Selamat Datang Di Emye Private Blog
Membaca, mendengar, dan menterjemahkan Al Qur'an
Sedikit Bigraphy Singkat tentang Aku.
Title

Bapakku

Bapakku yang Sangat Tegas Akan Sesuatu yang Dia Anggap Fundamental, Berprinsip Kuat. Sangat Religius. Jawa Banyumasan. Gualakeee Poll, hehehe...

Read More
Title

Ibuku

Ibuku.., Seorang Wanita yang Sangat Kuat, Tegar dan Banyak Akal. Bisa Menjadi Seorang Ibu Sekaligus "seorang ayah" Juga. Smart dalam bertahan hidup, Sabar di Keseharian, Walau Galak Tapi Pemaaf... Saluut Untukmu Mah...!

Read More
Title

Aku Yang...

Inilah Yang Dulu Selalu Mencari Masalah, dan Terkena Masalah dan Hampir Terkubur Karenanya.. Berharap Maaf dariNYA, Kedua Orangtuaku dan Juga Kalian Semua.. Do'akan RidhoNYA Untukku ya.. Terimakasih Untuk Kalian Semua...

Read More
Title

Rumahku Hidupku..No Place Like Home

Di Sinilah Awal Semua Kisahku.., Di Awali Dengan Kasih Sayang dan Pengharapan dan Di Jalani Dengan Kegilaan lalu Berakhir dengan Keterpurukan. No More Fly..No More Sky and No More Cry...

Read More
Title

Seberkas CahayaNYA...

Menunggu dan Berharap Banyak dariNYA... Jawaban dan Ampunan Setelah Doa-doa yang Kutambatkan.. Setiap Detik, Setiap Saat Sebelum Saat Akhir Hidupku Tiba...

Read More
Title

Pikirkan Dulu!

Pikirkan dan Pertimbangkan Semua Pilihan. Karena Kau Harus Memilih, Gunakan Kata Hatimu. Ambil Apa Yang Baik Dari Kisahku Kawan.. Semua Hikmah. Sekarang atau Tidak Sama Sekali..!!!?

Read More

Sejarah Hidup Rasulullah Muhammad SAW

October 19, 2011
1. KEBUDAYAAN ISLAM SEPERTI DILUKISKAN QUR'AN            (4/6)
 Muhammad Husain Haekal
 
 Apabila negara-negara yang  sudah  tinggi  kebudayaannya  pada
 zaman   kita   sekarang   ini  mendirikan  rumah-rumah  sakit,
 lembaga-lembaga sosial dan amal untuk  menolong  fakir-miskin,
 atas  nama  kasih  sayang  dan  kemanusiaan, maka didirikannya
 lembaga-lembaga itu karena  didorong  oleh  rasa  persaudaraan
 serta  rasa  cinta  dan  syukur  kepada Allah atas nikmat yang
 diterimanya, sungguh ini suatu pikiran yang lebih  tinggi  dan
 lebih   tepat   memberikan  kebahagiaan  kepada  seluruh  umat
 manusia, seperti dalam firman Tuhan:
 
 "Dengan  kenikmatan  yang  telah  diberikan  Allah   kepadamu,
 carilah  kebahagiaan  akhirat,  tapi jangan kaulupakan nasibmu
 dalam dunia  ini.  Berbuatlah  kebaikan  (kepada  orang  lain)
 seperti  Tuhan  telah  berbuat  kebaikan  kepadamu, dan jangan
 engkau berbuat bencana di muka bumi ini. Allah  sungguh  tidak
 mencintai orang-orang yang berbuat bencana." (Qur'an, 28: 77)

 Persaudaraan  insani ini akan menambah rasa cinta manusia satu
 sama  lain.  Dalam  Islam,  rasa  cinta  demikian  ini   tidak
 seharusnya  akan terhenti pada batas-batas tanah air tertentu,
 atau hanya terbatas pada salah  satu  benua.  Yang  seharusnya
 bahkan tidak boleh mengenal batas samasekali.
 
