Selamat Datang Di Emye Private Blog
Membaca, mendengar, dan menterjemahkan Al Qur'an
Sedikit Bigraphy Singkat tentang Aku.
Title

Bapakku

Bapakku yang Sangat Tegas Akan Sesuatu yang Dia Anggap Fundamental, Berprinsip Kuat. Sangat Religius. Jawa Banyumasan. Gualakeee Poll, hehehe...

Read More
Title

Ibuku

Ibuku.., Seorang Wanita yang Sangat Kuat, Tegar dan Banyak Akal. Bisa Menjadi Seorang Ibu Sekaligus "seorang ayah" Juga. Smart dalam bertahan hidup, Sabar di Keseharian, Walau Galak Tapi Pemaaf... Saluut Untukmu Mah...!

Read More
Title

Aku Yang...

Inilah Yang Dulu Selalu Mencari Masalah, dan Terkena Masalah dan Hampir Terkubur Karenanya.. Berharap Maaf dariNYA, Kedua Orangtuaku dan Juga Kalian Semua.. Do'akan RidhoNYA Untukku ya.. Terimakasih Untuk Kalian Semua...

Read More
Title

Rumahku Hidupku..No Place Like Home

Di Sinilah Awal Semua Kisahku.., Di Awali Dengan Kasih Sayang dan Pengharapan dan Di Jalani Dengan Kegilaan lalu Berakhir dengan Keterpurukan. No More Fly..No More Sky and No More Cry...

Read More
Title

Seberkas CahayaNYA...

Menunggu dan Berharap Banyak dariNYA... Jawaban dan Ampunan Setelah Doa-doa yang Kutambatkan.. Setiap Detik, Setiap Saat Sebelum Saat Akhir Hidupku Tiba...

Read More
Title

Pikirkan Dulu!

Pikirkan dan Pertimbangkan Semua Pilihan. Karena Kau Harus Memilih, Gunakan Kata Hatimu. Ambil Apa Yang Baik Dari Kisahku Kawan.. Semua Hikmah. Sekarang atau Tidak Sama Sekali..!!!?

Read More

Sejarah Hidup Rasulullah Muhammad SAW

October 19, 2011
1. KEBUDAYAAN ISLAM SEPERTI DILUKISKAN QUR'AN            (5/6)
 Muhammad Husain Haekal
 
 Jadi  pembinaan  sistem watak dan moral atas dasar untung-rugi
 ini  sewaktu-waktu  akan  menjerumuskannya   kedalam   bahaya.
 Sebaliknya,  apabila  pembinaannya  itu didasarkan atas sistem
 rohani seperti dirumuskan oleh Qur'an, ini akan menjamin tetap
 bertahan, takkan terpengaruh oleh sesuatu kelemahan. Niat yang
 menjadi pangkal bertolaknya perbuatan  ialah  dasar  perbuatan
 itu  dan sekaligus harus menjadi kriteriumnya pula. Orang yang
 membeli undian untuk Pembanguman sebuah rumahsakit,  ia  tidak
 membelinya   dengan  niat  hendak  beramal,  melainkan  karena
 mengharapkan keuntungan. Orang yang memberi karena  ada  orang
 yang  datang  meminta  secara  mendesak  dan ia memberi karena
 ingin melepaskan diri, tidak sama dengan  orang  yang  memberi
 karena kemauan sendiri, yaitu memberi kepada mereka yang tidak
 meminta secara mendesak, mereka yang  oleh  orang  yang  tidak
 mengetahui  dikira orang-orang yang berkecukupan karena mereka
 memang  tidak  mau  meminta-minta  itu.  Orang  yang   berkata
 sebenarnya   kepada  hakim  karena  takut  akan  sanksi  hukum
 terhadap seorang saksi palsu, tidak  sama  dengan  orang  yang
 berkata  sebenarnya karena ia memang yakin akan arti kebenaran
 itu. Juga  moral  yang  landasannya  perhitungan  untung  rugi
 kekuatannya  tidak  akan sama dengan moral yang sudah diyakini
 benar bahwa itu bertalian dengan  kehormatan  dirinya  sebagai
 manusia,  bertalian  dengan  keimanannya  kepada  Allah. Dalam
 hatinya sudah tertanam landasan rohani yang dasarnya  keimanan
 kepada Allah itu.

