Selamat Datang Di Emye Private Blog
Membaca, mendengar, dan menterjemahkan Al Qur'an
Sedikit Bigraphy Singkat tentang Aku.
Title

Bapakku

Bapakku yang Sangat Tegas Akan Sesuatu yang Dia Anggap Fundamental, Berprinsip Kuat. Sangat Religius. Jawa Banyumasan. Gualakeee Poll, hehehe...

Read More
Title

Ibuku

Ibuku.., Seorang Wanita yang Sangat Kuat, Tegar dan Banyak Akal. Bisa Menjadi Seorang Ibu Sekaligus "seorang ayah" Juga. Smart dalam bertahan hidup, Sabar di Keseharian, Walau Galak Tapi Pemaaf... Saluut Untukmu Mah...!

Read More
Title

Aku Yang...

Inilah Yang Dulu Selalu Mencari Masalah, dan Terkena Masalah dan Hampir Terkubur Karenanya.. Berharap Maaf dariNYA, Kedua Orangtuaku dan Juga Kalian Semua.. Do'akan RidhoNYA Untukku ya.. Terimakasih Untuk Kalian Semua...

Read More
Title

Rumahku Hidupku..No Place Like Home

Di Sinilah Awal Semua Kisahku.., Di Awali Dengan Kasih Sayang dan Pengharapan dan Di Jalani Dengan Kegilaan lalu Berakhir dengan Keterpurukan. No More Fly..No More Sky and No More Cry...

Read More
Title

Seberkas CahayaNYA...

Menunggu dan Berharap Banyak dariNYA... Jawaban dan Ampunan Setelah Doa-doa yang Kutambatkan.. Setiap Detik, Setiap Saat Sebelum Saat Akhir Hidupku Tiba...

Read More
Title

Pikirkan Dulu!

Pikirkan dan Pertimbangkan Semua Pilihan. Karena Kau Harus Memilih, Gunakan Kata Hatimu. Ambil Apa Yang Baik Dari Kisahku Kawan.. Semua Hikmah. Sekarang atau Tidak Sama Sekali..!!!?

Read More

Sejarah Hidup Rasulullah Muhammad SAW

October 18, 2011
BAGIAN KESEBELAS: PERANG UHUD1                           (2/3)
 Muhammad Husain Haekal
 
 Dalam  pada  itu orang-orang Yahudi itupun kembali ke Medinah.
 Lalu kata sekutu Ibn Ubayy itu:
 
 "Kau  sudah  menasehatinya  dan  sudah  kauberikan  pendapatmu
 berdasarkan  pengalaman orang-orang tua dahulu. Sebenarnya dia
 sependapat dengan kau. Lalu dia menolak dan menuruti  kehendak
 pemuda-pemuda yang menjadi pengikutnya."
 
 Percakapan  mereka  itu  sangat  menyenangkan  hati Ibn Ubayy.
 Keesokan harinya ia berbalik menggabungkan diri dengan pasukan
 teman-temanya  itu. Tinggal lagi Alabi dengan orang-orang yang
 benar-benar beriman, yang berjumlah 700 orang, akan  berperang
 menghadapi  3000  orang terdiri dan orang-orang Quraisy Mekah,
 yang kesemuanya sudah memikul dendam yang tak terpenuhi ketika
 di Badr. Semua mereka ingin menuntut balas.
 
 Pagi-pagi  sekali;  kaum  Muslimin berangkat menuju Uhud. Lalu
 mereka memotong jalan sedemikian rupa sehingga pihak musuh itu
 berada  di  belakang  mereka.  Selanjutnya  Muhammad  mengatur
 barisan  para  sahabat.  Limapuluh   orang   barisan   pemanah
 ditempatkan   di   lereng-lereng  gunung,  dan  kepada  mereka
 diperintahkan:
 
 "Lindungi kami dan belakang, sebab  kita  kuatir  mereka  akan
 mendatangi  kami dari belakang. Dan bertahanlah kamu di tempat
 itu,  jangan  ditinggalkan.  Kalau  kamu  melihat  kami  dapat
 menghancurkan mereka sehingga kami memasuki pertahanan mereka,
 kamu jangan meninggalkan tempat kamu. Dan jika kamu lihat kami
 yang  diserang  jangan  pula  kami  dibantu,  juga jangan kami
 dipertahankan. Tetapi tugasmu  ialah  menghujani  kuda  mereka
 dengan  panah,  sebab  dengan  serangan  panah kuda itu takkan
 dapat maju."
 