 Oleh  karena  itu,  dari  seluruh  pelosok  bumi manusia harus
 saling mengenal, supaya satu sama  lain  dapat  menambah  rasa
 cinta  kepada  Allah,  dan  rasa cinta ini akan menambah tebal
 iman mereka kepada Allah.  Untuk  mencapai  itu  manusia  dari
 segenap  penjuru  bumi  harus  berkumpul dalam satu irama yang
 sama, tanpa diskriminasi, dan tempat  berkumpul  yang  terbaik
 untuk  itu  ialah  di tempat memancarnya cinta ini. Dan tempat
 itu ialah Baitullah di Mekah, dan inilah yang  disebut  ibadah
 haji.  Orang-orang  beriman  tatkala berkumpul disana, tatkala
 mereka melaksanakan segala upacara, mereka menempuh cara hidup
 yang luhur sebagai teladan iman kepada Allah, dengan niat yang
 ikhlas menghadapkan diri kepadaNya.
 
 "Musim  haji  itu  ialah  dalam  beberapa  bulan  yang   sudah
 ditentukan.   Barangsiapa   sudah   membulatkan   niat  selama
 bulan-bulan itu hendak  menunaikan  ibadah  haji,  maka  tidak
 boleh   ada   suatu  percakapan  kotor,  perbuatan  jahat  dan
 berbantah-bantahan  selama  dalam  mengerjakan  haji.   Segala
 perbuatan baik yang kamu lakukan, Tuhan mengetahuinya. Bawalah
 perbekalanmu, dan perbekalan yang paling  baik  ialah  menjaga
 diri  dari  perbuatan  hina.  Patuhilah Aku, wahai orang-orang
 yang berpikiran sehat." (Qur'an. 2: 197)
 
 Di  dataran  tinggi  ini,  di   tempat   orang-orang   beriman
 menunaikan  ibadah  haji untuk saling berkenalan, untuk saling
 mempererat tali persaudaraan, dan tali persaudaraan  ini  akan
 lebih  memperkuat  iman  di  tempat ini - segala perbedaan dan
 diskriminasi yang bagaimanapun di kalangan orang-orang beriman
 itu  harus  hilang. Mereka harus merasa, bahwa dihadapan Tuhan
 mereka itu sama. Mereka menghadapkan seluruh hati  sanubarinya
 untuk  mernenuhi  panggilan  Tuhan,  benar-benar  beriman akan
 keesaanNya, bersyukur akan nikrnat  yang  telah  diberikanNya.
 Rasanya  tak  ada  kenikmatan yang lebih besar daripada nikmat
 iman  akan  keagungan  Tuhan,   sumber   segala   kebahagiaan.
 Dihadapan  cahaya  iman  serupa ini, segala angan-angan kosong
 tentang hidup akan sirna, segala  kebanggaan  dan  kecongkakan
 karena  harta,  karena turunan, karena kedudukan dan kekuasaan
 akan lenyap. Dan karena cahaya iman  itu  juga,  maka  manusia
 akan  dapat  menyadari  arti kebenaran, kebaikan dan keindahan
 yang ada dalam dunia ini, akan  dapat  memahami  undang-undang
 Tuhan  yang  abadi, dalam semesta alam ini, yang takkan pernah
 berubah dan berganti. Suatu pertemuan umum yang luas ini telah
 dapat melaksanakan arti persaudaraan dan persamaan semua orang
 beriman dalam bentuknya yang paling luas, luhur dan bersih.

 Inilah ketentuan-ketentuan dan  kaidah-kaidah  Islam  seperti
 yang  diwahyukan  kepada Muhammad 'alaihissalam. Ini terrnasuk
 prinsip-prinsip iman seperti sudah kita lihat dalam  ayat-ayat
 yang  kita  kutip  tadi, dan sebagai prinsip-prinsip kehidupan
 rohani Islam. Sesudah semua kita lihat, akan mudah sekal  kita
 menilai,  norrna-norma etika apa yang harus kita terapkan atas
 dasar itu. Norma-norma ini memang sungguh luhur  sekali,  yang
 memang  belum  ada tandingannya dalam kebudayaan mana pun atau
 dalam zaman apa pun.  Apa  yang  akan  membawa  manusia  untuk
 mencapai  kesempurnaannya  bila  saja  ia  dapat  melatih diri
 sebagaimana mestinya,  oleh  Qur'an  sudah  dirumuskan,  bukan
 hanya  dalam  satu  surah  saja  hal  ini  disebutkan,  bahkan
 disana-sini juga disebut. Begitu salah satu surah  kita  baca,
 kita  sudah  dibawa  ke  puncak  yang lebih tinggi, yang belum
 dicapai oleh suatu kebudayaan sebelum itu, juga tidak  mungkin
 akan   dicapai   oleh   kebudayaan  yang  sesudah  itu.  Untuk
 mengetahui betapa agungnya  klimaks  yang  telah  dicapai  itu
 cukup  kita lihat misalnya adat sopan santun atas dasar rohani
 ini yang bersumberkan  keimanan  kepada  Allah  serta  latihan
 mental  dan hati kita atas dasar tersebut, tanpa orang melihat
 akan mencari keuntungan materi di balik sernua itu.

