Selamat Datang Di Emye Private Blog
Membaca, mendengar, dan menterjemahkan Al Qur'an
Sedikit Bigraphy Singkat tentang Aku.
Title

Bapakku

Bapakku yang Sangat Tegas Akan Sesuatu yang Dia Anggap Fundamental, Berprinsip Kuat. Sangat Religius. Jawa Banyumasan. Gualakeee Poll, hehehe...

Read More
Title

Ibuku

Ibuku.., Seorang Wanita yang Sangat Kuat, Tegar dan Banyak Akal. Bisa Menjadi Seorang Ibu Sekaligus "seorang ayah" Juga. Smart dalam bertahan hidup, Sabar di Keseharian, Walau Galak Tapi Pemaaf... Saluut Untukmu Mah...!

Read More
Title

Aku Yang...

Inilah Yang Dulu Selalu Mencari Masalah, dan Terkena Masalah dan Hampir Terkubur Karenanya.. Berharap Maaf dariNYA, Kedua Orangtuaku dan Juga Kalian Semua.. Do'akan RidhoNYA Untukku ya.. Terimakasih Untuk Kalian Semua...

Read More
Title

Rumahku Hidupku..No Place Like Home

Di Sinilah Awal Semua Kisahku.., Di Awali Dengan Kasih Sayang dan Pengharapan dan Di Jalani Dengan Kegilaan lalu Berakhir dengan Keterpurukan. No More Fly..No More Sky and No More Cry...

Read More
Title

Seberkas CahayaNYA...

Menunggu dan Berharap Banyak dariNYA... Jawaban dan Ampunan Setelah Doa-doa yang Kutambatkan.. Setiap Detik, Setiap Saat Sebelum Saat Akhir Hidupku Tiba...

Read More
Title

Pikirkan Dulu!

Pikirkan dan Pertimbangkan Semua Pilihan. Karena Kau Harus Memilih, Gunakan Kata Hatimu. Ambil Apa Yang Baik Dari Kisahku Kawan.. Semua Hikmah. Sekarang atau Tidak Sama Sekali..!!!?

Read More

Dari Sahabat Wanita....

January 9, 2012

Asma` Binti Yazid Bin Sakan radhiallâhu 'anha
(Juru bicara wanita)

Beliau adalah Asma` binti Yazid bin Sakan bin Rafi` bin Imri`il Qais bin Abdul Asyhal bin Haris al-Anshariyysh, al-Ausiyyah al-Asyhaliyah.
Beliau adalah seorang ahli hadis yang mulia, seorang mujahidah yang agung, memiliki kecerdasan, dien yang bagus dan ahli argumen, sehingga beliau menjuliki sebagai “juru bicara wanita”.
Diantara keistimewaan yang dimiliki oleh Asma` adalah kepekaan inderanya dan kejelian perasaannya serta kehalusan hatinya. Selebihnya dalam segala sifat sebagaimana yang dimiliki oleh wanita-wanita Islam yang lain yang telah lulus dari madrasah nubuwwah yakni tidak terlalu lunak (manja) dalam berbicara, tidak merasa hina, tidak mau dianiaya dan dihina, bahkan beliau adalah seorang wanita yang pemberani, tegar dan mujahidah. Beliau menjadi contoh yang baik dalam banyak medan peperangan.
Asma` mendatangi Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam pada tahun pertama hijrah dan beliau belum berbai`at kepadanya dengan bai`at Islam. Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam membai`at para wanita dengan ayat  yang tersebut dalam surat al-Mumtahanah. Yaitu firman Allah :
“Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tidak akan mempersekutukan sesuatupun dengan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akn membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q,.s. al-Mumtahanah:12).
Bai`at dari Asma` binti Yazid adalah untuk jujur dan ikhlas, sebagaimana
yang disebutkan riwayatnya dalam kitab-kitab sirah bahwa Asma` mengenakan dua gelang emas yang besar, maka Nabi Shallallaahu alaihi wa salam bersabda :
“Tanggalkanlah kedua gelangmu wahai Asma`, tidakkah kamu takut jika Allah mengenakan gelang kepadamu dengan gelang dari api neraka?”
Maka segerahlah beliau tanpa ragu-ragu dan tanpa komentar untuk mengikuti perintah Rasululah shallallâhu 'alaihi wa sallam, maka beliau melepaskannya dan meletakkannya di depan Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam.
Setelah itu Asma` aktif untuk mendengar hadist Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam yang mulia dan beliau bertanya tentang persoalan-persoalan yang menjadikan ia faham dalam urusan dien. Beliau pulalah yang bertanya kepada Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam tentang tata cara thaharah bagi wanita yang selesai haidh. Beliau memiliki kepribadian yang kuat dan tidak malu menanyakan sesuatu yang haq. Oleh karena itulah Ibnu Abdil Barr berkata: “Beliau adalah seorang wanita yang cerdas dan bagus diennya”.