 Selain  pasukan  pemanah,  yang   lain   tidak   diperbolehkan
 menyerang siapapun, sebelum ia memberi perintah menyerang.
 
 Adapun  pihak  Quraisy  merekapun juga sudah menyusun barisan.
 Barisan kanan dipimpin oleh Khalid  bin'l-Walid  sedang  sayap
 kin  dipimpin  oleh  'Ikrima  b.  Abi Jahl. Bendera diserahkan
 kepada Abd'l 'Uzza Talha b. Abi Talha.  Wanita-wanita  Quraisy
 sambil  memukul tambur dan genderang berjalan di tengah-tengah
 barisan  itu.  Kadang  mereka  di  depan  barisan,  kadang  di
 belakangnya. Mereka dipimpin oleh Hindun bt. 'Utba, isteri Abu
 Sufyan, seraya bertenak-teriak:
 
    Hayo, Banu Abd'd-Dar
    Hayo, hayo pengawal barisan belakang
    Hantamlah dengan segala yang tajam.
    Kamu maju kami peluk
    Dan kami hamparkan kasur yang empuk
    Atau kamu mundur kita berpisah
    Berpisah tanpa cinta.

 Kedua belah pihak sudah siap  bertempur.  Masing-masing  sudah
 mengerahkan  pasukannya.  Yang  selalu  teringat  oleh Quraisy
 ialah  peristiwa  Badr  dan  korban-korbannya.   Yang   selalu
 teringat  oleh kaum Muslimin ialah Tuhan serta pertolonganNya.
 Muhammad berpidato dengan memberi  semangat  dalam  menghadapi
 pertempuran  itu.  Ia  menjanjikan  pasukannya  akan  mendapat
 kemenangan apabila mereka tabah.  Sebilah  pedang  dipegangnya
 sambil ia berkata:
 
 "Siapa  yang  akan memegang pedang ini guna disesuaikan dengan
 tugasnya?"
 
 Beberapa orang tampil. Tapi pedang itu  tidak  pula  diberikan
 kepada mereka. Kemudian Abu Dujana Simak b. Kharasya dari Banu
 Sa'ida tampil seraya berkata:
 
 "Apa tugasnya, Rasulullah?"
 
 "Tugasnya ialah menghantamkan pedang kepada  musuh  sampai  ia
 bengkok," jawabnya.
 
 Abu Dujana seorang laki-laki yang sangat berani. Ia mengenakan
 pita (kain) merah. Apabila  pita  merah  itu  sudah  diikatkan
 orangpun  mengetahui,  bahwa ia sudah siap bertempur dan waktu
 itupun ia sudah mengeluarkan pita mautnya itu.
 
 Pedang  diambilnya,  pita  dikeluarkan  lalu  diikatkannya  di
 kepala.  Kemudian ia berlagak di tengah-tengah dua barisan itu
 seperti biasanya apabila ia sudah siap menghadapi pertempuran.
 
 "Cara berjalan begini  sangat  dibenci  Allah,  kecuali  dalam
 bidang  ini,"  kata  Muhammad  setelah  dilihatnya  orang  itu
 berlagak.
 
 Orang pertama yang mencetuskan perang di antara dua pihak  itu
 adalah Abu 'Amir 'Abd 'Amr b. Shaifi al-Ausi (dari Aus). Orang
 ini sengaja pindah  dari  Medinah  ke  Mekah  hendak  membakar
 semangat  Quraisy  supaya  memerangi Muhammad. Ia belum pernah
 ikut dalam perang Badr. Sekarang  ia  menerjunkan  diri  dalam
 perang Uhud dengan membawa lima belas orang dari golongan Aus.
 Ada juga budak-budak dari penduduk Mekah yang juga  dibawanya.
 Menurut   dugaannya,   apabila   nanti   ia  memanggil-manggil
 orang-orang Islam dari golongan  Aus  yang  ikut  berjuang  di
 pihak  Muhammad,  niscaya  mereka  akan memenuhi panggilannya,
 akan berpihak kepadanya dan membantu Quraisy.
 