 Dalam berbagai zaman dan bangsa, penulis-penulis sudah  sering
 sekali  melukiskan  gambar  Manusia  Sempurna - atau Superman.
 Penyair-penyair,    para    pengarang,    filsuf-filsuf    dan
 penulis-penulis  drama, sejak zaman dahulu mereka sudah pernah
 melukiskan gambaran  ini,  dan  sampai  sekarang  masih  terus
 melukiskan.  Tetapi sungguhpun demikian, tidak akan ada sebuah
 gambaran manusia sempurna yang dilukiskan begitu cemerlang dan
 unik  seperti  disebutkan dalam rangkaian Surah al-Isra' (17).
 Ini baru sebagian saja hikmah  yang  diwahyukan  Allah  kepada
 Rasul,  bukan  dimaksudkan  untuk  melukiskan Manusia Sempurna
 melainkan  untuk   mengingatkan   manusia   tentang   beberapa
 kewajiban. Dalam hal ini firman Allah:
 
 "Dan  Tuhanmu sudah memerintahkan, jangan ada yang kamu sembah
 selain Dia dan supaya berbuat baik kepada ibu-bapa. Jika salah
 seorang  dari keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut
 dalam pemeliharaanmu, janganlah  kamu  mengucapkan  kata  "ah"
 kepada  mereka  dan  jangan  pula  kamu membentak mereka, tapi
 ucapkanlah dengan kata-kata yang mulia kepada mereka (93). Dan
 rendahkanlah harimu dengan penuh kesayangan kepada mereka, dan
 doakan:  'Ya  Allah,  beri  rahmatlah  kepada  mereka  berdua,
 seperti kasih-sayang mereka mendidikku sewaktu aku kecil' (24)
 Tuhan kamu lebih mengetahui apa yang ada dalam  hatimu.  Kalau
 kamu  orang-orang  yang  berguna.  Dia  Maha  Pengampun kepada
 mereka yang mau bertaubat  (25).  Berikanlah  kepada  keluarga
 yang  dekat  itu  bagiannya,  begitu  juga  kepada orang-orang
 miskin  dan  orang  dalam  perjalanan.  Tetapi   jangan   kamu
 hambur-hamburkan  secara  boros  (26).  Pemboros-pemboros  itu
 sungguh golongan setan, sedang  setan  sungguh  ingkar  kepada
 Tuhan  (27). Dan jika kamu berpaling dari mereka karena hendak
 mencari  kurnia  Tuhan  yang  kauharapkan,  katakanlah  kepada
 mereka   dengan  kata-kata  yang  lemah  lembut  (28).  Jangan
 kaujadikan tanganmu terbelenggu  ke  kuduk,  dan  jangan  pula
 engkau   terlalu  mengulurkannya,  supaya  engkau  tidak  jadi
 tercela dan  menyesal  (29).  Sesungguhnya  Tuhan  melimpahkan
 rejeki  kepada  siapa  saja dan menentukan ukurannya. Dia Maha
 mengetahui akan hamba-hambaNya (30). Dan jangan kamu membunuhi
 anak-anakmu  karena takut kemiskinan. Kami yang memberi rejeki
 mereka,  juga  rejeki  kamu:  sebab  membunuh   mereka   suatu
 kesalahan  besar  (31).  Janganlah  kamu mendekati perjinahan,
 sebab perbuatan itu sungguh keji, dan cara yang  sangat  buruk
 (32).  Janganlah  kamu  menghilangkan  nyawa  orang yang sudah
 dilarang Tuhan, kecuali atas dasar yang benar. Dan barangsiapa
 dibunuh  tidak  pada tempatnya, maka kepada penggantinya telah
 kami berikan kekuasaan; tetapi janganlah dia  membunuh  dengan
 melanggar   batas  karena  dia  pun  (yang  dibunuh)  mendapat
 pertolongan (33). Harta anak yatim jangan kamu dekati, kecuali
 dengan  cara  yang  baik  sekali  -  sampai  dia  dewasa.  Dan
 penuhilah  janji   itu,   sebab   setiap   janji   menghendaki
 tanggungjawab  (34).  Jagalah  sukatanmu  bila  kamu  menakar,
 penuhilah dan timbanglah dengan timbangan yang  jujur.  Itulah
 cara  yang  baik dan akan lebih baik sekali kesudahannya (35).
 Dan  janganlah  engkau   mencampuri   persoalan   yang   tidak
 kauketahui; sebab segala pendengaran, penglihatan dan isi hati
 orang, semua itu akan dimintai pertanggunganjawaban (36). Juga
 janganlah  engkau  berjalan di muka bumi dengan congkak, sebab
 engkau tidak akan dapat menembus bumi  ini,  juga  tidak  akan
 sampai  setinggi  gunung  (37). Semua itu suatu kejahatan yang
 dalam pandangan Tuhan sangat buruk sekali." (38) (Qur'an,  17:
 23 - 38)
 