 Qur'an  tetap  menekankan,  bahwa  pikiran yang rasionil harus
 tetap  bersih,  jangan  dimasuki  oleh   sesuatu   yang   akan
 mempengaruhi  lukisan  iman  dan  watak  yang  indah itu. Oleh
 karenanya minuman keras dan judi itu dipandang  kotor  sebagai
 perbuatan  setan.  Kalaupun  ada  manfaatnya buat orang, namun
 dosanya lebih besar dari  manfaatnya.  Dengan  demikian  harus
 dijauhi.  Perjudian akan mengalihkan perhatian si penjudi dari
 persoalan lain, waktunya  akan  habis  dan  hiburan  ini  akan
 membuatnya  lupa dari segala kewajiban moral yang baik. Sedang
 minuman keras akan menghilangkan pikiran  dan  harta  -  untuk
 meminjam katakata Umar bin'l-Khattab, ketika ia berharap Tuhan
 akan memberikan  penjelasan  mengenai  hal  ini.  Sudah  wajar
 sekali  pikiran  yang  rasionil  itu  akan jadi sesat kalau ia
 hilang atau  berubah,  dan  kesesatan  itu  akan  lebih  mudah
 mendorong   orang   melakukan   perbuatan  rendah,  sebaliknya
 daripada akan menjauhkan diri dari kejahatan.
 
 Sistem moral yang dibawa Qur'an untuk 'negara utama' itu bukan
 dengan   tujuan  supaya  jiwa  manusia  samasekali  jauh  dari
 kenikmatan hidup yang diberikan Tuhan, sehingga  karenanya  ia
 akan  hanyut  ke dalam hidup pertapaan dalam merenungkan alam,
 dan menyiksa diri dalam menuntut ilmu untuk itu. Sistem  moral
 ini  tidak  rela  membiarkan  manusia  menyerahkan diri kepada
 kesenangan supaya jangan ia tenggelam kedalam jurang kemewahan
 dan  karenanya  ia  akan melupakan segalanya. Bahkan moral ini
 hendak membuat manusia menjadi umat  pertengahan,  mengarahkan
 mereka  kepada  lembaga  budi  yang  lebih murni, lembaga yang
 mengenal alam dan segala isinya ini.

 Qur'an bicara tentang ciptaan Tuhan yang ada  dalam  alam  ini
 dengan  suatu  pengarahan yang hendak mengantarkan kita sejauh
 mungkin dapat kita  ketahui.  Ia  bicara  tentang  bulan  hari
 Pertama,  tentang matahari dan bulan, tentang siang dan malam,
 tentang bumi dan apa yang dihasilkan bumi, tentang langit  dan
 bintang-bintang  yang  menghiasinya,  tentang samudera, dengan
 kapal yang berlayar supaya kita dapat menikmati karunia Tuhan,
 tentang  binatang  untuk  beban  dan  ternak, tentang ilmu dan
 segala cabangnya yang terdapat dalam alam ini.  Qur'an  bicara
 tentang   semua   ini,   dan  menyuruh  kita  merenungkan  dan
 mempelajarinya, supaya kita menikmati segala  peninggalan  dan
 hasilnya  itu  sebagai  tanda  kita  bersyukur  kepada  Allah.
 Apabila Qur'an telah mengajarkan etika Qur'an kepada  manusia,
 menganjurkan  mereka  supaya  berusaha  terus untuk mengetahui
 segala yang ada dalam alam ini,  sudah  sepatutnya  pula  bila
 dari  pengamatan  mereka dengan jalan akal pikiran itu, mereka
 akan sampai ke tujuan sejauh yang dapat  ditangkap  oleh  akal
 pikirannya  itu. Sudah sepatutnya pula mereka membangun sistem
 ekonominya itu atas dasar yang sempurna.