Beliau dipercaya oleh kaum muslimah sebagai wakil mereka untuk berbicara dengan Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam tentang persoalan –persoalan yang mereka hadapi. Pada suatu ketika Asma` mendatangi Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam dan bertanya : “Wahai Rasulullah , sesungguhnya saya adalah utusan bagi seluruh wanita muslmah di belakangku, seluruhnya mengatakan sebagaimana yang aku katakan dan seluruhnya berpendapat sesuai dengan pendapatku. Sesungguhnya Allah Ta`ala mengutusmu bagi seluruh laki-laki dan wanita, kemudian kami beriman kepadamu dan membai`atmu. Adapun kami para wanita terkurung dan terbatas gerak langkah kami. Kami menjadi penyangga rumah tangga kaum lelaki, dan kami adalah tempat melampiaskan syahwat mereka, kamilah yang mengandung anak-anak mereka, akan tetapi kaum lelaki mendapat keutamaan melebihi kami dengan shalat jum`at, mengantar jenazah dan berjihad. Apabila mereka keluar untuk berjihad kamilah yang menjaga harta mereka, yang mendidik anak-anak mereka, maka apakah kami juga mendapat pahala sebagaimana yang mereka dapat dengan amalan mereka?
Mendengar pertanyaan tersebut, Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam menoleh kepada para sahabat dan bersabda : “Pernahkah kalian mendengar pertanyaan seorang wanita tentang dien yang lebih baik dari apa yang dia tanyakan?”.
Para sahabat menjawab, “Benar, kami belum pernah mendengarnya ya Rasulullah!”
Kemudian Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Kembalilah wahai Asma` dan beritahukanlah kepada para wanita yang berada di belakangmu bahwa perlakuan baik salah seorang diantara mereka kepada suaminya, dan meminta keridhaan suaminya, mengikuti (patuh terhadap) apa yang ia disetujuinya, itu semua setimpal dengan seluruh amal yang kamu sebutkan yang dikerjakan oleh kaum lelaki”.
Maka kembalilah Asma` sambil bertahlil dan bertakbir merasa gembira dengan apa disabdakan Rasuslullah shallallâhu 'alaihi wa sallam.
Dalam dada Asma` terbetik keinginan yang kuat untuk ikut andil dalam berjihad, hanya saja kondisi  ketika itu tidak memungkinkan untuk merealisasikannya. Akan tetapi setelah tahun 13 Hijriyah setelah wafatnya Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam hingga perang Yarmuk beliau menyertainya dengan gagah berani.
Pada perang Yarmuk ini, para wanita muslimah banyak yang ikut andil dengan bagian yang banyak untuk berjihad sebagaimana yang disebutkan oleh al-Hafizh Ibnu Katsir dalam al-Bidâyah wa an-Nihâyah, beliau membicarakan tentang perjuangan mujahidin mukminin. Beliau berkata: “Mereka berperang dengan perang besar-besaran hingga para wanita turut berperang di belakang mereka dengan gagah berani”.
Dalam bagian lain beliau berkata: “Para wanita menghadang mujahidin yang lari dari berkecamuknya perang dan memukul mereka dengan kayu  dan melempari mereka dengan batu. Adapun Khaulah binti Tsa`labah berkata:
Wahai kalian yang lari dari wanita yang bertakwa
Tidak akan kalian lihat tawanan
Tidak pula perlindungan
Tidak juga keridhaan
Beliau juga berkata dalam bagian lain: “Pada hari itu kaum muslimah berperang dan berhasil membunuh banyak tentara Romawi, akan tetapi mereka memukul kaum muslimin yang lari dari kancah peperangan hingga mereka kembali untuk berperang”.
