Selamat Datang Di Emye Private Blog
Membaca, mendengar, dan menterjemahkan Al Qur'an
Sedikit Bigraphy Singkat tentang Aku.
Title

Bapakku

Bapakku yang Sangat Tegas Akan Sesuatu yang Dia Anggap Fundamental, Berprinsip Kuat. Sangat Religius. Jawa Banyumasan. Gualakeee Poll, hehehe...

Read More
Title

Ibuku

Ibuku.., Seorang Wanita yang Sangat Kuat, Tegar dan Banyak Akal. Bisa Menjadi Seorang Ibu Sekaligus "seorang ayah" Juga. Smart dalam bertahan hidup, Sabar di Keseharian, Walau Galak Tapi Pemaaf... Saluut Untukmu Mah...!

Read More
Title

Aku Yang...

Inilah Yang Dulu Selalu Mencari Masalah, dan Terkena Masalah dan Hampir Terkubur Karenanya.. Berharap Maaf dariNYA, Kedua Orangtuaku dan Juga Kalian Semua.. Do'akan RidhoNYA Untukku ya.. Terimakasih Untuk Kalian Semua...

Read More
Title

Rumahku Hidupku..No Place Like Home

Di Sinilah Awal Semua Kisahku.., Di Awali Dengan Kasih Sayang dan Pengharapan dan Di Jalani Dengan Kegilaan lalu Berakhir dengan Keterpurukan. No More Fly..No More Sky and No More Cry...

Read More
Title

Seberkas CahayaNYA...

Menunggu dan Berharap Banyak dariNYA... Jawaban dan Ampunan Setelah Doa-doa yang Kutambatkan.. Setiap Detik, Setiap Saat Sebelum Saat Akhir Hidupku Tiba...

Read More
Title

Pikirkan Dulu!

Pikirkan dan Pertimbangkan Semua Pilihan. Karena Kau Harus Memilih, Gunakan Kata Hatimu. Ambil Apa Yang Baik Dari Kisahku Kawan.. Semua Hikmah. Sekarang atau Tidak Sama Sekali..!!!?

Read More

Sejarah Hidup Rasulullah Muhammad SAW

October 19, 2011
 
BAGIAN KEDUAPULUH LIMA: HUNAIN DAN TA'IF                 (1/2)
 Muhammad Husain Haekal
 
    Malik b. 'Auf menghasut Hawazin dan Thaqif - Bertahan di
    selat Lembah Hunain - Muslimin berangkat ke Hunain -
    Memasuki selat Lembah di pagi buta - Serangan Hawazin dan
    Thaqif, mundur dalam kekalahan - Keteguhan hati Muhammad
    menghadapi maut - Teriakan Abbas supaya Muslimin kembali
    - Kembali kepada Rasulullah, pertempuran dan kemenangan -
    Rampasan perang - Perjalanan ke Ta'if - Pengepungan dan
    menghindari pertempuran - Kebun dibakar - Permohonan Nabi
    untuk tidak melakukan itu - Kembali dan pengepungan -
    Hawazin menerima Islam - Cerita Syaima' - Kembali ke
    Ji'rana dan pembagian rampasan perang - 'Umrah - Kembali
    ke Medinah.
 
 DENGAN perasaan gembira karena kemenangan yang telah diberikan
 Tuhan,  kaum  Muslimin masih tinggal di Mekah setelah kota itu
 dibebaskan.  Mereka  sangat  bersenang  hati   sekali   karena
 kemenangan   besar  ini  tidak  banyak  minta  kurban.  Setiap
 terdengar suara Bilal mengucapkan azan sembahyang, cepat-cepat
 mereka  pergi  ke  Mesjid  Suci,  berebut-rebutan  di  sekitar
 Rasulullah, dimana saja ia berada dan ke mana saja ia pergi.
 