 Sungguh  ini  suatu  budi pekerti yang luhur, suatu integritas
 moral yang sempurna sekali! Setiap ayat yang tersebut ini akan
 membuat    pembaca   jadi   tertegun   membacanya,   ia   akan
 mengagungkannya  melihat  susunan  yang  begitu  kuat,  begitu
 indah,  dengan  daya  tarik  kata-katanya, artinya yang sangat
 luhur serta cara  melukiskannya  yang  sudah  merupakan  suatu
 mujizat.3  Sayang  sekali  disini  tempatnya tidak mengijinkan
 kita  menyatakan  rasa  kekaguman  itu!  Ya,  bagaimana   akan
 mungkin,  sedang untuk membicarakan keenam belas ayat itu saja
 seharusnya diperlukan sebuah buku tersendiri yang cukup besar!

 Kalau kita mau membawakan satu segi saja dari budi-pekerti dan
 pendidikan   akhlak   yang  terdapat  dalam  Qur'an,  tentunya
 bidangnya akan luas sekali, yang tidak mungkin dapat ditampung
 dalam  penutup  buku  ini.  Cukup kiranya kalau kita sebutkan,
 bahwa  tidak  ada  sebuah  buku  pun  yang  pernah  memberikan
 dorongan  begitu besar kepada orang supaya melakukan kebaikan,
 seperti yang diberikan oleh Qur'an itu. Tidak  ada  buku  yang
 begitu   agung   mengangkat   martabat  manusia  seperti  yang
 diperlihatkan Qur'an. Juga yang bicara tentang perbuatan  baik
 dan   kasih-sayang,   tentang  persaudaraan  dan  cinta-kasih,
 tentang tolong-menolong dan keserasian,  tentang  kedermawanan
 dan  kemurahan  hati, tentang kesetiaan dan menunaikan amanat,
 tentang kehersihan dan  ketulusan  hati,  keadilan  dan  sifat
 pemaat,  kesabaran,  ketabahan,  kerendahan  hati dan dorongan
 melakukan  perbuatan   terhormat,   berbakti   dan   mencegah
 melakukan  perbuatan  jahat,  dengan i'jaz4 (mujizat) yang tak
 ada taranya dalam menyajikan   seperti yang  dikemukakan  oleh
 Qur'an  itu.  Tak  ada buku melarang sikap lemah dan pengecut,
 sifat egoisma dan dengki, kebencian  dan  kezaliman,  berdusta
 dan   mengumpat,  pemborosan,  kekikiran,  tuduhan  palsu  dan
 perkataan   buruk,   permusuhan,   perusakan,   tipu-muslihat,
 pengkhianatan  dan segala sifat dan perbuatan hina dan mungkar
 - seperti yang  dilarang  oleh  Qur'an,  dengan  begitu  kuat,
 meyakinkan,  dengan  i'jaz  (mujizat),  yang  diturunkan dalam
 wahyu kepada Nabi berbangsa Arab itu. Tiada sebuah  surah  pun
 yang kita baca, yang tidak akan memberi anjuran yang mendorong
 kita melakukan perbuatan baik, menganjurkan kita berbakti  dan
 mencegah  kita  melakukan perbuatan jahat. Dianjurkannya orang
 mencapai kesempurnaan yang akan membawa kepada kehidupan harga
 diri   dan  budipekerti  yang  luhur.  Kita  dengarkan  Qur'an
 mengenai toleransi:
 
