Selamat Datang Di Emye Private Blog
Membaca, mendengar, dan menterjemahkan Al Qur'an
Sedikit Bigraphy Singkat tentang Aku.
Title

Bapakku

Bapakku yang Sangat Tegas Akan Sesuatu yang Dia Anggap Fundamental, Berprinsip Kuat. Sangat Religius. Jawa Banyumasan. Gualakeee Poll, hehehe...

Read More
Title

Ibuku

Ibuku.., Seorang Wanita yang Sangat Kuat, Tegar dan Banyak Akal. Bisa Menjadi Seorang Ibu Sekaligus "seorang ayah" Juga. Smart dalam bertahan hidup, Sabar di Keseharian, Walau Galak Tapi Pemaaf... Saluut Untukmu Mah...!

Read More
Title

Aku Yang...

Inilah Yang Dulu Selalu Mencari Masalah, dan Terkena Masalah dan Hampir Terkubur Karenanya.. Berharap Maaf dariNYA, Kedua Orangtuaku dan Juga Kalian Semua.. Do'akan RidhoNYA Untukku ya.. Terimakasih Untuk Kalian Semua...

Read More
Title

Rumahku Hidupku..No Place Like Home

Di Sinilah Awal Semua Kisahku.., Di Awali Dengan Kasih Sayang dan Pengharapan dan Di Jalani Dengan Kegilaan lalu Berakhir dengan Keterpurukan. No More Fly..No More Sky and No More Cry...

Read More
Title

Seberkas CahayaNYA...

Menunggu dan Berharap Banyak dariNYA... Jawaban dan Ampunan Setelah Doa-doa yang Kutambatkan.. Setiap Detik, Setiap Saat Sebelum Saat Akhir Hidupku Tiba...

Read More
Title

Pikirkan Dulu!

Pikirkan dan Pertimbangkan Semua Pilihan. Karena Kau Harus Memilih, Gunakan Kata Hatimu. Ambil Apa Yang Baik Dari Kisahku Kawan.. Semua Hikmah. Sekarang atau Tidak Sama Sekali..!!!?

Read More

Sejarah Hidup Rasulullah Muhammad SAW

October 19, 2011
1. KEBUDAYAAN ISLAM SEPERTI DILUKISKAN QUR'AN            (3/6)
 Muhammad Husain Haekal
 
 Kalau   tujuan   puasa   itu   supaya  tubuh  tidak  terlampau
 memberatkan  jiwa,  sifat  materialisma  kita  jangan  terlalu
 menekan  sifat  kemanusiaan kita, orang yang menahan diri dari
 waktu fajar sampai malam, kemudian sesudah  itu  hanyut  dalam
 berpuas-puas  dalam  kesenangan,  berarti ia sudah mengalihkan
 tujuan tersebut. Tanpa puasa pun hanyut dalam  memuaskan  diri
 itu  sudah  sangat  merusak,  apalagi  kalau  orang  berpuasa,
 sepanjang hari ia menahan diri dari  segala  makanan,  minuman
 dan  segala  kesenangan,  dan bilamana sudah lewat waktunya ia
 lalu menyerahkan diri kepada apa saja yang dikiranya di  waktu
 siang  ia  tak  dapat menikmatinya! Kalau begitu Tuhan jugalah
 yang menyaksikan,  bahwa  puasanya  bukan  untuk  membersihkan
 diri,  mempertinggi  sifat  kemanusiaannya,  juga  ia berpuasa
 bukan atas kehendak sendiri karena percaya,  bahwa  puasa  itu
 memberi   faedah  kedalam  rohaninya,  tapi  ia  puasa  karena
 menunaikan suatu kewajiban,  tidak  disadari  oleh  pikirannya
 sendiri  perlunya  puasa  itu.  Ia  melihatnya  sebagai  suatu
 kekangan atas kebebasannya, begitu kebebasan itu berakhir pada
 malam  harinya,  begitu  hanyut ia kedalam kesenangan, sebagai
 ganti puasa yang telah mengekangnya tadi. Orang yang melakukan
 ini  sama  seperti  orang yang tidak mau mencuri, hanya karena
 undang-undang melarang pencurian, bukan karena  jiwanya  sudah
 cukup   tinggi   untuk   tidak  melakukan  perbuatan  itu  dan
 mencegahnya atas kemauan sendiri pula.
 