 Sistem ekonomi yang  dibangun  atas  dasar  moral  dan  rohani
 seperti  yang  sudah  kita sebutkan itu, sudah seharusnya akan
 mengantarkan manusia ke dalam  hidup  bahagia,  dan  menghapus
 segala  penderitaan  dari muka bumi ini. Prinsip-prinsip agung
 yang oleh Qur'an ditekankan sekali supaya  ditanamkan  kedalam
 jiwa seperti di tempat akidah dan iman itu, akan membuat orang
 tidak sudi melihat masih adanya penderitaan di muka bumi  ini,
 atau  masih adanya kekurangan yang dapat diberantas tapi tidak
 dilakukan. Bagi orang yang  sudah  mendapat  ajaran  ini  yang
 pertama  sekali  akan ditolaknya ialah riba yang menjadi dasar
 kehidupan  ekonomi  dewasa  ini,  dan  yang   menjadi   sumber
 pendieritaan  seluruh  umat  manusia.  Oleh  karena itu Qur'an
 secara tegas sekali mengharamkan, seperti dalam firman Tuhan:

 "Mereka yang memakan riba tidak akan dapat berdiri, kalau  pun
 berdiri  hanya  akan  seperti orang yang sudah kemasukan setan
 karena penyakit gila." (Qur'an 2: 275)
 
 "Setiap riba yang kamu lakukan untuk menambah harta orang lain
 dalam pandangan Allah tidak akan dapat bertambah. Tetapi zakat
 yang kamu lakukan demi keridaan Allah, mereka  itu  yang  akan
 mendapat balasan berlipat ganda." (Qur'an 30: 39)
 
 Diharamkannya  riba  adalah  norma dasar untuk kebudayaan yang
 akan dapat  menjamin  kebahagiaan  dunia.  Bahaya  riba  dalam
 bentuknya  yang  paling  kecil  ialah ikut sertanya orang yang
 tidak bekerja dalam suatu hasil usaha orang lain hanya  karena
 ia  sudah meminjamkan uang kepadanya, dengan alasan lagi bahwa
 dengan meminjamkan itu ia sudah membantu orang lain memperoleh
 hasil  keuntungan itu. Sebaliknya kalau ini tidak dilakukan si
 peminjam tidak  akan  dapat  berusaha  dan  dengan  sendirinya
 takkan   dapat  memungut  keuntungan.  Kalau  hanya  ini  saja
 satu-satunya bentuk riba itu, ini pun takkan  dapat  dijadikan
 alasan.   Kalau   orang   yang   meminjamkan  uang  itu  mampu
 menjalankan sendiri, ia tidak akan meminjamkannya kepada orang
 lain,  dan  kalau  uang  itu  tetap  ditangannya sendiri tidak
 dijalankan  dalam  usaha,  maka  uang  itu  pun   tidak   akan
 mendatangkan  keuntungan.  Sebaliknya,  sedikit  demi  sedikit
 uangnya itu akan habis dimakan  pemiliknya  sendiri.  Jika  ia
 akan  meminta  bantuan  orang  lain menjalankan uangnya dengan
 bagi hasil  menurut  keuntungan  yang  akan  diperoleh,  tentu
 caranya  bukan  dengan  jalan dipinjamkan sebagai modal dengan
 laba tertentu, melainkan dengan cara si pemilik uang itu  ikut
 serta  dengan  orang  yang menjalankan uangnya atas dasar bagi
 untung. Kalau si pengusaha beruntung, maka  si  pemilik  modal
 itu  pun  akan mendapat bagian keuntungan; kalau rugi, dia pun
 akan  turut  memikul  kerugiannya.  Sebaliknya  kalau   kepada
 pemilik  modal  itu  akan ditentukan suatu laba, meskipun yang
 mengusahakan  tidak  mendapat  keuntungan  apa-apa,  maka  itu
 adalah  suatu  eksploitasi illegal, suatu pemerasan yang tidak
 sah.
 