 Kaum Muhajirin pun sekarang dapat  pulang,  dapat  berhubungan
 dengan  keluarga  mereka,  yang  kini  telah mendapat petunjuk
 Tuhan. Hati mereka pun sudah yakin bahwa keadaan  Islam  sudah
 mulai  stabil,  dan  bahwa  perjuangan  sebagian  besar  sudah
 membawa  kemenangan.  Akan  tetapi  limabelas  hari   kemudian
 setelah  mereka tinggal di Mekah itu, tiba-tiba tersiar berita
 yang membuat mereka harus segera sadar kembali. Soalnya ialah,
 Kabilah  Hawazin  yang  tinggal  di  pegunungan  tidak jauh di
 sebelah timur-laut Mekah, setelah melihat kemenangan  Muslimin
 yang     telah    membebaskan    Mekah    dan    menghancurkan
 berhala-berhala, mereka  pun  kuatir  akan  mendapat  giliran;
 pihak Muslimin akan juga menyerbu daerah mereka. Terpikir oleh
 mereka apa yang harus mereka lakukan  dalam  mencegah  bencana
 yang  akan  menimpa  mereka itu. dan membendung Muhammad serta
 mencegah  arus   kaum   Muslimin   yang   akan   menghilangkan
 kemerdekaan kabilah-kabilah itu di seluruh jazirah bila mereka
 semua digabungkan kedalam  suatu  kesatuan  di  bawah  naungan
 Islam.
 
 Untuk  itu  Malik  b.  'Auf  dari Banu Nashr sekarang berusaha
 mengumpulkan kabilah-kabilah Hawazin dan Thaqif, demikian juga
 kabilah-kabilah  Nashr  dan  Jusyam.  Dari pihak Hawazin semua
 ikut, kecuali Ka'b dan Kilab. Sedang  dari  pihak  Jusyam  ada
 orang  yang  bernama  Duraid  bin'sh-Shimma,  orang yang sudah
 berusia lanjut dan sudah tidak berguna  buat  ikut  berperang,
 tetapi   sebagai   orang   yang   sudah  bertahun-tahun  punya
 pengalaman  dalam  perang,  pendapatnya   sangat   diperlukan.
 Kabilah-kabilah    itu    semua   berkumpul,   membawa   serta
 harta-benda,  wanita  dan  anak-anak  mereka.  Mereka   menuju
 dataran   Autas.   Bilamana   dengusan   unta,   keledai  yang
 melengking, tangisan anak  dan  kambing  yang  mengembik-embik
 sampai ke telinga Duraid, ia bertanya kepada Malik b. 'Auf:
 
 "Kenapa semua harta-benda, wanita dan anak-anak itu ikut serta
 dalam peperangan?"
 
 Malik menjawab bahwa hal itu dilakukan guna  memberi  semangat
 kepada angkatan perangnya.
 
 "Kalau kalian akan mengalami kekalahan mungkinkah hal ini bisa
 mencegahnya?" kata Duraid lagi. "Kalau harus menang juga, maka
 yang  penting  hanyalah  laki-laki dengan pedang dan panahnya;
 sebaliknya kalau kamu harus mengalami kekalahan, keluarga  dan
 hartamu hanya akan membawa bencana."
 
 Dengan  Malik ia berselisih pendapat. Tetapi orang banyak ikut
 Malik. Dia seorang pemuda berusia tigapuluh tahun, bersemangat
 dan  punya  kemauan keras. Sekalipun sudah berpengalaman dalam
 perang, sekali ini Duraid menyerah kepada pendapat mereka.
 
 Sekarang Malik memerintahkan supaya orang berangkat ke  puncak
 gunung  dan  ke  selat  Lembah  Hunain.  Bilamana  nanti  kaum
 Muslimin turun ke lembah itu, maka hendaklah mereka  diserang,
 sehingga  dengan  serangan satu orang saja barisan mereka akan
 sudah  jadi  lemah,  mereka  akan  kucar-kacir,  akan   saling
 menghantami sesama mereka. Dengan demikian mereka akan hancur,
 pengaruh kemenangan  mereka  ketika  membebaskan  Mekah  sudah
 takkan   berarti   lagi.   Yang  ada  nanti  hanya  kemenangan
 kabilah-kabilah Hunain itu saja di seluruh jazirah Arab, suatu
 kemenangan   yang  akan  dapat  dibanggakan  dalam  menghadapi
 kekuatan yang kini menguasai tanah Arab  itu.  Perintah  Malik
 ditaati  oleh kabilah-kabilah dan mereka membuat pertahanan di
 selat wadi itu.