 Sebenarnya  tanggapan  orang  mengenai  puasa  sebagai   suatu
 tekanan  atau pencegahan dan pembatasan atas kebebasan manusia
 adalah suatu tanggapan yang salah  samasekali,  yang  akhirnya
 akan menempatkan fungsi puasa tidak punya arti dan tidak punya
 tempat lagi. Puasa yang sebenarnya  ialah  membersihkan  jiwa.
 Orang  berpuasa  diharuskan oleh pikiran kita yang timbul atas
 kehendak  sendiri,  supaya  kebebasan  kemauan  dan  kebebasan
 berpikirnya  dapat  diperoleh kembali. Apabila kedua kebebasan
 ini  sudah  diperolehnya  kembali,  ia  dapat  mengangkat   ke
 martabat   yang  lebih  tinggi,  setingkat  dengan  iman  yang
 sebenarnya kepada Allah. Inilah yang  dimaksud  dengan  firman
 Tuhan  -  setelah  menyebutkan  bahwa  puasa  telah diwajibkan
 kepada  orang-orang  beriman  seperti  sudah  diwajibkan  juga
 kepada orang-orang yang sebelum mereka:
 
 "Beberapa  hari  sudah ditentukan. Tetapi barangsiapa diantara
 kamu ada yang sakit atau sedang dalam perjalanan,  maka  dapat
 diperhitungkan  pada kesempatan lain. Dan buat orangorang yang
 sangat berat menjalankannya,  hendaknya  ia  membayar  fid-yah
 dengan memberi makan kepada orang rniskin, dan barangsiapa mau
 mengerjakan kebaikan atas kemauan sendiri, itu lebih baik buat
 dia;  dan  bila kamu berpuasa, itu lebih baik buat kamu, kalau
 kamu mengerti." (Qur'an, 2: 184)
 
 Seolah tampak aneh apa yang saya  katakan  itu,  bahwa  dengan
 puasa  kita  dapat  memperoleh  kembali  kebebasan kemauan dan
 kebebasan berpikir kalau  yang  kita  maksudkan  dengan  puasa
 dengan  segala  apa yang baik itu untuk kehidupan rohani kita.
 Ini memang tampak aneh,  karena  dalam  bayangan  kita  bentuk
 kebebasan  ini  telah  dirusak  oleh  pikiran modern, bilamana
 batas-batas  rohani  dan  mental  itu  dihancurkan,   kemudian
 batas-batas  kebendaannya  dipertahankan,  yang  oleh  seorang
 prajurit  dapat  dilaksanakan  dengan  pedang   undang-undang.
 Menurut  pikiran  modern,  manusia  tidak  bebas  dalam hal ia
 melanda harta atau pribadi orang lain. Akan  tetapi  ia  bebas
 terhadap  dirinya  sendiri  sekalipun  hal ini sudah melampaui
 batas-batas segala yang dapat diterima  akal  atau  dibenarkan
 oleh  kaidah-kaidah  moral. Sedang kenyataan dalam hidup bukan
 yang demikian. Kenyataannya ialah manusia budak  kebiasaannya.
 Ia  sudah  biasa makan di waktu pagi; waktu tengah hari, waktu
 sore. Kalau dikatakan kepadanya: makan pagi dan sore  sajalah,
 maka ini akan dianggapnya suatu pelanggaran atas kebebasannya.
 Padahal itu adalah pelanggaran atas  perbudakan  kebiasaannya,
 kalau  benar  ungkapan  demikian  ini.  Orang yang sudah biasa
 merokok sampai kebatas ia diperbudak oleh kebiasaan merokoknya
 itu, lalu dikatakan kepadanya: sehari ini kamu jangan merokok,
 maka ini  dianggapnya  suatu  pelanggaran  atas  kebebasannya.
 Padahal  sebenarnya  itu  tidak  lebih adalah pelanggaran atas
 perbudakan kebiasaannya. Ada lagi orang yang sudah biasa minum
 kopi  atau  teh  atau  minuman lain apa saja dalam waktu-waktu
 tertentu lalu dikatakan kepadanya:  gantilah  waktu-waktu  itu
 dengan  waktu  yang  lain,  maka  pelanggaran  atas perbudakan
 kebiasaannya  itu   dianggapnya   sebagai   pelanggaran   atas
 kebebasannya.  Budak  kebiasaan  serupa  ini  merusak kemauan,
 merusak arti yang sebenarnya dari  kebebasan  dalam  bentuknya
 yang sesungguhnya.
 