 "Tangkislah kejahatan itu  dengan  cara  yang  sebaik-baiknya.
 Kami mengetahui apa yang mereka sebutkan." (Qur'an, 23: 96)
 
 "Kebaikan dan kejahatan itu tidak sama. Tangkislah (kejahatan)
 itu dengan  cara  yang  sebaik-baiknya,  sehingga  orang  yang
 tadinya  bermusuhan  dengan  engkau, akan menjadi sahabat yang
 akrab sekali." (Qur'an, 41: 34)
 
 Tetapi toleransi yang dianjurkan Qur'an  ini  tidak  mendorong
 orang bersikap lemah, melainkan menyuruh orang supaya berwatak
 terhormat  (nobility  of  character),  selalu  berlumba  untuk
 kebaikan dan menjauhkan diri dari segala kehinaan:
 
 "Apabila   ada  orang  memberi  salam  penghormatan  kepadamu,
 balaslah dengan cara yang lebih baik, atau  (setidak-tidaknya)
 dengan yang serupa." (Qur'an, 4: 86)
 
 "Dan  kalau  kamu  mengadakan  (pukulan)  pembalasan, balaslah
 seperti yang mereka lakukan terhadap kamu. Tetapi  kalau  kamu
 tabah  hati,  itulah yang paling baik bagi mereka yang berhati
 tabah (sabar)." (Qur'an, 16: 126)
 
 Dan ini jelas sekali,  bahwa  toleransi  yang  dianjurkan  itu
 ialah   dalam   arti  yang  terhormat,  tanpa  bersikap  lemah
 samasekali, melainkan sepenuhnya  sikap  yang  disertai  harga
 diri.
 
 Toleransi   yang  dianjurkan  oleh  Qur'an  dengan  cara  yang
 terhormat ini dasarnya ialah  persaudaraan,  yang  oleh  Islam
 dijadikan  tiang  kebudayaan,  dan  yang dimaksud pula menjadi
 persaudaraan   antar-manusia   di   seluruh    jagat.    Corak
 persaudaraan  Islam ini ialah yang terjalin dalam keadilan dan
 kasih-sayang   tanpa   suatu   sikap   lemah   dan   menyerah.
 Persaudaraan  atas  dasar  persamaan dalam hak, dalam kebaikan
 dan kebenaran tanpa  terpengaruh  oleh  untung-rugi  kehidupan
 duniawi,  sekalipun  mereka dalam kekurangan. Mereka ini lebih
 takut kepada Allah  daripada  kepada  yang  lain.  Mereka  ini
 orang-orang  yang  punya  harga diri. Sungguhpun begitu mereka
 sangat rendah hati. Mereka orang-orang yang  dapat  dipercaya,
 yang  menepati  janji  bila  mereka berjanji, orang-orang yang
 sabar dan  tabah  dalam  menghadapi  kesulitan,  yang  apabila
 mendapat  musibah, mereka berkata: Inna lillahi wa inna ilaihi
 rajiun  -  'Kami  kepunyaan  Allah  dan  kepadaNya  juga  kami
 kembali.' Tak ada yang membuang muka dan berjalan di muka bumi
 dengan sikap  congkak.  Tuhan  menjauhkan  mereka  dari  sifat
 serakah  dan  kikir,  tiada  berkata dusta, terhadap Tuhan dan
 kepada sesamanya. Mereka tidak mau menyebarkan perbuatan  keji
 di  kalangan  orang-orang beriman, mereka menjauhkan diri dari
 segala dosa besar dan perbuatan-perbuatan  keji,  dan  apabila
 mereka marah, mereka segera meminta maaf. Mereka dapat menahan
 amarah dan dapat pula memaafkan orang  lain.  Sedapat  mungkin
 mereka   menghindarkan  prasangka,  mereka  tidak  mau  saling
 memata-matai atau saling  menggunjing  dari  belakang.  Mereka
 tidak  boleh  memakan  harta  sesamanya dengan cara yang tidak
 sah, lalu akan membawa perkara itu kepada hakim, supaya mereka
 dapat  memakan  harta  orang  lain  dengan cara dosa itu. Jiwa
 mereka dibersihkan  dari  segala  sifat  dengki,  tipu-menipu,
 cakap kosong dan segala perbuatan yang rendah.

