Selamat Datang Di Emye Private Blog
Membaca, mendengar, dan menterjemahkan Al Qur'an
Sedikit Bigraphy Singkat tentang Aku.
Title

Bapakku

Bapakku yang Sangat Tegas Akan Sesuatu yang Dia Anggap Fundamental, Berprinsip Kuat. Sangat Religius. Jawa Banyumasan. Gualakeee Poll, hehehe...

Read More
Title

Ibuku

Ibuku.., Seorang Wanita yang Sangat Kuat, Tegar dan Banyak Akal. Bisa Menjadi Seorang Ibu Sekaligus "seorang ayah" Juga. Smart dalam bertahan hidup, Sabar di Keseharian, Walau Galak Tapi Pemaaf... Saluut Untukmu Mah...!

Read More
Title

Aku Yang...

Inilah Yang Dulu Selalu Mencari Masalah, dan Terkena Masalah dan Hampir Terkubur Karenanya.. Berharap Maaf dariNYA, Kedua Orangtuaku dan Juga Kalian Semua.. Do'akan RidhoNYA Untukku ya.. Terimakasih Untuk Kalian Semua...

Read More
Title

Rumahku Hidupku..No Place Like Home

Di Sinilah Awal Semua Kisahku.., Di Awali Dengan Kasih Sayang dan Pengharapan dan Di Jalani Dengan Kegilaan lalu Berakhir dengan Keterpurukan. No More Fly..No More Sky and No More Cry...

Read More
Title

Seberkas CahayaNYA...

Menunggu dan Berharap Banyak dariNYA... Jawaban dan Ampunan Setelah Doa-doa yang Kutambatkan.. Setiap Detik, Setiap Saat Sebelum Saat Akhir Hidupku Tiba...

Read More
Title

Pikirkan Dulu!

Pikirkan dan Pertimbangkan Semua Pilihan. Karena Kau Harus Memilih, Gunakan Kata Hatimu. Ambil Apa Yang Baik Dari Kisahku Kawan.. Semua Hikmah. Sekarang atau Tidak Sama Sekali..!!!?

Read More

Sejarah Hidup Rasulullah Muhammad SAW

October 18, 2011
 
BAGIAN KESEBELAS: PERANG UHUD1                           (3/3)
 Muhammad Husain Haekal
 
 Tindakan ini tidak disadari oleh pihak Muslimin. Mereka sangat
 sibuk  untuk  memperhatikan  soal itu atau soal apapun, karena
 sedang menghadapi harta  rampasan  perang  yang  mereka  keduk
 habis-habisan  itu,  sehingga tiada seorangpun yang membiarkan
 apa saja yang dapat  mereka  ambil.  Sementara  mereka  sedang
 dalam keadaan serupa itu, tiba-tiba Khalid bin'l-Walid berseru
 sekuat-kuatnya, dan sekaligus pihak Quraisypun mengerti, bahwa
 ia  telah  dapat  membalikkan anak buahnya ke belakang tentara
 Muslimin. Mereka yang tadinya sudah terpukul  mundur  sekarang
 kembali  lagi  maju  dan  mendera Muslimin dengan pukulan maut
 yang hebat sekali. Di sinilah giliran  bencana  itu  berbalik.
 Setiap  Muslim  telah melemparkan kembali hasil renggutan yang
 sudah ada di tangan itu,  dan  kembali  pula  mereka  mencabut
 pedang hendak bertempur lagi.
 
 Tetapi  sayang, sayang sekali! Barisan sudah centang-perenang,
 persatuan sudah pecah-belah,  pahlawan-pahlawan  teladan  dari
 kalangan  Muslimin  telah  dihantam oleh pihak Quraisy. Mereka
 yang   tadinya   berjuang   dengan   perintah   Tuhan   hendak
 mempertahankan  iman,  sekarang  berjuang hendak menyelamatkan
 diri dari cengkaman maut, dari lembah  kehinaan.  Mereka  yang
 tadinya berjuang dengan bersatu-padu, sekarang mereka berjuang
 dengan bercerai-berai. Tak tahu  lagi  haluan  hendak  kemana.
 Tadinya  mereka  berjuang di bawah satu pimpinan yang kuat dan
 teguh, sekarang berjuang tanpa pimpinan lagi.
 
 Jadi tidak heran, apabila  ada  seorang  Muslim  menghantamkan
 pedangnya kepada sesama Muslim dengan tiada disadarinya.
 