 Disamping  itu,  ini  juga  merusak cara berpikir sehat, sebab
 dengan demikian berarti ia  telah  ditunjukkan  oleh  pengaruh
 hajat jasmani dari segi kebendaannya, yang sudah dibentuk oleh
 kebiasaan  itu.  Oleh  karena  itu  banyak  orang  yang  telah
 melakukan  puasa  dengan cara yang bermacam-macam, yang secara
 tekun dilakukannya dalam waktu-waktu  tertentu  setiap  minggu
 atau  setiap  bulan. Tetapi Tuhan menghendaki yang lebih mudah
 buat manusia dengan diwajibkan kepada mereka  berpuasa  selama
 beberapa  hari  yang  sudah  ditentukan, supaya dalam pada itu
 semua sama, dengan diberikan pula kesempatan  fid-yah.  Mereka
 masing-masing yang telah dibebaskan karena dalam keadaan sakit
 atau sedang dalam perjalanan dapat mengganti puasanya itu pada
 kesempatan lain.
 
 Kewajiban  berpuasa  selama  hari-hari  yang  sudah ditentukan
 untuk memperkuat arti persaudaraan dan  persamaan  di  hadapan
 Tuhan,  sungguh  suatu  latihan  rohani  yang luarbiasa. Semua
 orang, selama menahan  diri  sejak  fajar  hingga  malam  hari
 mereka  telah melaksanakan persamaan itu antara sesama mereka,
 sama  halnya   seperti   dalam   sembahyang   jamaah.   Dengan
 persaudaraan demikian selama itu mereka merasakan adanya suatu
 perasaan yang mengurangi rasa kelebihan mereka dalam  mengecap
 kenikmatan  rejeki  yang  diberikan  Tuhan  kepadanya.  Dengan
 demikian puasa berarti memperkuat arti kebebasan, persaudaraan
 dan   persamaan  dalam  jiwa  manusia  seperti  halnya  dengan
 sembahyang.
 
 Kalau kita menyambut puasa dengan kemauan sendiri dengan penuh
 kesadaran bahwa perintah Tuhan tak mungkin bertentangan dengan
 cara-cara berpikir  yang  sehat,  yang  telah  dapat  memahami
 tujuan  hidup dalam bentuknya yang paling tinggi, tahulah kita
 arti puasa yang dapat membebaskan kita  dari  budak  kebiasaan
 itu,  yang  juga  sebagai latihan dalam menghadapi kemauan dan
 arti kebebasan kita sendiri.  Disamping  itu  kita  pun  sudah
 diingatkan,  bahwa  apa yang telah ditentukan manusia terhadap
 dirinya sendiri - dengan kehendak Tuhan - mengenai batas-batas
 rohani   dan   mentalnya   sehubungan  dengan  kebebasan  yang
 dimilikinya untuk melepaskan diri dari beberapa kebiasaan  dan
 nafsunya,  ialah cara yang paling baik untuk mencapai martabat
 iman yang paling tinggi itu. Apabila taklid dalam  iman  belum
 dapat disebut iman, melainkan baru Islam yang tanpa iman, maka
 taklid dalam puasa juga belum dapat disebut puasa. Oleh karena
 itu  orang  yang  bertaklid menganggap puasanya suatu kekangan
 dan  membatasi  kebebasannya  -  sebaliknya   daripada   dapat
 memahami   arti   pembebasan  dari  belenggu  kebiasaan  serta
 konsumsi rohani dan mental yang sangat besar itu.

 Apabila dengan jalan latihan rohani ini manusia  telah  sampai
 kepada arti hukum dan rahasia-rahasia alam dan mengetahui pula
 dimana tempatnya dan tempat anak manusia ini, cintanya  kepada
 sesama  anak  manusia  akan  lebih  besar lagi, dan semua anak
 manusia  saling  cinta  dalam  Tuhan.   Mereka   akan   saling
 tolong-menolong  untuk  kebaikan dan rasa takwa - menjaga diri
 dari kejahatan. Yang kuat  mengasihi  yang  lemah,  yang  kaya
 mengulurkan  tangan kepada yang tidak punya. Ini adalah zakat,
 dan selebihnya sedekah. Dalam sekian banyak ayat Qur'an selalu
 mengaitkan  zakat  dengan  salat.  Kita  sudah  membaca firman
 Tuhan:
 