Dalam perang yang besar ini, Asma binti Yazid menyertai kaum muslumin bersama wanita mukminat yang lain berada di belakang para Mujahidin mencurahkan segala kemampuan dengan membantu mempersiapkan senjata, memberikan minum bagi para mujahidin dan mengobati yang terluka diantara mereka serta memompa semangat juang kaum muslimin.
Akan tetapi manakala berkecamuknya perang, manakala suasana panas membara dan mata menjadi merah, ketika itu Asma` lupa bahwa dirinya adalah seorang wanita. Beliau hanya ingat bahwa dirinya adalah muslimah, mukminah dan mampu berjihad dengan mencurahkan dengan segenap kemampuan dan kesungguhannya. Hanya beliau tidak mendapatkan apa-apa yang di depannya melainkan sebatang tiang kemah, maka beliau membawanya dan berbaur dengan barisan kaum muslimin. Beliau memukul musuh-musuh Allah ke kanan ke kiri hingga dapat membunuh sembilan orang tentara Romawi, sebagaimana yang dikisahkan oleh Imam Ibnu Hajar tentang beliau: “Dialah Asma` binti  Yazid bin Sakan yang menyertai perang Yarmuk, ketika itu beliau membunuh sembilan tentara Romawi dengan tiang kemah, kemudian beliau masih hidup selama beberapa tahun setelah peperangan tersebut.
Asma` keluar dari peperangan dengan membawa luka di punggungnya dan Allah menghendaki beliau masih hidup setelah itu selama 17 tahun karena beliau wafat pada akhir tahun 30 Hijriyah setelah menyuguhkan kebaikan kepada umat.
Semoga Allah merahmati Asma` binti Yazid bin Sakan dan memuliakan dengan hadis yang telah beliau riwayatkan bagi kita, dan dengan pengorbanan yang telah beliau usahakn, dan telah beramal dengan sesuatu yang dapat dijadikan pelajaran bagi yang lain dalam mencurahkan segala kemampuan dan susah demi memperjuangkan al-Haq dan mengibarkan bendera hingga dien ini hanya bagi Allah. [Murâja’ah, Sabtu, 28-12-2002=24-10-1423 H] 
(Diambil dari buku Mengenal Shahabiah Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam dengan sedikit perubahan, penerbit Pustaka AT-TIBYAN, Hal. 172-176)
Bab 2
KEISTIMEWAAN TAUHID DAN DOSA-DOSA YANG DIAMPUNI KARENANYA
Firman Allah Ta'ala:
"Orang-orang yangberiman dan tidak menodai iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat ketenteraman dan mereka itu adalah orang-orang yang menepati jalan hidayah." (Al-An' am: 82).
Ubadah bin Ash-Shamit, radhiallahu anhu , menuturkan : Rasulullah shallallahu alaihi wasalam  bersabda:
"Barangsiapa bersyahadat bahwa tidak ada sesembahan yang hak selain Allah saja, tiada sekutu bagi-Nya, dan Muhammad adalah Hamba dan Rasul-Nya; dan (bersyahadat) bahwa Isa adalah hamba Allah, rasul-Nya dan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam serta ruh daripada-Nya; dan (bersyahadat pula bahwa) Surga adalah benar adanya dan nerakapun benar adanya; maka Allah pasti memasukkannya kedalam Surga betapapun amal yang telah diperbuatnya." (Hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim).
Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan pula hadits dari `Itban:
"Sesungguhnya Allah mengharamkan kepada Neraka orang yang berkata: "La Ilaha Illallah " (Tiada sesembahan yang hak selain Allah), dengan ikhlas dari hatinya dan mengharapkan (pahala meIihat) Wajah Allah. "
Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri, radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasullullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Musa berkata: "Ya Tuhanku, ajarkanlah kepadaku sesuatu untuk berdzikir dan berdoa kepada-Mu·" Allah berfirman:
"Katakan hai Musa "La Ilaha llallah" Musa berkata lagi: "Ya Tuhanku, semua hamba-Mu mengucapkan ini."
AIlah pun berfirman: "Hai Musa, andaikata ketujuh langit dan penghuninya, selain Aku, serta ketujuh bumi diletakkan pada salah satu daun timbangan, sedang "La llaha Illallah" diletakkan pada daun timbangan yang lain, maka " La Ilaha Ilallah" niscaya lebih berat timbangannya." (Hadits riwayat Ibnu Hibban, dan Al-Hakim dengan menyatakan bahwahadits ini adalah Shahih).
At-Tirmidzi meriwayatkan hadits, yang dinyatakan hasan, dari Anas: Aku mendengar Rasullullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Allah Ta 'ala berfirman: "Hai anak Adam, seandainya kamu datang kepada-Ku dengan dosa sepenuh jagad, sedangkan kamu ketika mati beracla dalam keadaan tidak berbuat syirik sedikit pun kepada-Ku, niscaya akan Aku berikan kepadamu ampunan sepenuh jagad pula.
Kandungan bab ini:
  1. Luasnya karuniaAllah.
  2. Banyaknya pahala tauhid di sisi Allah.
  3. Selain itu, tauhid menghapuskan dosa-dosa.
  4. Tafsiran ayatdalam surah Al-An'am
  5. Perhatikan kelima masalah yang tersebut dalam hadits 'Ubadah.
  6. Apabila anda mempertemukan antara hadits `Ubadah, hadits 'Itban dan hadits sesudahnya, akan jelas bagi anda pengertian kalimat "La Ilaha Illallah", dan akan jelas bagi anda kesalahan orang-orang yang tersesat karena hawa nafsunya.
  7. Perlu diingat persyaratan yang dinyatakan di dalam hadits 'Itban, [yaitu ikhlas semata-mata karena Allah dan tidak mempersekutukan-Nya] .
  8. Para nabi perlu diingatkan pula akan keistimewaan "La Ilaha Illallah".
  9. Bahwa  "La  Ilaha  Illallah"  berat  timbangannya mengungguli berat timbangan seluruh makhluk, padahal banyak di antara orang yang mengucapkan kalimat tersebut ringan timbangannya.
  10. Dinyatakan bahwa bumi itu tujuh, seperti halnya langit.
  11. Langit dan bumi ada penghuninya.
  12. Menetapkan sifat-sifat Allah, berbeda dengan pendapat Asy'ariyah.
  13. Apabila anda memahami hadits Anas, anda akan tahu bahwa sabda Rasullullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam hadits 'Itban maksudnya ialah dengan tidak melakukan perbuatan syirik sedikitpun, bukan sekedar mengucapkan kalimat tauhid dengan lisan saja.
  14. Perhatikanlah perpaduan sebutan sebagai Hamba Allah dan Rasul-Nya dalam pribadi Nabi 'Isa dan Nabi Muhammad.
  15. Mengetahui keistimewaan Nabi 'Isa sebagai kalimat Allah."
  16. Mengetahui bahwa Nabi'Isa adalah ruh diantara ruh-ruh yang diciptakan Allah.
  17. Mengetahui keistimewaan iman kepada kebenaran adanya Surga dan Neraka.
  18. Mengetahui sabda Rasullullah: "betapapun amal yang telah diperbuatnya ".
  19. Mengetahui bahwa timbangan mempunyai dua daun.
  20. Mengetahui kebenaran adanya Wajah bagi Allah Ta`ala.
 