 Dalam    pada    itu    terdengar   pula   ada   suara   orang
 berteriak-teriak, bahwa Muhammad sudah terbunuh. Keadaan makin
 panik,  makin kacau-balau. Kaum Muslimin jadi berselisih, jadi
 saling    bunuh-membunuh,    satu     sama     lain     saling
 hantam-menghantam,  dengan  tiada  mereka  sadari  lagi karena
 mereka sudah tergopoh-gopoh, sudah kebingungan. Kaum  Muslimin
 telah  membunuh  sesama  Muslim,  Husail b. Jabir membunuh Abu
 Hudhaifa karena sudah tidak  diketahuinya  lagi.  Yang  paling
 penting  bagi  setiap Muslim ialah menyelamatkan diri; kecuali
 mereka yang telah mendapat perlindungan Tuhan, seperti Ali  b.
 Abi Talib misalnya.
 
 Akan  tetapi begitu Quraisy mendengar Muhammad telah terbunuh,
 seperti banjir mereka terjun mengalir ke  jurusan  tempat  dia
 tadinya   berada.   Masing-masing  ingin  supaya  dialah  yang
 membunuhnya atau ikut memegang peranan didalamnya,  suatu  hal
 yang  akan  dibanggakan  oleh generasi kemudian. Ketika itulah
 Muslimin   yang   dekat   sekali   dengan    Nabi    bertindak
 mengelilinginya,  menjaga dan melindunginya. Iman mereka telah
 tergugah kembali memenuhi  jiwa,  mereka  kembali  mendambakan
 mati, dan hidup duniawi ini dirasanya sudah tak ada arti lagi.
 Iman mereka makin besar,  keberanian  mereka  makin  bertambah
 bilamana  mereka  melihat  batu  yang  dilemparkan Quraisy itu
 telah  mengenai  diri  Nabi.  Gigi  gerahamnya  yang   setelah
 terkena,  wajahnya  pecah-pecah  dan  bibirnya  luka-luka. Dua
 keping lingkaran rantai  topi  besi  yang  menutupi  wajahnya,
 telah   menusuk   pula   menembusi   pipinya.  Batu-batu  yang
 menimpanya itu dilemparkan oleh 'Utba b. Abi Waqqash.
 
 Sekarang  Rasul  dapat  menguasai  diri.  Ia  berJalan  sambil
 dikelilingi   oleh   sahabat-sahabat.   Tetapi   tiba-tiba  ia
 terperosok kedalam sebuah lubang yang sengaja digali oleh  Abu
 'Amir guna menjerumuskan kaum Muslimin. Cepat-cepat Ali b. Abi
 Talib menghampirinya, dipegangnya  tangannya,  dan  Talha  bin
 'Ubaidillah   mengangkatnya  hingga  ia  berdiri  kembali.  Ia
 meneruskan perjalanan  dengan  sahabat-sahabatnya  itu,  terus
 mendaki  Gunung  Uhud, dan dengan demikian dapat menyelamatkan
 diri dari kejaran musuh.
 
 Pada waktu itu juga  Muslimin  berkumpul  di  sekitar  mereka.
 Dalam   membela   Rasul  dan  menjaga  keselamatannya,  mereka
 bersedia mati. Hari itu menjelang  tengah  hari,  Umm  'Umara6
 seorang  wanita Anshar, berangkat pula membawa air berkeliling
 dengan membagi-bagikan air itu  kepada  Muslimin  yang  sedang
 berjuang   itu.  Setelah  melihat  Muslimin  terpukul  mundur,
 dilemparkannya tempat air  itu  dan  dengan  menghunus  pedang
 wanita   itu  terjun  pula  ikut  bertempur,  Ikut  melindungi
 Muhammad dengan  pedang  dan  dengan  melepaskan  anak  panah,
 sehingga  karenanya dia sendiri mengalami luka-luka. Sementara
 Abu  Dujana  membuat  dirinya   sebagai   perisai   melindungi
 Rasulullah,   dengan   membungkukkan   punggungnya,   sehingga
 lemparan anak panah musuh mengenai dirinya.  Sedang  disamping
 Muhammad  Sa'd  b.  Abi  Waqqash  melepaskan pula panahnya dan
 Muhammad memberikan anak panah itu seraya  berkata:  "Lepaskan
 (anak panah itu). Kupertaruhkan ibu-bapaku untukmu."7
 
 Sebelum   itu   Muhammad  melepaskan  sendiri  anak  panahnya,
 sampai-sampai ujung busurnya itu patah.
 