 Dan  tidak  akan  dapat  terjadi   bahwa   harta   itu   dapat
 diperlakukan   seperti   yang  lain-lain,  dapat  dipersewakan
 seperti menyewakan tanah atau menyewakan hewan, dan bahwa laba
 uang  tunai  harus sesuai dengan hasil sewa barang-barang yang
 lain itu. Uang yang dapat dipakai untuk pengeluaran dan  dapat
 juga  dipakai  untuk  produksi,  yang  bisa dimanfaatkan untuk
 kebaikan dan juga dapat menimbulkan kejahatan  (dosa),  dengan
 harta  bergerak  dan  tidak  bergerak  lainnya,  besar  sekali
 perbedaannya. Orang yang  menyewa  tanah,  rumah,  hewan  atau
 barang  apa pun, tentu karena ingin dimanfaatkan, yang berarti
 akan sangat berguna buat dia, kecuali jika  dia  memang  orang
 bodoh  atau orang edan, yang segala gerak-geriknya sudah tidak
 lagi diperhitungkan orang.
 
 Sebaliknya yang mengenai uang modal,  yang  biasanya  dipinjam
 untuk    tujuan-tujuan    perdagangan   yang   sebaik-baiknya.
 Perdagangan itu senantiasa dihadapkan kepada soal untung  atau
 rugi.  Sedang mengenai sewa-menyewa barang-barang bergerak dan
 tidak bergerak untuk dijalankan dalam  usaha,  sedikit  sekali
 yang  mengalami kerugian, kecuali dalam keadaan yang abnormal,
 yang tidak masuk dalam keadaan biasa. Apabila keadaan abnormal
 ini  yang  terjadi,  maka  kekuasaan  hukum segera pula campur
 tangan antara si pemilik dengan  si  penyewa  -  seperti  yang
 sering   terjadi   dalam   semua   negara  di  dunia  -  untuk
 menghilangkan  ketidak  adilan  terhadap  si   penyewa   serta
 menolongnya  dari tindakan si pemilik yang hanya akan memungut
 laba dari usahanya itu. Sebaliknya,  dengan  menentukan  bunga
 uang  tunai,  dengan  lebih-kurang  7% atau 9%, maka ini tidak
 akan mengubah, bahwa si peminjam dapat terancam oleh  kerugian
 modal,  disamping kerugian usahanya sendiri. Apabila disamping
 itu dia masih juga lagi dituntut  dengan  bunga,  maka  inilah
 yang  disebut  kejahatan  (dosa).  Akibat ini akan menimbulkan
 permusuhan, sebaliknya daripada persaudaraan; akan menimbulkan
 kebencian,  bukan  cinta kasih. Inilah sumber kesengsaraan dan
 segala krisis yang diderita umat manusia dewasa ini.

 Kalau memang inilah bahaya riba dalam  bentuknya  yang  paling
 kecil,  dan  begitu  pula  akibat-akibat  yang timbul, apalagi
 dengan bentuk lain tatkala si pemberi pinjaman itu sudah lebih
 mendekati  binatang buas daripada manusia, atau sipeminjam itu
 sudah sangat membutuhkan  uang  di  luar  keperluan  penanaman
 modal  atau  produksi.  Adakalanya  ia sangat membutuhkan uang
 untuk  keperluan  nafkah  yang  konsumtif,   untuk   keperluan
 makannya  atau  makan  keluarganya. Ketika itulah perhatiannya
 hanya pada yang  lebih  mudah  saja  dulu,  sebelum  ia  dapat
 memegang  sesuatu  pekerjaan  yang  dapat  menjamin  keperluan
 hidupnya dan kemudian dapat  membayar  kembali  utangnya.  Ini
 sudah  merupakan  satu  tugas  perikemanusiaan sebagai langkah
 pertama. Dan ini pula yang dirumuskan  oleh  Qur'an.  Bukankah
 dalam  keadaan serupa ini pemberian pinjaman dengan riba sudah
 merupakan suatu kejahatan yang sama  dengan  pembunuhan?  Yang
 lebih  parah lagi dari kejahatan ini ialah adanya segala macam
 tipu-muslihat dengan  jalan  riba  itu  untuk  merampas  harta
 orang-orang  yang lemah, orang-orang yang tidak pandai menjaga
 hartanya. Tipu muslihat ini tidak kurang  pula  jahatnya  dari
 pencurian  yang  rendah.  Dan  setiap pelaku ke arah ini harus
 dihukum seperti pencuri atau lebih keras lagi.