 Pihak Muslimin sendiri setelah dua minggu  tinggal  di  Mekah,
 dalam  persiapan  senjata  dan tenaga yang belum pernah mereka
 alami sebelum itu, dengan pimpinan Muhammad  mereka  berangkat
 pula  cepat-cepat.  Mereka bergerak dalam jumlah duabelas ribu
 orang. Sepuluh ribu terdiri dari mereka  yang  telah  menyerbu
 dan  membebaskan  Mekah  dan  yang  dua ribu lagi terdiri dari
 orang-orang Quraisy yang sudah Islam - di antaranya Abu Sufyan
 b.   Harb.  Mereka  semua  mengenakan  pakaian  berlapis  besi
 didahului  oleh  pasukan  berkuda  dan   unta   yang   membawa
 perlengkapan  dan bahan makanan. Keberangkatan Muslimin dengan
 pasukan demikian ini, sebenarnya memang belum  pernah  dikenal
 di  seluruh  jazirah.  Setiap  kabilah didahului oleh panjinya
 masing-masing, tampil kedepan dengan hati bangga karena jumlah
 yang   begitu   besar,   yang  tidak  akan  dapat  dikalahkan.
 Sampai-sampai antara mereka satu sama lain ada  yang  berkata:
 Karena  jumlah  kita yang besar ini sekarang kita takkan dapat
 dikalahkan.

 Menjelang sore hari itu mereka  sudah  sampai  di  Hunain.  Di
 pintu-pintu masuk wadi itu mereka berhenti dan tinggal di sana
 sampai waktu fajar keesokan  harinya.  Ketika  itulah  pasukan
 mulai  bergerak  lagi. Muhammad mengikuti dari belakang dengan
 menunggang bagalnya yang putih.  Sementara  Khalid  bin'lWalid
 yang  memimpin  Banu Sulaim berada di depan. Dari selat Hunain
 itu mereka menyusur ke sebuah  wadi  di  Tihama.  Akan  tetapi
 sementara   mereka   sedang  menuruni  lembah  itu,  tiba-tiba
 datanglah serangan mendadak  secara  bertubi-tubi  dari  pihak
 kabilah-kabilah  dengan komando Malik b. 'Auf. Sementara masih
 dalam keadaan remang-remang subuh itu  mereka  telah  dihujani
 panah  oleh  pihak  Malik. Ketika itulah keadaan Muslimin jadi
 kacau-balau.  Dalam  keadaan  terpukul  demikian  itu   mereka
 berbalik  surut dengan membawa perasaan takut dan gentar dalam
 hati, dan ada pula yang lari sekuat-kuatnya.  Dalam  hal  ini,
 dengan  senyum  gembira  di  bibir  - Abu Sufyan yang sekarang
 melihat  kegagalan  orang-orang  yang  kemarin   telah   dapat
 mengalahkan Quraisy itu - berkata "Mereka takkan berhenti lari
 sebelum sampai ke laut."
 
 Begitu juga Syaiba b. 'Uthman b. Abi Talha berkata:  "Sekarang
 aku  dapat  membalas Muhammad." Berkata begitu, karena bapanya
 telah terbunuh dalam perang Uhud.
 
 Ketika Kalada b. Hanbal berkata: "Ya, sihirnya sekarang  sudah
 tidak  mempan," dibalas oleh Shafwan saudaranya sendiri: "Diam
 kau! Sungguh aku lebih suka di bawah orang Quraisy daripada di
 bawah Hawazin."

