kalau saja  korps  ulama  ini  mau
 tampil  ke depan dengan suatu ajakan yang ilmiah caranya, jauh
 dari segala cara berpikir yang beku  dan  fanatik.  Kebudayaan
 ini  akan  berdialog  dengan  hati, juga akan berdialog dengan
 pikiran, dan dapat dijamin manusia  dari  segala  bangsa  akan
 menerimanya  dengan  hati  terbuka  tanpa  dapat  dicegah oleh
 ambisi-ambisi  pribadi.  Untuk  ini   yang   diperlukan   oleh
 ulama-ulama  itu  tidak lebih dari hanya supaya mereka menjadi
 orang-orang yang benar-benar beriman,  mengajak  orang  kepada
 ajaran  Tuhan  yang  sebenarnya  dan  kepada  kebudayaan  yang
 demikian ini dengan hati yang ikhlas demi agama. Ketika itulah
 orang   merasa  bahagia  dengan  persaudaraannya  dalam  Tuhan
 seperti pada zaman Nabi, mereka merasa bahagia.
 
 Apa yang terjadi pada masa Nabi  dan  pada  permulaan  sejarah
 Islam  sudah tidak memerlukan pembuktian lagi; dengan apa yang
 sudah saya sebutkan dalam pengantar buku ini,  bahwa  revolusi
 rohani  yang  sinarnya  sudah  dipancarkan  oleh  Muhammad  ke
 seluruh dunia ini sudah seharusnya akan membukakan jalan  umat
 manusia  kepada kebudayaan baru yang selama ini dicarinya. Dan
 saya tidak pernah ragu sekejap pun mengenai hal ini.
 
 Akan  tetapi  ada  beberapa  sarjana  Barat  yang   menyatakan
 beberapa  keberatan  dengan  menghubungkannya  pada  jiwa yang
 menjadi sumber konsepsi kebudayaan Islam itu. Atas  dasar  itu
 mereka mengambil kesimpulan, bahwa Islamlah yang menjadi sebab
 mundurnya bangsa-bangsa yang menganut agama ini. Yang  penting
 diantaranya  ialah  apa  yang  mereka  katakan, bahwa jabariah
 Islam itulah yang membuat semangat  umat  Islam  jadi  kendor,
 membuat  mereka  malas  menghadapi  perjuangan hidup, sehingga
 mereka  menjadi  golongan  yang  hina-dina.  Dalam  menghadapi
 tantangan  ini  dan  apa  yang sejalan dengan itu, inilah yang
 akan menjadi pokok pembahasan kedua pada bagian  penutup  buku
 ini.
 
 Catatan kaki:
 
  1 Lihat halaman xlvii (A).
    
  2 Kata 'irfan dan ma'rifat yang kadang mempunyai arti
    yang sama, disini kata ma'rifat tidak saya pergunakan
    sebagai istilah ilmiah yang umum dalam tasauf dan ilmu
    kalam, juga tidak saya salin dengan gnosis atau
    connaissance, melainkan   mengingat persoalannya
    secara konotatif saya pergunakan kata persepsi, yakni
    pengamatan, pengenalan dan kesadaran batin (A).
    
  3 Sudah tentu terjemahan ayat-ayat Qur'an di atas
    begitu juga yang lain   tidak akan dapat mengungkapkan
    keagungan dan keindahan yang terkandung dalam bahasa
    aslinya, yang memang tidak mungkin dapat ditiru atau
    diterjemahkan dengan gaya yang sama (A).
    
  4 I'jaz, 'yang tak dapat ditiru,' ciri khas Qur'an yang
    luar biasa, yang juga dari akar kata yang sama dengan
    mujizat (A).
 

0 komentar:

Post a Comment

Just select text on the page and get instant translation from Google Translate!
Google Translate Client