Selamat Datang Di Emye Private Blog
Membaca, mendengar, dan menterjemahkan Al Qur'an
Sedikit Bigraphy Singkat tentang Aku.
Title

Bapakku

Bapakku yang Sangat Tegas Akan Sesuatu yang Dia Anggap Fundamental, Berprinsip Kuat. Sangat Religius. Jawa Banyumasan. Gualakeee Poll, hehehe...

Read More
Title

Ibuku

Ibuku.., Seorang Wanita yang Sangat Kuat, Tegar dan Banyak Akal. Bisa Menjadi Seorang Ibu Sekaligus "seorang ayah" Juga. Smart dalam bertahan hidup, Sabar di Keseharian, Walau Galak Tapi Pemaaf... Saluut Untukmu Mah...!

Read More
Title

Aku Yang...

Inilah Yang Dulu Selalu Mencari Masalah, dan Terkena Masalah dan Hampir Terkubur Karenanya.. Berharap Maaf dariNYA, Kedua Orangtuaku dan Juga Kalian Semua.. Do'akan RidhoNYA Untukku ya.. Terimakasih Untuk Kalian Semua...

Read More
Title

Rumahku Hidupku..No Place Like Home

Di Sinilah Awal Semua Kisahku.., Di Awali Dengan Kasih Sayang dan Pengharapan dan Di Jalani Dengan Kegilaan lalu Berakhir dengan Keterpurukan. No More Fly..No More Sky and No More Cry...

Read More
Title

Seberkas CahayaNYA...

Menunggu dan Berharap Banyak dariNYA... Jawaban dan Ampunan Setelah Doa-doa yang Kutambatkan.. Setiap Detik, Setiap Saat Sebelum Saat Akhir Hidupku Tiba...

Read More
Title

Pikirkan Dulu!

Pikirkan dan Pertimbangkan Semua Pilihan. Karena Kau Harus Memilih, Gunakan Kata Hatimu. Ambil Apa Yang Baik Dari Kisahku Kawan.. Semua Hikmah. Sekarang atau Tidak Sama Sekali..!!!?

Read More

Sejarah Hidup Rasulullah Muhammad SAW

October 19, 2011
 
BAGIAN KEDELAPAN BELAS: PERANG KHANDAQ1 DAN BANU QURAIZA
 Muhammad Husain Haekal                                   (2/3)
 
 "Ka'b,  sungguh  celaka,"  katanya kemudian. "Saya datang pada
 waktu yang tepat dan membawa  tenaga  yang  tepat  pula.  Saya
 datang  membawa  Quraisy  dan Ghatafan dengan pemimpinpemimpin
 dan pemuka-pemuka  mereka.  Mereka  sudah  berjanji  kepadaku,
 bahwa  mereka tidak akan beranjak sebelum dapat mengikis habis
 Muhammad dan kawan-kawannya itu."
 
 Tetapi Ka'b masih juga maju mundur. Disebutnya kejujuran serta
 kesetiaan  Muhammad  kepada  perjanjian  itu.  Ia  kuatir akan
 akibatnya atas apa yang diminta oleh Huyayy itu. Tetapi Huyayy
 masih  terus  menyebut-nyebut bencana yang dialami orang-orang
 Yahudi karena Muhammad itu, dan juga bencana yang akan  mereka
 alami sendiri nanti bilamana Ahzab tidak berhasil mengikisnya.
 Diuraikannya juga kekuatan pihak Ahzab itu serta  perlengkapan
 dan  jumlah  orangnya.  Yang  sekarang masih merintangi mereka
 untuk menumpas semua orang-orang Islam dalam sekejap mata itu,
 hanyalah parit itu saja. Sekarang Ka'b sudah mulai lunak.
 
 "Kalau pasukan Ahzab itu berbalik?" tanyanya kemudian. Di sini
 Huyayy memberikan jaminan, bahwa kalau  Quraisy  dan  Ghatafan
 sampai  kembali  dan tidak berhasil menghantam Muhammad ia pun
 akan tinggal dalam benteng itu  dan  akan  tetap  bersama-sama
 dalam  seperjuangan.  Dalam  hati  Ka'b  nafsu Yahudinya sudah
 mulai  bergerak-gerak.  Permintaan  Huyayy  itu   diterimanya,
 perjanjian   dengan   Muhammad   dan   kaum   Muslimin   mulai
 dilanggarnya dan ia sudah  keluar  dari  sikap  kenetralannya.