 Percakapan  demikian  itu  terjadi  sementara  keadaan pasukan
 perang sedang kucar-kacir.  Dalam  pada  itu,  kabilah-kabilah
 yang  sedang  mengalami kekalahan itu satu demi satu berlarian
 di hadapan Nabi yang berada di belakang  -  tanpa  melihat  ke
 kanan kiri lagi.
 
 Apa  kiranya  yang  diperbuatnya?  Mungkinkah pengorbanan yang
 duapuluh tahun itu akan hilang dalam sekejap mata begitu  saja
 pada  pagi buta itu? Ataukah Tuhan sudah menjauhinya dan sudah
 tidak lagi memberikan pertolongan?  Tidak!  Tidak!  Ini  tidak
 mungkin!  Sebelum  itu,  sudah  ada  bangsa-bangsa  yang sudah
 punah, golongan-golongan yang sudah tak ada lagi. Sebelum  itu
 pun   Muhammad   sudah   biasa   bergumul  dengan  maut,  dan
 kalau-kalau dalam mati membela agama Allah itu kemenangan akan
 ada.  Dan  apabila  ajal  itu  sudah  datang  tidak akan dapat
 sedetik pun ditunda atau dimajukan.
 
 Muhammad tetap tabah tiada  bergerak  di  tempatnya.  Beberapa
 orang dari kalangan Muhajirin, Anshar serta kerabat-kerabatnya
 tetap berada di sekelilingnya.
 
 Dalam pada itu dipanggilnya orang-orang  yang  melarikan  diri
 lewat di hadapannya itu seraya katanya: "Hai orang-orang! Kamu
 mau ke mana? Mau ke mana?"
 
 Tetapi, orang-orang yang sudah penuh ketakutan itu sudah tidak
 mendengar apa-apa lagi. Yang tergambar dalam mata mereka hanya
 Hawazin dan  Thaqif  yang  kini  sedang  meluncur  turun  dari
 perkubuan   di   puncak-puncak  gunung  mengejar  mereka.  Dan
 gambaran mereka itu tidak salah.  Pihak  Hawazin  sudah  mulai
 turun  dari  tempat  semula,  didahului oleh seseorang di atas
 seekor unta berwarna merah, dan membawa sebuah  bendera  hitam
 yang  dipancangkan  pada  sebilah  tombak  panjang.  Setiap ia
 bertemu dengan pihak Muslimin ditetakkannya tombak itu  kepada
 mereka,  sementara  pihak Hawazin, Thaqif dan sekutu-sekutunya
 terus meluncur turun dari belakang sambil terus menghantam.
 
 Semangat baru timbul dalam hati Muhammad. Dengan bagalnya yang
 putih  itu  ia  ingin menerjang sendiri ke tengah-tengah musuh
 yang  sedang  meluap-luap  seperti  banjir  itu.  Sesudah  itu
 terserah  kepada  Tuhan.  Akan  tetapi Abu Sufyan b. Harith b.
 'Abd'l-Muttalib segera menahan kekang bagal itu dan dimintanya
 jangan dulu maju.
 
 Abbas  b.  'Abd'l-Muttalib seorang laki-laki yang berperawakan
 besar dan lantang sekali suaranya. Ia berseru  yang  kira-kira
 akan  dapat  didengar  oleh  semua orang dari segenap penjuru:
 "Saudara-saudara dari kalangan Anshar  yang  telah  memberikan
 tempat  dan  pertolongan!  Saudara-saudara dari Muhajirin yang
 telah   memberikan   ikrar    di    bawah    pohon!    Marilah
 saudara-saudara, Muhammad masih hidup!"