 "Saudara-saudara dari Aus! Saya adalah Abu  'Amir!"  teriaknya
 memanggil-manggil.
 
 Tetapi Muslimin dari kalangan Aus itu membalas:
 
 "Tuhan takkan memberikan kesenangan kepadamu, durhaka!"
 
 Perangpun lalu pecah. Budak-budak Quraisy serta 'Ikrima b. Abi
 Jahl yang berada di  sayap  kiri,  berusaha  hendak  menyerang
 Muslimin  dari  samping, tapi pihak Muslimin menghujani mereka
 dengan batu sehingga Abu 'Amir dan  pengikut-pengikutnya  lari
 tunggang-langgang.  Ketika  itu  juga Hamzah b. Abd'l-Muttalib
 berteriak, membawa teriakan perang Uhud:
 
 "Mati, mati!" Lalu ia terjun ketengah-tengah  tentara  Quraisy
 itu.  Ketika  itu  Talha  b.  Abi  Talha, yang membawa bendera
 tentara Mekah berteriak pula:
 
 "Siapa yang akan duel?"
 
 Lalu Ali b. Abi Talib tampil menghadapinya. Dua orang dari dua
 barisan  itu bertemu. Cepat-cepat Ali memberikan satu pukulan,
 yang membuat kepala lawannya itu belah dua. Nabi  merasa  lega
 dengan  itu.  Ketika  itu  juga  kaum  Muslimin  bertakbir dan
 melancarkan serangannya. Dengan  pedang  Nabi  di  tangan  dan
 mengikatkan  pita  maut  di  kepala,  Abu  Dujane  pun  terjun
 kedepan. Dibunuhnya setiap  orang  yang  dijumpainya.  Barisan
 orang-orang  musyrik  jadi  kacau-balau.  Kemudian  ia melihat
 seseorang  sedang  mencencang-cencang  sesosok  tubuh  manusia
 dengan  keras  sekali.  Diangkatnya pedangnya dan diayunkannya
 kepada orang itu. Tetapi ternyata orang itu adalah Hindun  bt.
 'Utba.  Ia  mundur.  Terlalu  mulia  rasanya pedang Rasul akan
 dipukulkan kepada seorang wanita.
 
 Dengan secara keras sekali pihak Quraisypun menyerbu  pula  ke
 tengah-tengah  pertempuran  itu. Darahnya sudah mendidih ingin
 menuntut balas atas pemimpin-pemimpin dan pemuka-pemuka mereka
 yang  sudah tewas setahun yang lalu di Badr. Dua kekuatan yang
 tidak seimbang itu, baik  jumlah  orang  maupun  perlengkapan,
 sekarang  berhadap-hadapan.  Kekuatan dengan jumlah yang besar
 ini motifnya adalah balas-dendam, yang sejak perang Badr tidak
 pernah  reda.  Sedang jumlah yang lebih kecil motifnya adalah:
 pertama mempertahankan akidah, mempertahankan iman  dan  agama
 Allah,    kedua    mempertahankan   tanah   air   dan   segala
 kepentingannya. Mereka yang menuntut  bela  itu  terdiri  dari
 orang-orang  yang  lebih  kuat  dan  jumlah pasukan yang lebih
 besar.  Di  belakang  mereka  itu  kaum  wanita   turut   pula
 mengobarkan  semangat.  Tidak  sedikit  di  antara mereka yang
 membawa budak-budak itu  menjanjikan  akan  memberikan  hadiah
 yang  besar  apabila  mereka  dapat  membalaskan  dendam  atas
 kematian seorang bapa, saudara, suami  atau  orang-orang  yang
 dicintai  lainnya,  yang  telah  terbunuh  di  Badr. Hamzah b.
 Abd'l-Muttalib  adalah  seorang  pahlawan  Arab  terbesar  dan
 paling  berani.  Ketika  terjadi perang Badr dialah yang telah
 menewaskan ayah dan saudara Hindun, begitu juga tidak  sedikit
 orang-orang  yang  dicintainya  yang telah ditewaskan. Seperti
 juga dalam perang Badr, dalam perang Uhud inipun Hamzah adalah
 singa  dan pedang Tuhan yang tajam. Ditewaskannya Arta b. 'Abd
 Syurahbil, Siba'  b.  'Abd'l-'Uzza  al-Ghubsyani,  dan  setiap
 musuh yang dijumpainya nyawa mereka tidak luput dari renggutan
 pedangnya.
 