 Berita-berita  penggabungan  Quraiza  dengan  pihak  Ahzab itu
 sampai juga kepada  Muhammad  dan  sahabat-sahabatnya.  Mereka
 sangat  terkejut  sekali  dan  kuatir  juga  akan  akibat yang
 mungkin terjadi. Muhammad  segera  mengutus  Sa'd  b.  Mu'adh,
 pemimpin  Aus  dan  Sa'd b. 'Ubada, pemimpin Khazraj, disertai
 pula oleh Abdullah b.  Rawaha  dan  Khawat  b.  Jubair  dengan
 tujuan  supaya  mempelajari  duduk  perkara  yang  sebenarnya.
 Bilamana mereka kembali  pulang,  hendaknya  dapat  memberikan
 isyarat kalau memang hal itu benar, supaya jangan nanti sampai
 mematahkan semangat orang.
 
 Tetapi sesampainya para  utusan  itu  kesana,  mereka  melihat
 keadaan  Quraiza justeru lebih jahat lagi dari apa yang pernah
 mereka dengar semula. Diusahakan juga oleh utusan  itu  supaya
 mereka  mau  menghormati  perjanjian  yang  ada.  Tetapi  Ka'b
 berkata kepada mereka, supaya orang-orang Yahudi  Banu  Nadzir
 dikembalikan  ke  kampung  halaman  mereka. Ketika itu Said b.
 Mu'adh - yang juga bersahabat  baik  dengan  pihak  Quraiza  -
 mencoba meyakinkan supaya jangan sampai mereka mengalami nasib
 seperti yang pernah dialami oleh Banu Nadzir, atau yang  lebih
 parah   lagi   dari  itu.  Pihak  Yahudi  sekarang  mau  terus
 melancarkan serangan kepada Muhammad a.s.
 
 "Siapa Rasulullah itu!?" kata  Ka'b.  "Kami  dengar  Muhammad
 tidak  terikat  oleh  sesuatu persahabatan atau perjanjian apa
 pun!"
 
 Kedua belah pihak itu lalu saling adu mulut.
 
 Utusan-utusan Muhammad  pulang.  Mereka  melaporkan  apa  yang
 telah   mereka   saksikan.   Bencana   besar  kini  mengancam.
 Kekuatiran makin menjadi-jadi. Penduduk Medinah  kini  melihat
 pihak  Quraiza  telah  membukakan  jalan bagi Ahzab, yang akan
 memasuki kota dan membasmi mereka. Hal ini bukan hanya sekedar
 khayal  dan  ilusi  saja. Terbukti Banu Quraiza sekarang sudah
 memutuskan segala bantuan dan  bahan  makanan  kepada  mereka.
 Juga    terbukti    sekembalinya   Huyayy   b.   Akhtab   yang
 memberitahukan kepada mereka, bahwa  Quraiza  telah  tergabung
 dengan  pihak Quraisy dan Ghatafan - jiwa mereka sudah berubah
 dan mereka sudah siap-siap melakukan peperangan. Soalnya  lagi
 pihak  Quraiza  telah  memperpanjang waktu selama sepuluh hari
 lagi buat pihak Ahzab guna mengadakan  persiapan,  asal  Ahzab
 selama   sepuluh   hari  itu  benar-benar  mau  menyerbu  kaum
 Muslimin. Dan memang itulah yang mereka lakukan. Mereka  telah
 menyusun  tiga  buah pasukan besar guna memerangi Nabi. Sebuah
 pasukan dibawah  pimpinan  Ibn'l-A'war  as-Sulami  didatangkan
 dari  jurusan  sebelah  atas  wadi, pasukan yang dipimpin oleh
 'Uyayna b. Hishn datang dari sebelah samping, dan pasukan yang
 dipimpin  oleh  Abu Sufyan ditempatkan di jurusan parit. Dalam
 peristiwa inilah ayat berikut ini turun:
 