 Seruan  demikian  itu  diulang-ulangnya  oleh  Abbas, sehingga
 suaranya bersipongang dan bergema  ke  segenap  penjuru  wadi.
 Disinilah  adanya  mujizat  itu:  Orang-orang 'Aqaba mendengar
 nama 'Aqaba, teringat  oleh  mereka  Muhammad,  teringat  akan
 janji  dan  kehormatan  diri mereka. Demikian juga orang-orang
 Muhajirin, begitu  mendengar  nama  Muhajirin,  teringat  oleh
 mereka  akan  pengorbanan  mereka  selama  ini,  teringat akan
 kehormatan  diri  mereka.  Mereka  itu  sudah  mendengar   dan
 mengetahui  tentang  ketenangan  dan  ketabahan hati Muhammad,
 disamping sejumlah kecil  orang-orang  Muhajirin  dan  Anshar,
 yang  sama  tabahnya  seperti  ketika Perang Uhud dulu - dalam
 menghadapi musuh yang begitu besar.  Dalam  hati  mereka  kini
 terbayang  betapa akibatnya kemenangan orang-orang musyrik itu
 terhadap agama  Allah  kelak  sekiranya  mereka  ini  sekarang
 gagal.
 
 Seruan  Abbas  yang  selama itu masih tetap berkemandang dalam
 telinga, hati mereka  sekaligus  tersentak  karenanya.  Ketika
 itulah   mereka   saling   menyambut   dari  segenap  penjuru:
 "Labbaika,1 Labbaika! "
 
 Mereka-semua kini kembali, dan bertempur  lagi  secara  heroik
 sekali.
 
 Pihak Hawazin yang sudah menyusur turun dari tempatnya semula,
 sekarang sudah berhadapan muka dengan  Muslimin  dalam  lembah
 itu.  Sinar  siang  sudah  mulai tampak dan remang pagi dengan
 sendirinya menghilang. Di sarnping Rasulullah  sekarang  sudah
 berkumpul  beberapa  ratus  orang  siap akan berhadapan dengan
 kabilah-kabilah itu. Jumlah mereka  ini  bertambah  juga.  Dan
 dengan  kembalinya  mereka  itu,  semangat  yang tadinya sudah
 lemah  kini  kembali  berkobar-kobar.  Pihak  Anshar   sendiri
 berteriak: "Hai Anshar!" Lalu mereka saling memanggil-manggil:
 "Hai Khazraj!"
 
 Perasaan lega mulai terasa oleh  Muhammad  tatkala  dilihatnya
 mereka kini kembali lagi.
 
 Sementara Muhammad menyaksikan pertempuran itu berkobar dengan
 pertarungan yang semakin sengit dan melihat moril anak buahnya
 makin  tinggi  dalam  memukul  lawan,  ia  berkata:  "Sekarang
 pertempuran benar-benar berkobar. Tuhan tidak menyalahi  janji
 kepada RasulNya."

 Kepada  Abbas  dimintanya  segenggam batu kerikil dan kemudian
 kerikil itu  dilemparkannya  ke  muka  musuh  seraya  katanya:
 "Wajah-wajah  yang  buruk!" Dan terjunlah kaum Muslimin itu ke
 tengah-tengah gelanggang dengan tidak lagi  menghiraukan  maut
 demi  di  jalan  Allah. Mereka percaya, bahwa kemenangan pasti
 datang dan barang siapa gugur ia akan mendapat kemenangan yang
 lebih  besar  lagi daripada hidup. Perjuangan ketika itu hebat
 sekali. Baik Hawazin maupun Thaqif  dan  pengikut-pengikutnya,
 begitu   melihat   bahwa   setiap  perlawanan  ternyata  tidak
 berhasil,  bahkan   mereka   sendiri   terancam   akan   habis
 samasekali,  cepat-cepat  mereka lari dalam keadaan berantakan
 tanpa  melihat  ke  kanan-kiri   lagi,   dengan   meninggalkan
 wanita-wanita  dan anak-anak mereka sebagai rampasan perang di
 tangan kaum Muslimin, yang ketika itu dihitung sebanyak 22.000
 ekor  unta,  40.000  kambing  dan  4.000 'uqiya2 perak. Sedang
 tawanan  perang  yang  terdiri  dari  6.000  orang  itu  telah
 dipindahkan   dengan   pengawalan   ke  Wadi  Ji'rana.  Mereka
 ditempatkan disana sementara  menunggu  Muslimin  kembali  dan
 mengejar  sisa-sisa  musuh  serta  sekaligus  mengepung  pihak
 Thaqif di Ta'if.
 