 Sementara itu Hindun bt. 'Utba telah pula menjanjikan  Wahsyi,
 orang  Abisinia  dan  budak Jubair (b. Mut'im) akan memberikan
 hadiah besar apabila ia berhasil membunuh Hamzah. Begitu  juga
 Jubair   b.  Mut'im  sendiri,  tuannya,  yang  pamannya  telah
 terbunuh di Badr, mengatakan kepadanya:
 
 "Kalau Hamzah  paman  Muhammad  itu  kau  bunuh,  maka  engkau
 kumerdekakan."  Wahsyi sendiri dalam hal ini bercerita sebagai
 berikut:
 
 "Kemudian aku berangkat bersama rombongan.  Aku  adalah  orang
 Abisinia  yang apabila sudah melemparkan tombak cara Abisinia,
 jarang sekali  meleset.  Ketika  terjadi  pertempuran,  kucari
 Hamzah  dan kuincar dia. Kemudian kulihat dia di tengah-fengah
 orang banyak itu seperti seekor unta kelabu  sedang  membabati
 orang  dengan  pedangnya.  Lalu  tombak kuayunkan-ayunkan, dan
 sesudah pasti sekali kulemparkan. Ia tepat mengenai sasaran di
 bawah  perutnya, dan keluar dari antara dua kakinya. Kubiarkan
 tombak itu begitu sampai dia mati. Sesudah itu  kuhampiri  dia
 dan  kuambil  tombakku itu, lalu aku kembali ke markas dan aku
 diam di sana, sebab sudah  tak  ada  tugas  lain  selain  itu.
 Kubunuh   dia   hanya   supaya   aku  dimerdekakan  saja  dari
 perbudakan. Dan sesudah aku  pulang  ke  Mekah,  ternyata  aku
 dimerdekakan."
 
 Adapun   mereka   yang   berjuang   mempertahankan  tanah-air,
 contohnya terdapat pada Quzman, salah  seorang  munafik,  yang
 hanya  pura-pura Islam. Ketika kaum Muslimin berangkat ke Uhud
 ia tinggal di belakang. Keesokan harinya, ia  mendapat  hinaan
 dari wanita-wanita Banu Zafar.
 
 "Quzman,"  kata  wanita-wanita  itu. "Tidak malu engkau dengan
 sikapmu itu. Seperti perempuan saja kau. Orang semua berangkat
 kau tinggal dalam rumah."
 
 Dengan  sikap berang Quzman pulang ke rumahnya. Dikeluarkannya
 kudanya,  tabung  panah  dan  pedangnya.  Ia  dikenal  sebagai
 seorang  pemberani.  Ia berangkat dengan memacu kudanya sampai
 ke tempat tentara. Sementara itu Nabi sedang menyusun  barisan
 Muslimin.  Ia  terus menyeruak sampai ke barisan terdepan. Dia
 adalah orang pertama  dari  pihak  Muslimin  yang  menerjunkan
 diri,  dengan  melepaskan  panah  demi  panah,  seperti tombak
 layaknya.
 
 Hari sudah menjelang  senja.  Tampaknya  ia  lebih  suka  mati
 daripada  lari.  Ia  sendiri lalu membunuh diri sesudah sempat
 membunuh tujuh orang Quraisy di Suway'a - selain  mereka  yang
 telah dibunuhnya pada permulaan pertempuran. Tatkala ia sedang
 sekarat itu, Abu'l-Khaidaq lewat di tempat itu.
 
 "Quzman, beruntung kau akan mati syahid," katanya.
 