 Riba adalah salah satu faktor yang turut  menjerumuskan  dunia
 ke  dalam  bencana penjajahan, dengan segala macam penderitaan
 yang ditimbulkan oleh penjajahan itu. Sebagian  besar  masalah
 penjaJahan  itu  dimulai  oleh sekelompok tukang-tukang riba -
 secara perseorangan atau dalam bentuk badan-badan usaha - yang
 mendatangi  beberapa  negara dengan memberikan pinjaman kepada
 penduduk. Kemudian mereka  menyusup  masuk  lebih  dalam  lagi
 sampai mereka dapat menguasai sumber-sumber kekayaan. Bilamana
 kelak  anak  negeri  sudah  menyadari   kembali   dan   hendak
 mempertahankan  diri  dan  harta mereka, orang-orang asing itu
 cepat-cepat meminta bantuan negaranya. Negara ini pun kemudian
 masuk  atas  nama  hendak  melindungi  rakyatmya.  Kemudian ia
 menyusup juga masuk lebih dalam lagi,  lalu  berkuasa  sebagai
 penjajah.  Sekarang mereka sebagai yang dipertuan. Kemerdekaan
 orang lain dirampas.  Sebagian  besar  sumber-sumber  kskayaan
 negeri itu mereka kuasai. Dengan demikian kekayaan mereka jadi
 hilang, penderitaan mulai mencekam  seluruh  kawasan  itu  dan
 bayangan  kesengsaraan  sudah  pula merayap-rayap kedalam hati
 mereka. Pikiran mereka jadi  kacau,  moral  jadi  lemah,  iman
 mereka  pun mulai goyah. Martabat mereka jadi turun dari taraf
 manusia yang sebenarnya ke taraf yang lebih  hina,  yang  bagi
 orang   yang  beriman  kepada  Allah  tidak  akan  sudi  hidup
 demikian, sebab, hanya kepada Allah semata  orang  merendahkan
 diri dan harus mengabdi.
 
 Juga  penjajahan  itu  sumber  peperangan,  sumber penderitaan
 besar yang  sangat  menekan  kehidupan  seluruh  umat  manusia
 dewasa  ini.  Selama  ada  riba, selama ada penjajahan, jangan
 diharap manusia akan dapat kembali ke  masa  persaudaraan  dan
 saling  cinta  antara  sesamanya. Harapan akan kembali ke masa
 serupa itu tidak akan ada, kecuali jika kebudayaan atas  dasar
 yang  dibawa  oleh Islam dan diwahyukan dalam Qur'an itu dapat
 dibangun kembali.

 Didalam Qur'an ada konsepsi sosialisma yang belum lagi dibahas
 orang. Sosialisma ini tidak didasarkan kepada perang modal dan
 perjuangan  kelas,  seperti  yang  terdapat   sekarang   dalam
 sosialisma  Barat, melainkan dasarnya ialah karakter dan moral
 yang tinggi yang  akan  menjamin  adanya  persaudaraan  kelas,
 adanya  kerja-sama  dan  saling  bantu atas dasar kebaikan dan
 kebaktian, bukan kejahatan dan saling permusuhan. Tidak  sulit
 orang akan melihat landasan sosialisma atas dasar persaudaraan
 ini, seperti yang sudah ditentukan oleh Qur'an mengenai  zakat
 dan sedekah misalnya. Orang  dapat menilai, bahwa ini bukanlah
 sosialisma dengan dominasi suatu kelas atas kelas  yang  lain,
 atau   kekuasaan  suatu  golongan  atas  golongan  yang  lain.
 Kebudayaan yang dilukiskan oleh Qur'an tidak  mengenal  adanya
 dominasi   atau   sikap   berkuasa,   melainkan   atas   dasar
 persaudaraan yang sungguh-sungguh yang didorong oleh keyakinan
 yang  kuat akan persaudaraan itu; suatu keyakinan yang membuat
 orang dengan mengingat karunia Tuhan itu mau memberi untuk  si
 miskin,  orang melarat, orany yang membutuhkan dan segala yang
 diperlukannya  akan  makanan,  tempat  tinggal,   obat-obatan,
 pengajaran  dan  pendidikan.  Mereka memberikan itu atas dasar
 keikhlasan dan kejujuran. Dengan  demikian  penderitaan  dapat
 dihilangkan, karunia Tuhan dan kebahagiaan dapat merata kepada
 umat manusia.