 "Tatkala mereka datang kepadamu dari jurusan atas  dan  bawah,
 dan pandangan mata sudah jadi kabur, hati pun naik menyekat di
 kerongkongan (sangat gelisah), ketika  itu  kamu  berprasangka
 tentang  Tuhan,  prasangka  yang  salah  belaka.  Saat  itulah
 orang-orang yang beriman mendapat cobaan dan mereka  mengalami
 keguncangan  yang  hebat sekali. Dan ingat! ketika orang-orang
 munafik dan orang-orang yang  berpenyakit  dalam  hatinya  itu
 berkata:  Apa  yang  dijanjikan Allah dan RasulNya kepada kami
 hanyalah tipu daya  belaka.  Juga  ketika  ada  satu  golongan
 diantara  mereka itu berkata: "Wahai penduduk Yathrib! Tak ada
 tempat buat kamu. Kembalilah kamu pulang."  Dan  ada  sebagian
 dari  mereka itu yang meminta ijin kepada Nabi seraya berkata:
 'Sesungguhnya rumah-rumah  kami  terbuka.'  Tetapi  sebenarnya
 tidak  terbuka.  Hanya  saja mereka itu ingin melarikan diri."
 (Qur'an, 33: 10-13)
 
 Tetapi buat  penduduk  Yathrib  masih  dapat  dimaafkan  kalau
 mereka   sampai   begitu  takut  dan  hati  mereka  terguncang
 karenanya. Mereka yang masih dapat dimaafkan  itu  ialah  yang
 berpendapat:   Dulu  Muhammad  menjanjikan  kami,  bahwa  kami
 mendapat  harta  kekayaan  Kisra  dan  Kaisar  Rumawi.  Tetapi
 sekarang  orang  sudah  merasa tidak aman lagi sekalipun hanya
 akan pergi ke kebun. Pandangan mata mereka yang jadi kabur pun
 dapat  dimaafkan.  Demikian  juga  mereka  yang  merasa sangat
 gelisah dalam ketakutan dapat juga  dimaafkan.  Bukankah  maut
 juga  yang  sekarang  sedang  menari-nari  di  depan  matanya,
 menjilat-jilat menyala keluar dari mata pedang yang di  tangan
 Quraisy  dan  Ghatafan,  menyusup-nyusup  kedalam hati sebagai
 ancaman, dan juga yang datang dari  rumah-rumah  Banu  Quraiza
 yang   berkhianat  itu?  Sungguh  celaka  orang-orang  Yahudi.
 Sungguh patut sekali kalau Muhammad mengikis habis  saja  Banu
 Nadzir  itu  daripada  hanya  sekedar  membiarkan mereka pergi
 dalam  keadaan  berkecukupan,  serta  membiarkan  Huyayy   cs.
 menghasut   masyarakat   dan   kabilah-kabilah   Arab   supaya
 menghantam kaum Muslimin. Ya,  sungguh  suatu  bencana  besar,
 suatu  ancaman  besar.  "Tak ada daya upaya kalau tidak dengan
 Allah juga."

 Dari segi  moril  pihak  Ahzab  sudah  merasa  begitu  tinggi,
 sehingga  ada  beberapa  orang ksatria dari Quraisy yang sudah
 berani maju kedepan, seperti 'Amr b. 'Abd Wudd, 'Ikrima b. Abi
 Jahl  dan Dzirar bin'l-Khattab. Mereka langsung menyerbu parit
 itu. Mereka menuju ke suatu bagian yang agak sempit. Dipacunya
 kuda  mereka  itu sehingga mereka dapat menyeberangi parit dan
 sampai di Sabkha yang terletak antara parit dengan bukit Sal'.
 Ketika  itu juga Ali b. Abi Talib keluar dengan beberapa orang
 dari  kalangan  Muslimin,  terus  cepat-cepat  merebut  sebuah
 rongga  dalam  parit  yang  telah diserbu oleh pasukan berkuda
 mereka. Ketika itu 'Amr b. 'Abd. Wudd memanggil-manggil:
 
 "Siapa berani bertanding?!"
 