 "Abu 'Amr," kata Quzman. "Sungguh saya  bertempur  bukan  atas
 dasar  agama.  Saya  bertempur  hanya  sekadar  menjaga jangan
 sampai Quraisy memasuki tempat  kami  dan  melanda  kehormatan
 kami,  menginjak-injak  kebun kami. Saya berperang hanya untuk
 menjaga nama keturunan masyarakat kami. Kalau tidak karena itu
 saya tidak akan berperang."
 
 Sebaliknya  mereka  yang  benar-benar beriman, jumlahnya tidak
 lebih dari 700 orang. Mereka  bertempur  melawan  3000  orang.
 Kita  sudah melihat, tindakan Hamzah dan Abu Dujana yang telah
 memperlihatkan suatu teladan dalam arti  kekuatan  moril  yang
 tinggi  pada  mereka  itu.  Suatu  kekuatan yang telah membuat
 barisan   Quraisy   jadi   lemas   seperti   rotan,    membuat
 pahlawan-pahlawan  Quraisy,  yang  tadinya  di  kalangan  Arab
 keberaniannya dijadikan suri teladan, telah mundur dan  surut.
 Setiap  panji  mereka  lepas  dari tangan seseorang, panji itu
 diterima oleh yang lain di belakangnya. Setelah Talha  b.  Abi
 Talha  tewas  di  tangan  Ali  datang  'Uthman  b.  Abi  Talha
 menyambut bendera itu, yang juga kemudian menemui  ajalnya  di
 tangan  Hamzah. Seterusnya bendera itu dibawa oleh Abu Sa'd b.
 Abi Talha sambil berkata:
 
 "Kamu mendakwakan bahwa  koban-korban  kamu  dalam  surga  dan
 korban-korban  kami  dalam  neraka!  Kamu  bohong!  Kalau kamu
 benar-benar  orang  beriman  majulah  siapa  saja   yang   mau
 melawanku":
 
 Entah  Ali  atau  Sa'd b. Abi Waqqash ketika itu menghantamkan
 pedangnya  dengan  sekali  pukul  hingga  kepala   orang   itu
 terbelah.
 
 Berturut-turut pembawa bendera itu muncul dari Banu Abd'd Dar.
 Jumlah mereka yang tewas telah mencapai sembilan  orang,  yang
 terakhir  ialah  Shu'ab  orang Abisinia, budak Banu Abd'd-Dar.
 Tangan kanan  orang  itu  telah  dihantam  oleh  Quzman,  maka
 bendera  itu  dibawanya dengan tangan kiri. Tangan kiri inipun
 oleh Quzman dihantam lagi dengan pedangnya.  Sekarang  bendera
 itu  oleh Shu'ab dipeluknya dengan lengan ke dadanya, kemudian
 ia membungkuk sambil berkata: Hai Banu Abd'd-Dar, sudahkah kau
 maafkan?  Lalu  ia ditewaskan entah oleh Quzman atau oleh Sa'd
 bin Abi Waqqash, sumbernya masih berbeda-beda.
 
 Setelah mereka yang membawa bendera itu tewas  semua,  pasukan
 orang-orang  musyrik  itu hancur. Mereka sudah tidak tahu lagi
 bahwa mereka dikerumuni oleh wanita-wanita, bahwa berhala yang
 mereka  mintai  restunya  telah  terjatuh  dari  atas unta dan
 pelangking yang membawanya.
 
 Kemenangan Muslimin dalam  perang  Uhud  pada  pagi  hari  itu
 sebenarnya adalah suatu mujizat. Adakalanya orang menafsirkan,
 bahwa  kemenangan  itu  disebabkan  oleh  kemahiran   Muhammad
 mengatur  barisan  pemanah di lereng bukit, merintangi pasukan
 berkuda dengan anak panah sehingga mereka  tidak  dapat  maju,
 juga  tidak dapat menyergap Muslimin dari belakang. Ini memang
 benar. Tetapi juga tidak salah, bahwa 600 orang Muslimin  yang
 menyerbu  jumlah  sebanyak  lima  kali  lipat  itupun,  dengan
 perlengkapan yang juga demikian, motifnya  adalah  iman,  iman
 yang sungguh-sungguh, bahwa mereka dalam kebenaran.
 