 Muslimin meneruskan pengejarannya terhadap musuh  mereka  itu.
 Lebih  tertarik  lagi  mereka mengadakan pengejaran itu karena
 Rasul mengumumkan, bahwa barang  siapa  dapat  menyerbu  orang
 musyrik,   maka   ia  boleh  merampasnya.  Ketika  itu  Rabi'a
 bin'd-Dughunna telah dapat mengejar seekor unta  yang  membawa
 pelangkin,   yang   diduganya  berisi  wanita;  ia  pun  ingin
 merampasnya. Unta itu berlutut  dan  ternyata  isinya  seorang
 laki-laki  tua  yang  oleh  pemuda itu tidak dikenalnya, yaitu
 Duraid bin'sh-Shimma. Kepada Rabi'a itu Duraid  bertanya:  Mau
 diapakan   dirinya.   "Akan  kubunuh  kau,"  jawabnya,  sambil
 mengayunkan pedang. Tetapi tidak berhasil.
 
 "Jahat sekali ibumu mempersenjataimu!" kata Duraid.  "Ambillah
 pedangku  di  belakang  itu dan pukulkan. Keluarkan tulang dan
 otaknya. Begitulah aku menghantam orang dengan pedang itu. Dan
 kalau  kau  sudah  pulang,  katakan  kepada ibumu bahwa engkau
 telah membunuh Duraid bin'sh-Shimma. Sudah sering  sekali  aku
 melindungi wanita-wanitamu."
 
 Sesampainya  di  rumah, oleh Rabi'a hal itu diceritakan kepada
 ibunya.
 
 "Dasar tangan celaka kau," kata ibunya.  "Dia  mengatakan  itu
 hanya  akan mengingatkan kita akan jasa-jasanya kepada engkau.
 Dia telah memerdekakan tiga orang ibu pada suatu  pagi:  Yaitu
 aku, ibuku dan ibu ayahmu."
 
 Pengejaran   terhadap   pihak   Hawazin  oleh  pihak  Muslimin
 diteruskan sampai di Autas. Di tempat ini mereka digempur  dam
 dihancurkan  samasekali.  Kaum wanita dan barang-barang mereka
 dirampas lalu dibawa kepada  Muhammad.  Malik  b.  'Auf  hanya
 sebentar  saja bertahan kemudian ia pun lari, dia bersama-sama
 dengan kabilahnya dan  golongan  Hawazin,  dan  di  Nakhla  ia
 berpisah  dengan  mereka.  Ia  memutar  haluan ke Ta'if dan di
 tempat ini ia berlindung.

 Dengan demikian nyatalah sudah kemenangan orang-orang  beriman
 itu  dan  nyata  pula  kehancuran  total  orang-orang musyrik,
 setelah remang-remang subuh itu pihak Muslimin  dalam  keadaan
 terancam,  mendapat  serangan serentak sehingga mereka menjadi
 kacau-balau. Kemenangan Muslimin yang  sangat  menentukan  itu
 ialah karena ketabahan Muhammad dan sejumlah kecil orang-orang
 di sekelilingnya. Dalam hal inilah firman Tuhan turun:
 
 "Tuhan telah menolong kamu  pada  beberapa  tempat  dan  dalam
 Perang Hunain, tatkala kamu merasa bangga sekali karena jumlah
 kamu yang besar. Tetapi ternyata jumlah yang besar itu sedikit
 pun  tidak  menolong kamu, dan bumi yang seluas ini pun terasa
 amat sempit buat kamu, lalu kamu berbalik mundur. Sesudah  itu
 Tuhan  menurunkan  perasaan  tenang  kepada  Rasul  dan kepada
 orang-orang beriman serta diturunkanNya pula balatentara  yang
 tidak  kamu  lihat,  dan disiksanya orang-orang kafir itu, dan
 memang itulah balasan  buat  orang-orang  kafir.  Sesudah  itu
 kemudian    Allah    menerima    taubat    barangsiapa    yang
 dikehendakiNya,   Allah   Maha   Pengampun   dan    Penyayang.
 Orang-orang  beriman! Ingatlah, orang-orang musyrik itu kotor.
 Sebab itu sesudah ini, janganlah mereka memasuki Mesjid  Suci,
 dan  kalau  kamu  kuatir  menjadi  miskin,  maka  Tuhan dengan
 kurniaNya  akan  memberikan   kekayaan   kepada   kamu,   jika
 dikehendaki.  Sesungguhnya  Tuhan  Maha  tahu  dan Bijaksana."
 (Qur'an, 9: 25-28)