Bab 3
BARANG SIAPA MENGAKAN TAUHID DENGAN SEMURNI-MURNINYA, PASTI MASUK SURGA TANPA HISAB
Firman Allah Ta'aIa:
"Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang menjadi teladan, senantiasa patuh kepada Allah dan menghadapkan diri (hanya kepada-Nya); dan sama sekali ia tidak pernah termasuk orang-orang yang berbuat syirik (kepada Allah)" (An-Nahl: 120).
"Dan orang-orang yang mereka itu tidak berbuat syirik (sedikit pun) kepada Tuhan mereka. " (Al-Mu'minun: 59)
Hushain bin 'Abdurrahman menuturkan:
"Suatu ketika aku berada di sisi Sa'id bin Jubair, lalu ia bertanya: "Siapakah di antara kalian melihat bintang yang jatuh semalam." Aku pun menjawab: "Aku." Kemudian kataku:
"Ketahuilah, sesungguhnya aku ketika itu tidak dalam keadaan shalat, tetapi terkena sengatan kalajengking." Ia bertanya: "Lalu apa yang kamu perbuat?" Jawabku: "Aku meminta ruqyah."
Ia bertanya lagi: "Apakah yang mendorong dirimu untuk melakukan hal itu?" Jawabku: "Yaitu: sebuah hadits yang dituturkan oleh Asy-Sya'bi kepada kami." Ia bertanya lagi: "Dan apakah hadits yang dituturkan kepadamu itu?" Kataku: "Dia menuturkan kepada kami hadits dari Buraidah bin Al-Hushaib:
"Tidak dibenarkan melakukan ruqyah kecuali karena 'ain' atau terkena sengatan".
Sa'id pun berkata: "Sungguh telah berbuat baik orang yang mengamalkan apa yang telah didengarnya; tetapi Ibnu'Abbas menuturkan kepada kami hadits dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahwa beliau bersabda:
"Telah diperlukan kepadaku umat-umat. Aku melihat seorang nabi, bersamanya beberapa orang; dan seorang nabi, bersamanya satu dan dua orang; serta seorang nabi, dan tak seorang pun bersamanya. Tiba-tiba ditampakkan kepadaku suatu jumlah yang banyak; aku pun mengira bahwa mereka itu adalah umatku, tetapi dikatakan kepadaku: Ini adalah Musa bersama kaumnya. Lalu, tiba-tiba aku melihat lagi suatu jumlah besar pula, maka dikatakan kepadaku: ini adalah umatmu, dan bersama mereka ada tujuh puluh ribu orang yang mereka itu masuk Surga tanpa hisab dan tanpa adzab." Kemudian bangkitlah beliau dan segera memasuki rumahnya.
Maka orang-orang pun memperbincangkan tentang siapakah mereka itu. Ada di antara mereka yang berkata: Mungkin saja mereka itu yang menjadi sahabat RasuIlullah shallallahu alaihi wasalam. Ada lagi yang berkata: Mungkin saja mereka itu orang-orang yang dilahirkan dalam lingkungan Islam, sehingga mereka tidak pernah berbuat syirik sedikit pun kepada Allah. Dan mereka menyebutkan lagi beberapa perkara yang lain. Ketika Rasulullah shallallhu 'alaihi wasallam keluar, mereka memberitahukan hal telsebut kepada beliau.
Maka beliau bersabda: "Mereka itu adalah orang-orang yang tidak meminta ruqyah, tidak meminta supaya lukanya ditempel dengan besi yang dipanaskan, tidak melakukan tathayyur" dan mereka pun bertawakkal kepada Tuhan mereka. " Lalu berdirilah 'Ukasyah bin Mihshan dan berkata:
Mohonkanlah kepada Allah agar aku termasuk golongan mereka. Beliau menjawab: "Kamu termasuk golongan mereka. " Kemudian berdirilah seorang yang lain dan berkata:
MohonkanIah kepada Allah agar aku juga termasuk golongan mereka. Beliau menjawab: "Kamu sudah kedahuluan 'Ukasyah. "'
Kandungan Bab ini:
  1. Mengetahui adanya tingkatan-tingkatan manusia dalam tauhid.
  2. Pengertian mengamalkan tauhid dengan semurni-murninya.
  3. Sanjungan Allah Ta`ala kepada Nabi Ibrahim, karena sama sekali tidak pernah termasuk orang-orang yang berbuat syirik kepada Allah.
  4. Sanjungan Allah kepada para tokoh wali (Sahabat Rasulullah), karena bersihnya diri mereka dari perbuatan syirik.
  5. Tidak meminta ruqyah, tidak meminta supaya lukanya ditempel dengan besi yang dipanaskan dan tidak melakukan tathayyur adalah termasuk pengamalan tauhid yang murni.
  6. Bahwa tawakkal kepada Allah adalah sifat yang mendasari sikap tersebut.