 Inilah  yang  membawa mujizat kepahlawanan melebihi kepandaian
 pimpinan. Barangsiapa yang telah beriman kepada kebenaran,  ia
 takkan goncang oleh kekuatan materi, betapapun besarnya. Semua
 kekuatan  batil  yang  digabungkan  sekalipun,  takkan   dapat
 menggoyahkan  kebulatan tekadnya itu. Dapatkah kita menganggap
 cukup dengan kepandaian pimpinan  itu  saja,  padahal  barisan
 pemanah  yang  oleh  Nabi  ditempatkan  di  lereng  bukit  itu
 jumlahnya tidak  lebih  dari  50  orang?  Andaikata  sekalipun
 mereka  itu  terdiri  dari  200 orang atau 300 orang, mendapat
 serbuan dari mereka yang sudah bertekad mati,  niscaya  mereka
 tidak  akan  dapat  bertahan.  Tetapi  kekuatan yang terbesar,
 ialah kekuatan konsepsi, kekuatan akidah, kekuatan  iman  yang
 sungguh-sungguh  akan  adanya  Kebenaran  Tertinggi.  Kekuatan
 inilah yang takkan dapat ditaklukkan selama orang masih  teguh
 berpegang kepada kebenaran itu.
 
 Karena  itulah, 3000 orang pasukan berkuda Quraisy jadi hancur
 menghadapi serangan 600 orang Muslimin. Dan hampir-hampir pula
 wanita-wanita  merekapun akan menjadi tawanan perang yang hina
 dina.
 
 Muslimin kini mengejar  musuh  itu  sampai  mereka  meletakkan
 senjata  dimana  saja asal jauh dari bekas markas mereka. Kaum
 Muslimin  sekarang  mulai   memperebutkan   rampasan   perang.
 Alangkah banyaknya jumlah rampasan perang itu! Hal ini membuat
 mereka  lupa  mengikuti  terus  jejak  musuh,   karena   sudah
 mengharapkan kekayaan duniawi.
 
 Mereka  ini  ternyata  dilihat  oleh pasukan pemanah yang oleh
 Rasul  diminta  jangan  meninggalkan  tempat  di  gunung  itu,
 sekalipun mereka melihat kawan-kawannya diserang.
 
 Dengan tak dapat menahan air liur melihat rampasan perang itu,
 kepada satu sama lain mereka berkata:
 
 "Kenapa kita  masih  tinggal  disini  juga  dengan  tidak  ada
 apa-apa.   Tuhan   telah  menghancurkan  musuh  kita.  Mereka,
 saudara-saudara  kita  itu,  sudah   merebut   markas   musuh.
 Kesanalah juga kita, ikut mengambil rampasan itu."
 
 Yang seorang lagi tentu menjawab:
 
 "Bukankah Rasulullah sudah berpesan jangan meninggalkan tempat
 kita ini? Sekalipun kami diserang janganlah kami dibantu."
 
 Yang pertama berkata lagi:
 
 "Rasulullah   tidak   menghendaki    kita    tinggal    disini
 terus-menerus, setelah Tuhan menghancurkan kaum musyrik itu."
 
 Lalu  mereka  berselisih.  Ketika itu juga tampil Abdullah bin
 Jubair berpidato agar jangan  mereka  itu  melanggar  perintah
 Rasul.  Tetapi  mereka  sebahagian  besar  tidak patuh. Mereka
 berangkat juga. Yang masih tinggal hanya beberapa orang  saja,
 tidak  sampai  sepuluh  orang. Seperti kesibukan Muslimin yang
 lain, mereka yang ikut bergegas  itu  pun  sibuk  pula  dengan
 harta rampasan. Pada waktu itulah Khalid bin'l-Walid mengambil
 kesempatan - dia sebagai komandan kavaleri Mekah -  pasukannya
 dikerahkan  ke  tempat  pasukan  pemanah,  dan  mereka  inipun
 berhasil dikeluarkan dari sana.
 
                                     (bersambung ke bagian 3/3)
 
 ---------------------------------------------
 

0 komentar:

Post a Comment

Just select text on the page and get instant translation from Google Translate!
Google Translate Client