 Adapun mereka  yang  mengira  Muhammad  telah  tewas  termasuk
 diantara mereka itu  Abu  Bakr dan Umar   pergi ke arah gunung
 dan mereka ini sudah  pasrah.  Hal  ini  diketahui  oleh  Anas
 bin'n-Nadzr yang lalu berkata kepada mereka:
 
 "Kenapa kamu duduk-duduk di sini?"
 
 "Rasulullah sudah terbunuh," jawab mereka.
 
 "Perlu apa lagi kita hidup sesudah itu? Bangunlah! Dan biarlah
 kita juga mati untuk tujuan yang sama."
 
 Kemudian ia maju menghadapi musuh. Ia  bertempur  mati-matian,
 bertempur  tiada  taranya.  Akhimya  ia  baru  menemui ajalnya
 setelah mengalami tujuhpuluh pukulan  musuh,  sehingga  ketika
 itu  orang  tidak  dapat  lagi mengenalnya, kalau tidak karena
 saudara perempuannya yang datang dan dapat mengenal  dia  dari
 ujung jarinya.
 
 Karena sudah percaya sekali akan kematian Muhammad, bukan main
 girangnya pihak Quraisy waktu itu, Abu  Sufyanpun  sibuk  pula
 mencarinya  di tengah-tengah para korban. Soalnya ialah mereka
 yang telah  menjaga  keselamatan  Rasulullah  tidak  membantah
 berita  kematiannya  itu,  sebab memang diperintahkan demikian
 oleh Rasul, dengan maksud supaya pihak Quraisy  jangan  sampai
 memperbanyak   lagi   jumlah   pasukannya  yang  berarti  akan
 memberikan kemenangan kepada mereka.
 
 Akan tetapi tatkala Ka'b bin Malik datang mendekati Abu Dujana
 dan anak buahnya, ia segera mengenal Muhammad waktu dilihatnya
 sinar matanya  yang  berkilau  dan  balik  topi  besi  penutup
 mukanya   itu.   Ia   memanggil-manggil   dengan   suara  yang
 sekeras-kerasnya:
 
 "Saudara-saudara  kaum   Muslimin!   Selamat,   selamat!   Ini
 Rasulullah!"
 
 Ketika  itu Nabi memberi isyarat kepadanya supaya diam. Tetapi
 begitu Muslimin mengetahui hal itu, Nabi segera mereka  angkat
 dan  iapun  berjalan  pula  bersama mereka ke arah celah bukit
 didampingi oleh Abu Bakr,  Umar,  Ali  b.  Abi  Talib,  Zubair
 bin'l-'Awwam  dan  yang  lain.  Teriakan  Ka'b  itu pada pihak
 Quraisy juga ada pengaruhnya. Memang benar,  bahwa  sebahagian
 besar  mereka  tidak  mempercayai  teriakan itu, sebab menurut
 anggapan mereka  itu  hanya  untuk  memperkuat  semangat  kaum
 Muslimin  saja.  Tetapi  dari  mereka  itu  ada juga yang lalu
 segera pergi mengikuti  Muhammad  dan  rombongannya  itu  dari
 belakang.  Ubayy b. Khalaf kemudian dapat menyusul mereka, dan
 lalu bertanya:
 
 "Mana Muhammad?! Aku tidak akan selamat kalau dia  yang  masih
 selamat," katanya.
 
 Waktu  itu  juga oleh Rasul ia ditetaknya dengan tombak Harith
 bin'sh-Shimma  demikian  rupa,  sehingga  ia  terhuyung-huyung
 diatas  kudanya  dan  kembali  pulang  untuk  kemudian mati di
 tengah jalan.
 
 Sesampainya Muslimin  di  ujung  bukit  itu,  Ali  pergi  lagi
 mengisi  air  ke  dalam  perisai kulitnya. Darah yang di wajah
 Muhammad dibasuhnya serta menyirami kepalanya dengan air.  Dua
 keping  pecahan  rantai  besi  penutup muka yangmenembus wajah
 Rasul itu oleh Abu 'Ubaida  bin'l-Jarrah  dicabut  sampai  dua
 buah gigi serinya tanggal.
 