 Akan tetapi kemenangan ini tidak diperoleh dengan harga  murah
 oleh kaum Muslimin. Mereka membayarnya dengan harga yang cukup
 mahal. Mungkin ini tidak  akan  mereka  lakukan,  kalau  tidak
 karena  pada  mulanya  mereka  telah  mengalami kegagalan lari
 dalam kekalahan, sehingga seperti dikatakan  oleh  Abu  Sufyan
 "Mereka  takkan  berhenti  lari sebelum mencapai laut." Mereka
 membayar harga  mahal  itu  dengan  jiwa  orang-orang  penting
 dengan  pahlawan-pahlawan  yang  gugur  dalam pertempuran itu,
 meskipun jumlah semua kurban tidak disebutkan dalam  buku-buku
 biografi  Nabi.  Seperti  sudah  disebutkan, bahwa dua kabilah
 Muslimin hampir habis binasa, dan Nabi telah mendoakan  semoga
 Tuhan memasukkan arwah mereka ke dalam surga. Tetapi bagaimana
 pun juga nyatanya ia  telah  mendapat  kemenangan:  kemenangan
 total  yang diperoleh Muslimin terhadap lawan mereka, disertai
 rampasan dan tawanan perang, yang  sebelum  itu  tidak  pernah
 mereka   alami.   Kemenangan   adalah  segalanya  dalam  suatu
 pertempuran, betapa pun besarnya  harga  yang  harus  dibayar,
 selama   itu  merupakan  suatu  kemenangan  terhormat.  Dengan
 demikian Muslimin merasa gembira sekali akan kurnia yang telah
 diberikan   Tuhan   itu.  Mereka  tinggal  menunggu  pembagian
 rampasan perang dan dengan itu  mereka  kembali  pulang.  Akan
 tetapi  Muhammad  menginginkan  suatu  kemenangan  yang  lebih
 cemerlang lagi. Kalau Malik b.  'Auf  yang  telah  mengerahkan
 orang-orang,  kemudian  setelah mengalami kekalahan ia sendiri
 mencari perlindungan pada pihak Thaqif di  Ta'if,  maka  pihak
 Muslimin  sekarang hendaknya dapat mengepung Ta'if lebih ketat
 lagi. Begitu itulah cara dalam Khaibar  setelah  perang  Uhud,
 dan  terhadap  Quraiza  setelah  Khandaq.  Mungkin suasana ini
 mengingatkan dia ketika beberapa tahun sebelum Hijrah ia pergi
 ke  Ta'if, menganjurkan Islam kepada penduduk kota itu. Tetapi
 dia malah dicemooh, dan anak-anak  melemparinya  dengan  batu,
 sehingga terpaksa ia berlindung pada sebuah kebun anggur. Juga
 mungkin ia teringat betapa benar  ia  berangkat  seorang  diri
 ketika  itu,  dalam  keadaan  sangat  lemah,  tiada daya upaya
 selain Tuhan, selain  iman  yang  besar  yang  telah  memenuhi
 dadanya,  iman  yang telah dapat meruntuhkan gunung. Sekarang,
 sekarang ia berangkat menuju  Ta'if  dengan  sebuah  rombongan
 Muslimin,  dengan  suatu  jumlah  yang belum pernah disaksikan
 sepanjang sejarah jazirah itu.
                                     (bersambung ke bagian 2/2)
 

0 komentar:

Post a Comment

Just select text on the page and get instant translation from Google Translate!
Google Translate Client