  7. Dalamnya ilmu para sahabat, karena mereka mengetahui bahwa orang-orang yang dinyatakan dalam hadits tersebut tidak dapat mencapai derajat dan kedudukan yang demikian itu kecuali dengan amal.
  8. Gairah dan semangat para sahabat untuk berlomba-lomba dalam mengejakan amal kebaikan.
  9. Keistimewaan umat Islam, dengan kuantitas dan kualitas.
  10. Keutamaan pengikut Nabi Musa.
  11. Umat-umat telah ditampakkan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
  12. Setiap umat dikumpullkan sendiri-sendiri bersama nabinya.
  13. Bahwa sedikit orang yang mengikuti seruan para nabi.
  14. Nabi yang tidak mempunyai pengikut, datang sendirian pada hari Kiamat.
  15. Buah dari pengetahuan ini, adalah: tidak silau dengan jumlah yang banyak dan tidak merasa kecil hati dengan jumlah yang sedikit.
  16. Diperbolehkan melakukan ruqyah karena terkena `ain atau sengatan.
  17. Dalamnya pengertian kaum Salaf, dapat dipahami dari kata-kata Sa'id bin Jubair: "Sungguh telah berbuat baik orang yang mengamalkan apa yang telah didengarnya; tetapi ..." dst. Dengan demikian jelaslah bahwa hadits pertama tidak bertentangan dengan hadits kedua.
  18. Kemuliaan sifat kaum Salaf karena ketulusan hati mereka, dan mereka tidak memuji seseorang dengan pujian yang dibuat-buat.
  19. Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: "Kamu termasuk golongan mereka", adalah salah satu dari tanda-tanda kenabian beliau.
  20. Keutamaan'Ukasyah.
  21. Penggunaan kata sindiran.
  22. Keelokan budi pekerti Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam.
Iman :ucapan hati dan lisan yang disertai dengan perbuatan, diiringi dengan ketulusan niat Lillah dan dilandasi dengan berpegang teguh kepada Sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasalam.
Syirik disebut kezhaliman, karena syirik adalah perbuatan menempatkan sesuatu ibadah tidak pada tempatnya dan memberikannya kepada yang tidak berhak menerimanya
Ruqyah, maksudnya di sini, ialah: penyembuhan dengan pembacaan ayat-ayat Al-Qur'an atau doa-doa.
'Ain, yaitu: pengaruh jahat yang disebabkan oleh rasa dengki seseorang melalui matanya; disebut juga kena mata.
Tathayyur ialah: merasa pesimis, merasa bernasib sial, atau meramal nasib buruk, karena melihat burung, binatang lainnya atau apa saja.
Syahadat, ialah: persaksian dengan hati dan lisan, dengan mengerti maknanya dan mengamalkan apa yang menjadi tuntutannya, baik lahir maupun batin.
"Asy'ariyah, adalah salah satu aliran teologis, pengikut Syaikh Abul-Hasan 'Ali Bin Ismail Al-Asy'ari (260-324H = 874-936M). Dan maksud Penulis disini ialah menetapkan sifat-sifat Allah sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran maupun Sunnah. Termasuk sifat yang ditetapkan, ialah kebenaran adanya Wajah bagi Allah, mengikuti cara yang diamalkan kaum Salaf Shalih dalam masalah ini, yaitu: mengimani kebenaran sifat-sifat Allah yang dituturkan oleh Al-Quran dan Sunnah tanpa tahrif, ta'thil, takyif dan tamtsil. Adapun Asy'ariyah dalam masalah sifat yang seperti ini, sebagian mereka ada ayang menta'wilkannya (menafsirinya dengan makna yang menyimpang dari makna yang sebenarnya) dengan dalih bahwa hal tersebut apabila tidak dita'wilkan bisa menimbulkan tasybih (penyerupaan) Allah dengan makhluk-Nya. Akan tetapi , perlu diketahui, bahwa Syaikh Abul-Hasan Al-Asy'ari sendiri dalam masalah ini telah menyatakan berpegang teguh pada manhaj Salaf Shalih, sebagaimana beliau nyatakan dalam kitab yang ditulis di akhir masa hidupnya, yaitu: Al-Ibanah 'An Ushulid-Diyanah (Editor: Abdul Qadir Al-Arna'uth, Beirut: Maktabah Dar Al-Bayan, 1410 H), bahkan dalam karyanya ini beliau mengkritik dan menyanggah tindakan ta'wil yang dilakukan orang-orang yang menyimpang dari madzhab Salaf.