 Selama  mereka  dalam keadaan itu tiba-tiba Khalid bin'l-Walid
 dengan pasukan berkudanya sudah berada di atas  bukit.  Tetapi
 Umar  bin'l-Khattab dengan beberapa orang sahabat Rasul segera
 menyerang  dan  berhasil  mengusir   mereka.   Sementara   itu
 orang-orang  Islam  sudah  makin tinggi mendaki gunung. Tetapi
 keadaan mereka sudah begitu  payah,  begitu  letih  tampaknya,
 sampai-sampai  Nabi  melakukan salat lohor sambil duduk - juga
 karena  luka-luka  yang  dideritanya,  -  demikian  juga  kaum
 Muslimin  yang  lain  melakukan  salat  makmum di belakangnya,
 sambil duduk pula.
 
 Sebaliknya pihak Quraisy dengan kemenangannya itu mereka sudah
 girang  sekali.  Terhadap  peristiwa perang Badr mereka merasa
 sudah sungguh-sungguh dapat membalas dendam. Seperti kata  Abu
 Sufyan: "Yang sekarang ini untuk peristiwa perang Badr. Sampai
 jumpa lagi tahun depan!"
 
 Tetapi isterinya, Hindun bint 'Utba tidak cukup  hanya  dengan
 kemenangan,  dan  tidak  cukup hanya dengan tewasnya Hamzah b.
 Abd'l-Muttalib, malah bersama-sama dengan warõita wanita  lain
 dalam   rombongannya  itu  ia  pergi  lagi  hendak  menganiaya
 mayat-mayat Muslimin;  mereka  memotongi  telinga-telinga  dan
 hidung-hidung  mayat  itu,  yang  oleh  Hindun lalu dipakainya
 sebagai kalung dan anting-anting. Kemudian diteruskannya lagi,
 dibedahnya   perut  Hamzah,  dikeluarkannya  jantungnya,  lalu
 dikunyahnya dengan giginya;  tapi  ia  tak  dapat  menelannya.
 Begitu   kejinya   perbuatannya  itu,  begitu  juga  perbuatan
 wanita-wanita anggota  rombongannya,  bankan  kaum  prianyapun
 turut pula melakukan kejahatan serupa itu, sehingga Abu Sufyan
 sendiri  menyatakan  lepas  tangan  dari  perbuatan  itu.   Ia
 menyatakan,  bahwa  dia  samasekali  tidak memerintahkan orang
 berbuat serupa itu, sekalipun dia sudah terlibat di  dalamnya.
 Bahkan  ia pernah berkata, yang ditujukan kepada salah seorang
 Islam. "Mayat-mayatmu telah mengalami penganiayaan.  Tapi  aku
 sungguh  tidak  senang,  juga tidak benci; aku tidak melarang,
 juga tidak memerintahkan."
 
 Selesai menguburkan mayat-mayatnya sendiri. Quraisypun  pergi.
 Sekarang kaum Muslimin kembali ke garis depan guna menguburkan
 mayat-mayatnya pula. Kemudian Muhammad  pergi  hendak  mencari
 Hamzah,   pamannya.  Bilamana  kemudian  ia  melihatnya  sudah
 dianiaya dan perutnya sudah dibedah, ia  merasa  sangat  sedih
 sekali, sehingga ia berkata:
 
 "Takkan pernah ada orang mengalami malapetaka seperti kau ini.
 Belum pernah  aku  menyaksikan  suatu  peristiwa  yang  begitu
 menimbulkan  amarahku  seperti  kejadian  ini."  Lalu katanya
 lagi: "Demi Allah, kalau pada suatu  ketika  Tuhan  memberikan
 kemenangan  kepada  kami melawan mereka, niscaya akan kuaniaya
 mereka dengan cara yang  belum  pernah  dilakukan  oleh  orang
 Arab."
 
 Dalam kejadian inilah firman Tuhan turun.
 
 "Dan  kalau  kamu mengadakan pembalasan, balaslah seperti yang
 mereka lakukan terhadap kamu. Tetapi kalau  kamu  tabah  hati,
 itulah  yang  paling  baik  bagi  mereka  yang  berhati  tabah
 (sabar). Dan hendaklah  kau  tabahkan  hatimu,  dan  ketabahan
 hatimu itu hanyalah dengan berpegang kepada Tuhan. Jangan pula
 engkau bersedih hati terhadap mereka, jangan  engkau  bersesak
 dada  menghadapi apa yang mereka rencanakan itu." (Qur'an, 16:
 126 - 127)
 
 Lalu Rasulullah memaafkan mereka, ditabahkannya hatinya dan ia
 melarang  orang melakukan penganiayaan. Diselubunginya jenazah
 Hamzah itu dengan mantelnya  lalu  disembahyangkannya.  Ketika
 itu  Shafia  bt  Abd'l-Muttailb  - saudara perempuannya - juga
 datang.   Ditatapnya   saudaranya    itu,    lalu    ia    pun
 menyembahyangkannya dan mendoakan pengampunan baginya.
 