 Sosialisma Islam  ini  tidak  sampai  menghapuskan  hak  milik
 secara   mutlak,   seperti  halnya  dengan  sosialisma  Barat.
 Kenyataan  sudah  membuktikan  -  bolsyevisma  di  Rusia   dan
 negara-negara  sosialis lainnya - bahwa menghapuskan hak milik
 itu suatu hal yang tidak  mungkin.  Sungguhpun  begitu,  namun
 perusahaan-perusahaan negara harus tetap menjadi milik bersama
 untuk   kepentingan   semua    orang.    Mengenai    ketentuan
 perusahaan-perusahaan  negara itu terserah kepada negara. Oleh
 karena itu mengenai ketentuan ini  sejak  abad-abad  permulaan
 dalam  sejarah  Islam  sudah terdapat perbedaan pendapat. Dari
 kalangan sahabat-sahabat Nabi sendiri ada yang terlampau keras
 menjalankan  ketentuan  sosialisma  ini,  sehingga segala yang
 diciptakan Tuhan dijadikan milik bersama dan untuk kepentingan
 umum.  Mereka memandang tanah dan segala yang terkandung, sama
 dengan air dan udara, tidak boleh menjadi milik pribadi.  Yang
 boleh  dimiliki  hanya hasilnya, yang disesuaikan dengan usaha
 dan perjuangan masing-masing. Ada juga yang tidak  berpendapat
 demikian.  Mereka  menyatakan  bahwa  tanah boleh dimiliki dan
 dianggap sebagai barang-barang yang boleh dipertukarkan.

 Akan tetapi persetujuan yang sudah dicapai di kalangan  mereka
 ialah  sama  dengan  yang  berlaku  di  Eropa  sekarang, yaitu
 menentukan  bahwa  setiap  orang  harus   mencurahkan   segala
 kemampuannya  untuk  kepentingan  masyarakat,  dan  masyarakat
 harus pula berusaha, untuk kepentingan pribadi dalam mengatasi
 segala    keperluannya.    Setiap   Muslim   berhak   menerima
 kebutuhannya serta kebutuhan orang yang menjadi  tanggungannya
 dari  baitulmal  (perbendaharaan  negara)  Muslimin, selama ia
 belum  mendapat  pekerjaan  yang   akan   menjamin   keperluan
 hidupnya,  atau  selama  pekerjaan  yang dipegangnya itu tidak
 mencukupi keperluannya dan keperluan keluarganya.
 
 Selama norma-norma etik di dalam Qur'an  seperti  yang  sudah
 kita  sebutkan  itu dijalankan, maka tidak akan ada orang yang
 mau berdusta; tidak akan ada orang yang mau mengatakan,  bahwa
 ia  penganggur, padahal yang sebenarnya dia tidak mau bekerja,
 tidak akan ada orang yang mau  menyatakan,  bahwa  penghasilan
 dari  pekerjaannya  tidak  mencukupi, padahal sebenarnya sudah
 lebih dari cukup. Khalifah-khalifah pada masa permulaan  Islam
 dahulu  sudah mewajibkan diri menyelidiki sendiri keadaan umat
 Islam untuk kemudian dapat mengatasi  segala  keperluan  orang
 yang memang berada dalam kebutuhan.
 
                                     (bersambung ke bagian 6/6)
 

0 komentar:

Post a Comment

Just select text on the page and get instant translation from Google Translate!
Google Translate Client