 "Tetapi kebaikan itu ialah orang  yang  sudah  beriman  kepada
 Allah,  kepada  hari  kemudian, malaikat, Kitab dan para nabi;
 mengeluarkan    harta    yang    dicintainya    itu     kepada
 kerabat-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang
 yang melepaskan perbudakan, mengerjakan salat dan mengeluarkan
 zakat." (Qur'an, 2: 177)
 
 "Kamu  kerjakanlah  sembahyang  dan keluarkan pula zakat serta
 tundukkan kepala (ruku') bersama orang-orang yang  menundukkan
 kepala." (Qur'an, 2: 43)
 
 "Beruntunglah  orang-orang  yang  sudah  beriman.  Mereka yang
 dengan khusyu' mengerjakan sembahyang. Mereka yang  menjauhkan
 diri  dan  percakapan  yang  tiada  berguna.  Dan  mereka yang
 mengeluarkan zakat." (Qur'an, 23: 1-4)
 
 Ayat-ayat  yang  mengaitkan  zakat  dengan  salat  itu  banyak
 sekali.
 
 Apa  yang  disebutkan  dalam  Qur'an tentang zakat dan sedekah
 cukup menyeluruh dan kuat sekali.  Dalam  melakukan  perbuatan
 baik,  sedekah  itu  terletak  pada tempat pertama, orang yang
 melakukannya akan mendapat pahala yang amat  sempurna.  Bahkan
 ia  terletak disamping iman kepada Allah, sehingga kita merasa
 seolah itu sudah hampir sebanding. Tuhan berfirman:
 
 "Tangkaplah orang itu dan belenggukanlah.  Kemudian  campakkan
 kedalam  api  menyala. Sesudah itu belitkan dengan rantai yang
 panjangnya tujuhpuluh hasta. Dahulu ia sungguh  tidak  beriman
 kepada  Allah  Yang  Maha  Besar.  Juga  tidak mendorong orang
 memberi makan orang miskin." (Qur'an, 69: 30-34)
 
 "... Dan sampaikan berita gembira kepada mereka  yang    taat.
 Yaitu  mereka,  yang  apabila  disebutkan  nama  Tuhan hatinya
 merasa takut  karena  taatnya,  dan  mereka  yang  tabah  hati
 terhadap apa yang menimpa mereka serta mereka yang mengerjakan
 salat dan menafkahkan sebagian  rejeki  yang  diberikan  Tuhan
 kepada mereka."' (Qur'an, 22: 34-35)
 
 "Mereka  yang  menafkahkan hartanya - baik di waktu malam atau
 di waktu siang, dengan sembunyi atau  terang-terangan,  mereka
 akan mendapat pahala dari Tuhan. Tidak usah mereka takut, juga
 jangan bersedih hati" (Qur'an, 2: 274)
 
 Qur'an tidak hanya menyebutkan masalah-masalah  sedekah  serta
 pahalanya  yang  akan diberikan Tuhan yang sama seperti pahala
 orang beriman dan mengerjakan sembahyang, bahkan adab  sedekah
 itu telah dilembagakan pula dengan suatu tatacara yang sungguh
 baik sekali.
 
 "Bilamana kamu memperlihatkan sedekah  itu,  itu  memang  baik
 sekali. Tetapi kalau pun kamu sembunyikan memberikannya kepada
 orang fakir, maka itu pun lebih baik lagi buat kamu." (Qur'an,
 2: 271)
 
 "Perkataan  yang  baik  dan pemberian maaf lebih baik daripada
 sedekah yang disertai hal-hal  yang  tidak  menyenangkan  hati
 Allah  Maha  Kaya  dan  Maha  Penyantun.  Orang-orang beriman,
 janganlah   kamu   hapuskan   nilai   sedekahmu   itu   dengan
 menyebut-nyebutnya  dan  menyakiti  hati  orang."  (Qur'an, 2:
 263-264)
 
 Firman Tuhan  itu  memberikan  pula  penjelasan  kepada  siapa
 sedekah itu harus diberikan:
 
 Sedekah  itu  hanyalah  untuk  orang-orang  fakir, orang-orang
 miskin, pengurus  zakat,  orang-orang  yang  perlu  dilunakkan
 hatinya,   untuk   melepaskan   perbudakan,  orang-orang  yang
 dibebani utang, untuk jalan Allah dan mereka yang sedang dalam
 perjalanan. Inilah yang telah diwajibkan oleh Allah, dan Allah
 Maha Mengetahui dan Bijaksana." (Qur'an, 9: 60)