 Nabi  memerintahkan  supaya  korban-korban  itu  dikuburkan di
 tempat mereka menemui  ajalnya  dan  Hamzah  juga  dikuburkan.
 Sesudah itu kaum Muslimin berangkat pulang ke Medinah, dibawah
 pimpinan  Muhammad,  dengan  meninggalkan  70  orang   korban.
 Kepedihan terasa sekali melecut hati mereka; karena kehancuran
 yang mereka alami setelah  mendapat  kemenangan,  karena  rasa
 hina  serta  rendah diri yang menimpa mereka, setelah mendapat
 sukses yang gilang-gemilang. Semua kejadian itu  ialah  karena
 pasukan  pemanah sudah melanggar perintah Nabi. Muslimin sudah
 terlalu sibuk mengurus rampasan perang dari pihak musuh.
 
 Nabi  memasuki  rumahnya  dengan  penuh  pikiran.  Orang-orang
 Yahudi,   orang-orang   munafik   dan   musyrik   di   Yathrib
 memperlihatkan  perasaan  gembira   yang   luarbiasa   melihat
 kehancuran yang dialaminya dan dialami sahabat-sahabatnya itu.
 Kewibawaan Muslimin di Medinah yang sudah  mulai  stabil,  dan
 tak  ada  lagi pihak yang merongrongnya, sekarang sudah hampir
 pula goncang dan goyah.
 
 Abdullah b. Ubayy b. Salul sudah berbalik dari rombongan  itu,
 ia   pulang   kembali   dari  Uhud,  tidak  ikut  serta  dalam
 pertempuran, dengan alasan bahwa  karena  Muhammad  tidak  mau
 menerima   pendapatnya,  atau  karena  Muhammad  marah  kepada
 orang-orang Yahudi anak buahnya. Sekiranya kekalahan Uhud  itu
 merupakan keputusan terakhir dalam hubungannya antara Muslimin
 dengan Quraisy yang akan  menentukan  kedudukan  Muhammad  dan
 sahabat-sahabatnya  di  kalangan Arab, tentu kewibawaan mereka
 di Yathrib akan goyah dan akan menjadi sasaran ejekan Quraisy.
 Di  mana-mana  di  seluruh  jazirah  Arab akan disebarkan pula
 cemoohan-cemoohan demikian itu.  Sekiranya  ini  jugalah  yang
 terjadi  tentu  akibatnya  akan  memberikan  keberanian kepada
 orang-orang musyrik dan penyembah-penyembah  berhala  terhadap
 agama Allah. Maka ini berarti suatu bencana besar.
 
 Oleh  karena  itu  harus  ada pukulan yang benar-benar berani,
 yang akan dapat mengurangi beban  kekalahan  selama  di  Uhud,
 akan mengembalikan kekuatan moril Muslimin dan sekaligus dapat
 menimbulkan  kegentaran  pada  pihak  Yahudi  dan  orang-orang
 munafik.    Dengan    demikian    kewibawaan    Muhammad   dan
 sahabat-sahabatnya  di  Yathrib  akan  kembali  kuat   seperti
 sediakala.
 
 Keesokan  harinya  setelah  peristiwa Uhud - yang terjadi pada
 malam 16 Syawal (tahun ke 5 Hijrah) -  salah  seorang  muazzin
 Nabi  berseru  kepada  Muslimin  dan mengerahkan mereka supaya
 bersiap-siap  menghadapi  musuh  dan  mengadakan   pengejaran.
 Tetapi  yang  dimintanya  hanya mereka yang pernah turut dalam
 peperangan itu. Setelah kaum  Muslimin  berangkat,  pihak  Abu
 Sufyan  merasa  ketakutan  sekali,  bahwa  musuhnya  yang dari
 Medinah itu sekarang datang dengan bantuan baru. Tidak  berani
 ia menghadapi mereka.
 