Bab I
TAUHID, [HAKIKAT DAN KEDUDUKANNYA]
Firman Allah Ta'ala:
"Aku menciptakan jin dan manusia, tiada lain hanyalah untuk beribadah kepadaku." (Adz-Dzariyat: 56)
Ibadah, ialah: penghambaan diri kepada Allah Ta'ala dengan mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, sebagaimana yang telah disampaikan oleh Rasulullah shallallahtl 'alaihi ronsnllam. Dan inilah hakikat agama Islam, karena Islam maknanya ialah penyerahan diri kepada Allah semata-mata yang disertai dengan kepatuhan mutlak kepada-Nya dengan penuh rasa rendah diri dan cinta.
Ibadah berarti juga segala perkataan dan perbuatan, baik lahir maupun batin, yang dicintai dan diridhai Allah. Dan suatu amal diterima oleh Allah sebagai suatu ibadah apabila diniati ikhlash, semata-mata karena Allah; dan mengikuti tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada setiap umat ( untuk menyerukan): "Beribadahlah kepada Allah (saja) dan jauhilah thaghut. " (An-Nahl: 36).
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan beribadah kecuali hanya kepada-Nya, dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya ntau kedua-duanya mencapai usia lanjut dalam pemeIiharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka, serta ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu kepada mereka berdua dengan penuh kasih-sayang, dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua sebagaimana mereka keduanya telah mendidikku waktu kecil." (Al-Isra': 23-24).
Thaghut, ialah: setiap yang diagungkan -selain Allah- dengan disembah, ditaati, atau dipatuhi; baik yang diagungkan itu berupa batu, manusia, ataupun syetan.
Menjauhi thaghut: mengingkarinya; membencinya; tidak mau menyembah dan memujanya baik dalam bentuk dan dengan cara apapun.
"Beribadahlah kamu sekalian kepada Allah (saja) dan janganlah berbuat syirik sedikitpun kepadanya"
"Katakanlah (Muhammad): "Marilah kubacakan apa yang diharamkan oleh Tuhanmu, yaitu janganlah kamu berbuat syirik sedikitpun kepada-Nya, berbuat baiklah kepada kedua orang tua dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang tampak maupun yang tersembunyi dan janganlah kalian membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan sesuatu (sebab) yang benar Demikianlah yang diwasiatkan Allah kepadamu, supaya kamu memahami(nya)·
Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga ia mencapai kedewasaannya; dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan menurut kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah berlaku adil, kendatipun dia adalah kerabat(mu); dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diwasiatkan Allah kepadamu agar kamu ingat." Dan (kubacakan): "sungguh inilah jalan-Ku, berada dalam keadaan lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu akan mencerai-beraikan kamu kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diwasiatkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa." (Al-An'am: 151-153)
Ibnu Mas'ud radhiallahu anhu  berkata:
"Barangsiapa yang ingin melihat wasiat Muhammad shallallahu alaihi wasalam , yang tertera di atasnya cincin stempel milik beliau, maka hendaklah dia membaca firman Allah Ta'ala:

" Katakanlah (Muhammad): "Marilah kubacakan apa yang diharamkan kepadamu oleh Tuhanmu, yaitu: Janganlah kamu berbuat syirik sedikit pun kepada-Nya…" dan seterusnya, sampai pada firman-Nya: "Dan (kubacakan): "Sungguh inilah jalan-Ku berada dalam keadaan lurus…" dan seterusnya."
"Aku pernah diboncengkan Nabi shallallahu `alaihi wasallam di atas seekor keledai. Lalu beliau bersabda kepadaku: "Hai Mu'adz, tahukah kamu apa hak Allah yang wajib dipenuhi oleh para hamba-Nya dan apa hak para hamba yang pasti dipenuhi Allah?" Aku menjawab: "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Beliau pun bersabda: "Hak Allah yang wajib dipenuhi oleh para hamba-Nya ialah supaya mereka beribadah kepada-Nya saja dan tidak berbuat syirik sedikit pun kepada-Nya; sedangkan hak para hamba yang pasti dipenuhi Allah adalah: bahwa Allah tidak akan menyiksa orang yang tidak berbuat syirik sedikit pun kepada-Nya. " Aku bertanya: "Ya Rasulullah, tidak perlukah aku menyampaikan kabar gembira ini kepada ouang-orang? " Beliau menjawab:
"Janganlah kamu menyampaikan kabar gembira ini kepada mereka, sehingga mereka nanti akan bersikap menyandarkan diri." (Hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim dalam Shahih mereka).
Atsar ini diriwayatkan At-Tirmidzi, Ibnu Al-Mundzir dan Ibnu Abi Hatim Kandungan Bab ini :
  1. Hikmah diciptakannya jin danmanusia oleh Allah Ta'ala.
  2. Ibadah adalah hakekat tauhid, karma pertentangan yang terjadi antara Rasullullah shallallahu 'alaihi wasallam dengan kaum musyrikin dalam masalah  tauhid ini.
  3. Barangsiapa yang belum melaksanakan tauhid ini, belumlah ia beribadah (menghamba) kepada Allah. Di sinilah letak pengertian firman Allah Ta 'ala: "Dan sekali-kali kamu sekalian bukanlah penyembah (Tuhan) yang aku sembah." (Al-Kafirun: 3)
  4. Hikmah diutusnya para Rasul, ialah: untuk menyerukan tauhid dan melarang syirik.
  5. Pengutusan Rasul telah mencakup seluruh umat.
  6. Bahwa ajaran/tuntunan para nabi adalah satu, [yaitu:tauhid (pemumian ibadah kepada Allah)].
  7. Masalah besar, yaitu: bahwa ibadah kepada Allah tidak akan dapat terwujud dengan sebenar-benamya kecuali dengan mengingkari thaghut. Dan inilah pengertian firman Allah Ta'ala: "Barangsiapa yang mengingkari thaghut dan beriman kepada Allah, maka ia benar-benar telah berpegang teguh pada tali yang paIing kuat. " (Al-Baqarah: 256).
  8. Pengertian thaghut bersifat umum, meliputi setiap yang diagungkan selain Allah.
  9. Ketiga ayat muhkamat yang tersebut dalam surah Al-An' am menurut kaum Salaf; mempunyai kedudukan yang penting karena terkandung di dalamnya sepuluh masalah, yang pertama adalah larangan terhadap perbuatan syirik.
  10. Ayat-ayat muhkamat yang tersebut dalam surah Al-Isra', mengandung delapan belas masalah, dimulai dengan firman Allah: "Janganlah kamu menjadikan bersama Allah sesembahan yang lain, agar kamu tidak menjadi terhina lagi tercela. " (Al-Isra': 22)
    Dan diakhiri dengan firman-Nya:
    "Dan janganlah kamu menjadikan bersama Allah sesembahan yang lain, sehingga kamu (nantinya) dicampakkan ke dalam Neraka Jahannam dalam keadaan tercela lalu dijauhkan (dari rahmat Allah). " (Al-Isra': 39).
    Serta Allah mengingatkan kepada kita akan pentingnya masalah-masalah ini dengan firman-Nya:
    "Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu." (AI-lsra : 39).
  11. Ayat dalam surah An-Nisa', disebutkan di dalamnya sepuluh hak, yang pertama yaitu sebagaimana firman Al-lah Ta'ala: "Beribadahlah kamu sekalian kepada Allah (saja) dan janganlah kamu berbuat syirik sedikitpun kepada-Nya." (An-Nisa': 36).
  12. Perlu diingat wasiat Rasullullah shallallahu alaihi wasalam di saat akhir hayat beliau.
  13. Mengetahui hak Allah yang wajib kita laksanakan.
  14. Mengetahui hak para hamba Allah yang pasti akan dipenuhi-Nya, apabila mereka melaksanakan hak-Nya terhadap mereka.
  15. Bahwa masalah ini tidak diketahui oleh sebagian besar Sahabat.
  16. Boleh merahasiakan ilmu pengetahuan masalah ini untuk maslahat.
  17. Dianjurkan untuk menyampaikan kepada sesama muslim suatu berita yang menggembirakannya.
  18. Rasullullah shallallahu 'alaihi wasallam merasa khawatir terhadap sikap menyandarkan diri kepada keluasan rahmat Allah.
  19. Jawaban qrang yang ditanya  sedangkan dia tidak tahu, adalah: "Allahu wa Rasuluhu A 'lam" (Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui).
  20. Boleh menyampaikan ilmu kepada orang-orang tertentu, tanpa yang lain.
  21. Kerendahan hati Rasullullah shaIlallahu 'alaihi wasallam, karena ketika menunggang keledai, beliau mau memboncengkan orang lain di belakangnya.
  22. Boleh memboncengkan seseorang di atas binatang, jika binatang itu kuat.
  23. Keutamaan Mu'adz bin Jabal.
  24. Bahwa tauhid mempunyai kedudukan yang sangat mendasar.

0 komentar:

Post a Comment

Just select text on the page and get instant translation from Google Translate!
Google Translate Client