 Zakat dan  sedekah  itu  salah  satu  kewajiban  dalam  Islam,
 termasuk  salah  satu rukun Islam. Tetapi apakah kewajiban ini
 termasuk  ibadat,  ataukah  masuk  bagian  akhlak?  Tentu  ini
 termasuk  ibadat.  Semua  orang  beriman  bersaudara, dan iman
 seseorang belum lagi sempurna sebelum ia mencintai  saudaranya
 seperti  mencintai  dirinya sendiri. Dengan berpegang pada Nur
 Ilahi  antara  sesama  mereka,  orang-orang   beriman   saling
 cinta-mencintai.  Kewajiban  zakat  dan  sedekah  terikat oleh
 persaudaraan ini, bukan oleh akhlak dan disiplinnya serta oleh
 hubungan  antar-manusia  dengan  segala tata-tertibnya. Segala
 yang terikat oleh persaudaraan, terikat juga oleh iman  kepada
 Allah,  dan  segala  yang terikat oleh iman kepada Allah ialah
 ibadah. Itu sebabnya maka zakat menjadi salah satu rukun Islam
 yang  lima,  dan  karena  itu pula setelah Nabi wafat Abu Bakr
 menuntut  supaya   Muslimin   menunaikan   zakatnya.   Setelah
 dilihatnya  ada sebagian orang yang mau membangkang, Pengganti
 Muhammad itu melihat pembangkangan ini sebagai suatu kelemahan
 dalam  iman  mereka;  mereka lebih mengutamakan harta daripada
 iman, mereka hendak meninggalkan disiplin  rohani  yang  telah
 ditentukan   Qur'an   itu.   Dengan   demikian  ini  merupakan
 kemurtadan dari Islam. Karena 'perang ridda' itu  jugalah  Abu
 Bakr   berhasil   mengukuhkan   kembali   sejarah   Islam  itu
 selengkapnya, dan  yang  tetap  menjadi  kebanggaan  sepanjang
 sejarah.

 Dengan   fungsi  zakat  dan  sedekah  sebagai  kewajiban  yang
 bertalian  dengan  iman  dalam  disiplin  rohanl  ia  dianggap
 sebagai  salah  satu  unsur  yang  harus  membentuk kebudayaan
 dunia. Inilah hikmah yang paling tinggi yang akan mengantarkan
 manusia  mencapai kebahagiaannya. Harta dan segala keserakahan
 orang   memupuk-mupuk   harta   merupakan   sebab    timbulnya
 superioritas  (rasa  keunggulan)  seorang  kepada  yang  lain.
 Sampai sekarang ia masih merupakan sebab timbulnya penderitaan
 dunia  ini  dan  sumber  pemberontakan  dan peperangan selalu.
 Sampai sekarang mammonisma - penyembahan harta -  masih  tetap
 merupakan  sebab timbulnya dekadensi moral yang selalu menimpa
 dunia  dan  dunia  tetap  bergelimang  dibawah  bencana   itu.
 Memupuk-mupuk  harta  dan  keserakahan  akan harta itulah yang
 telah  menghilangkan  rasa  persaudaraan  umat  manusia,   dan
 membuat  manusia  satu  sama lain saling bermusuhan. Sekiranya
 pandangan mereka itu lebih sehat  dengan  pikiran  yang  lebih
 luhur,  tentu  akan  mereka lihat bahwa persaudaraan itu lebih
 kuat  menanamkan  kebahagiaan  daripada  harta,  mereka   akan
 melihat  juga  bahwa  memberikan harta kepada yang membutuhkan
 akan lebih terhormat pada  Tuhan  dan  pada  manusia  daripada
 orang  harus tunduk kepada harta itu. Kalau benar-benar mereka
 beriman kepada Allah tentu mereka akan saling bersaudara,  dan
 manifestasi  persaudaraan  ini  ialah pertolongan kepada orang
 yang   sedang   dalam   penderitaan,   membantu   orang   yang
 membutuhkannya  dan  dapat  pula  menghapuskan kemiskinan yang
 akan menjerumuskan manusia kedalam penderitaan itu.
 
                                     (bersambung ke bagian 4/6)
 

0 komentar:

Post a Comment

Just select text on the page and get instant translation from Google Translate!
Google Translate Client