 Ciri-ciri   khas   watak   dan  etika  yang  menjadi  landasan
 budi-pekerti dan pendidikan akhlak  yang  murni  itu  dasarnya
 ialah  -  seperti  yang  sudah kita sebutkan - disiplin rohani
 seperti yang ditentukan oleh Qur'an dan  yang  bertalian  pula
 dengan  iman  kepada  Allah. Inilah soal yang pokok sekali dan
 ini pula yang akan menjamin adanya  sistem  moral  dalam  jiwa
 orang  dengan  tetap bersih dari segala noda, jauh dari segala
 penyusupan yang mungkin  akan  merusak.  Moral  yang  dasarnya
 memperhitungkan  untung-rugi  segera akan diperbesar selama ia
 yakin  bahwa  kelemahan  demikian  itu  tidak  akan  menggangu
 keuntungannya.   Orang  yang  dasar  moralnya  memperhitungkan
 untung-rugi demikian ini sikap luarnya akan berbeda dengan isi
 hati.  Keadaannya  yang disembunyikan akan berbeda dengan yang
 diperlihatkan kepada orang. Ia berpura-pura jujur, tapi  tidak
 akan  segan-segan ia menjadikan itu hanya sebagai tameng untuk
 memancing keuntungan. Ia berpura-pura benar, tapi  tidak  akan
 segan-segan  ia  meninggalkannya kalau dengan meninggalkan itu
 ia akan mendapat keuntungan. Orang yang pertimbangan  moralnya
 demikian  ini dalam menghadapi godaan mudah sekali jadi lemah,
 mudah sekali terbawa arus nafsu dan tujuan-tujuan tertentu!
 
 Kelemahan ini ialah gejala yang  jelas  terlihat  dalam  dunia
 kita  sekarang.  Sudah  sering  sekali  orang mendengar adanya
 perbuatan-perbuatan  skandal  dan  korupsi  dimana-mana  dalam
 dunia yang sudah beradab ini. Sebabnya ialah karena kelemahan,
 orang lebih  mencintai  harta  dan  kedudukan  atau  kekuasaan
 daripada  nilai  moral  yang  tinggi dan iman yang sebenarnya.
 Tidak sedikit mereka terjerumus masuk ke dalam jurang  tragedi
 moral  dan  melakukan  kejahatan  yang paling keji, kita lihat
 pada  mulanya  mereka  pun  berakhlak   baik,   tetapi   masih
 untung-rugi  itu  juga  yang  menjadi  dasar moralnya. Tadinya
 mereka menganggap bahwa sukses dalam hidup ini bergantung pada
 kejujuran.  Lalu  mereka  bersikap  jujur karena ingin sukses,
 bukan bersikap  jujur  karena  terikat  oleh  akidahnya  -oleh
 keyakinan  batinnya.  Mereka  berhenti  hanya  sampai  disitu,
 meskipun  ini  sangat  membahayakan  dirinya.  Tetapi  setelah
 mereka   lihat   bahwa  mengabaikan  masalah  kejujuran  dalam
 peradaban  abad  kini  merupakan  salah  satu  jalan  mencapai
 sukses,  maka  kejujuran itu pun mereka abaikan. Yang demikian
 ini ada yang tetap tertutup dari mata orang, rahasianya  tidak
 sampai  terbongkar  dan akan tetap dipandang terhormat, tetapi
 ada juga yang rahasianya  terbongkar  dan  ia  tercemar,  yang
 kadang berakhir dengan bunuh diri.
 
                                     (bersambung ke bagian 5/6)
 

0 komentar:

Post a Comment

Just select text on the page and get instant translation from Google Translate!
Google Translate Client