 Sementara  itu  Muhammad  pun  sudah  sampai  pula  di  Hamra'
 'l-Asad.8 Sedang  Abu  Sufyan  dan  teman-temannya  berada  di
 Rauha'.  Waktu  itu  Ma'bad al-Khuza'i lewat dan sebelumnya ia
 sudah pula lewat di tempat Muhammad dan rombongannya  itu.  Ia
 ditanya  oleh Abu Sufyan tentang keadaan mereka itu, yang oleh
 Ma'bad - ketika itu ia masih dalam syirik -dijawab:
 
 "Muhammad dan sahabat-sahabatnya sudah berangkat  mau  mencari
 kamu,  dalam  jumlah  yang  belum  pernah kulihat semacam itu.
 Orang-orang  yang  dulunya   tidak   ikut,   sekarang   mereka
 menggabungkan  diri  dengan  dia.  Mereka  semua  terdiri dari
 orang-orang  yang  sangat  geram  kepadamu,  orang-orang  yang
 hendak membalas dendam."

 Akan  terpikir  juga  oleh  Abu  Sufyan  bagaimana  pula nanti
 akibatnya apabila ia  lari  dari  Muhammad  dan  tidak  sampai
 memghadapinya sesudah ia pernah mendapat kemenangan?! Bukankah
 Quraisy nanti akan dicemooh oleh orang-orang Arab seperti yang
 pernah  diinginkannya  akan terjadi demikian terhadap Muhammad
 dan  sahabat-sahabatnya?!   Baiklah,   misalnya   ia   kembali
 menghadapi Muhammad lalu ia dikalahkan oleh Muslimin, bukanlah
 itu berarti bahwa bagi  Quraisy  sudah  tamat  riwayatnya  dan
 tidak akan pernah bangun kembali!? Lalu dicarinya suatu helat,
 diusutnya sebuah kafilah dari suku Abd'l-Qais pergi ke Medinah
 dengan  memberitahukan  kepada  Muhammad bahwa ia (Abu Sufyan)
 sudah   memutuskan   akan   berangkat   menyerbu,   dia    dan
 sahabat-sahabatnya  akan  digempur dan dikikis habis sampai ke
 sisa-sisanya. Setelah oleh  rombongan  pesan  itu  disampaikan
 kepada  Muhammad  di  Hamra'  'l-Asad, sedikitpun semangat dan
 ketabahannya tidak goyah. Bahkan sepanjang malam  selama  tiga
 hari  itu  terus-menerus  ia memasang api unggun, sekalian mau
 menunjukkan kepada  Quraisy  bahwa  ia  tetap  siap-siaga  dan
 menunggu  kedatangan  mereka. Akhirnya semangat Abu Sufyan dan
 orang-orang Quraisy jadi  buyar  sendiri.  Mereka  lebih  suka
 bertahan  dengan  kemenangan  di  Uhud itu. Kemudian merekapun
 kembali pulang menuju arah ke Mekah.
 
 Muhammad juga lalu kembali ke  Medinah.  Sudah  banyak  posisi
 yang dapat diambil kembali setelah tadinya mengalami kegoyahan
 akibat peristiwa Uhud itu, meskipun kaum  munafik  mulai  pula
 mengangkat    kepala   menertawakan   kaum   Muslimin   sambil
 menanyakan: Kalau peristiwa Badr itu merupakan  pertanda  dari
 Tuhan  atas kerasulan Muhammad, maka dengan peristiwa Uhud itu
 apa pula konon pertandanya dan apa yang akan jadi alamatnya??!
 
 Catatan kaki:
 
  1 Uhud, sebuah gunung, terletak sebelah utara Medinah (A).
    
  2 Ahabisy ialah suatu gabungan kabilah-kabilah dan
    suku-suku kecil, dengan al-Harith b. 'Abd Manaf b.
    Kinana sebagai pemukanya. Hubungan mereka dekat sekali
    dengan Quraisy (A).
    
  3 Juhfa sebuah tempat sepanjang jalan Medinah-Mekah,
    tiga atau empat hari perjaianan dari Mekah; juga
    merupakan tempat pertemuan orang-orang Mesir dan Syam.
    
  4 Sebuah kabilah dari Ta'if (A)
    
  5 Syaikhan nama sebuah tempat; pada masa Jahiliah konon
    di tempat itu terdapat dua buah kubu untuk dua orang
    tua yang buta, pria dan wanita, yang sedang
    bercakap-cakap. Maka tempat itu dinamai asy-Syaikhan
    (harfiah berarti dua orang tua).
    
  6 Namanya Nasiba, isteri Zaid b. 'Ashim (A).
    
  7 Diucapkan sebagai tanda cinta dan mendoakan kebaikan
    kepadanya (A).
    
  8 Sebuah tempat sejauh 8 mil dari Medinah.
 
 ---------------------------------------------

0 komentar:

Post a Comment

Just select text on the page and get instant translation from Google Translate!
Google Translate Client