 Setelah ajakannya itu disambut  oleh  Ali  b.  Abi  Talib,  ia
 berkata lagi dengan congkak sekali:
 
 "Oh kemenakanku ! Aku tidak ingin membunuhmu."
 
 "Tapi aku ingin membunuh kau," sahut Ali.
 
 Kemudian  duel itu terjadi, dan Ali berhasil membunuhnya. Saat
 itu  juga  pasukan  berkuda  pihak  Ahzab  lari   kucar-kacir,
 sehingga  mereka  terbentur  sekali lagi ke dalam parit sambil
 lari terus tanpa melihat kekanan-kiri lagi.
 
 Tatkala matahari sudah terbenam, ketika itu datang pula Naufal
 b.  Abdullah  bin'l-Mughira  dengan  menunggang kudanya hendak
 menyeberangi parit itu, tapi saat itu juga ia mendapat pukulan
 hebat  sehingga  ia  berikut  kudanya  itu  mati dan hancur di
 tempat tersebut. Dalam hal ini Abu Sufyan menyampaikan tawaran
 hendak  menebus  mayat  kawannya itu dengan seratus ekor unta,
 Tetapi itu oleh Nabi a.s. ditolak, seraya berkata:
 
 "Ambillah mayat itu. Barang yang kotor tebusannya kotor juga."

 Dengan cara yang berlebih-lebihan pihak Ahzab  sekarang  mulai
 lagi   hendak  mengobarkan  api  permusuhannya  dengan  maksud
 menakut-nakuti dan melemahkan jiwa kaum Muslimin.  Orang-orang
 Quraiza  yang bersemangat mulai turun dari benteng-benteng dan
 kubu-kubu mereka. Mereka memasuki rumah-rumah di Medinah  yang
 terdekat   pada   mereka.  Maksud  mereka  mau  menakut-nakuti
 penduduk.
 
 Pada waktu itu Shafia bt. Abd'l-Muttalib sedang  berada  dalam
 Fari', benteng Hassan b. Thabit. Juga Hassan ketika itu disana
 dengan kaum wanita dan anak-anak. Waktu itu ada seorang  orang
 Yahudi yang mundar-mandir sekeliling benteng itu.
 
 "Kaulihat bukan?" kata Shafia kepada Hassan, "Orang Yahudi itu
 mundar-mandir  sekeliling  benteng  kita.  Sungguh  aku  tidak
 mempercayainya.  Ia akan menunjukkan rahasia kita kepada pihak
 Yahudi. Sedang Rasulullah dan  sahabat-sahabat  sedang  sibuk.
 Turunlah kau dan bunuh orang itu."
 
 "Semoga  Tuhan  mengampunimu,  Shafia,"  jawab Hassan. "Engkau
 tahu, aku bukan orangnya akan melakukan itu."
 
 Mendengar itu Shafia langsung mengambil sebatang  tongkat.  Ia
 turun dari benteng itu dan orang Yahudi tadi dipukulnya Sampai
 ia menemui ajalnya.
 
 "Hassan, turunlah dan lucuti dia. Sayang dia laki-laki;  kalau
 tidak aku sendiri yang akan melakukannya."
 
 "Shafia, tidak perlu aku melucuti dia," jawab Hassan. Penduduk
 Medinah masih  dalam  ketakutan,  hati  mereka  masih  gelisah
 selalu.  Dalam  pada  itu yang selalu menjadi pikiran Muhammad
 ialah bagaimana caranya mencari jalan keluar. Harus ada  suatu
 taktik.   Dikirimnya   utusan  kepada  pihak  Ghatafan  dengan
 menjanjikan sepertiga hasil buah-buahan Medinah  untuk  mereka
 asal mereka mau pergi meninggalkan tempat itu.

 Pihak  Ghatafan  sendiri  sebenarnya  sudah mulai jemu. Mereka
 sudah memperlihatkan perasaan muak, karena begitu lama  mereka
 mengadakan  pengepungan  dengan segala jerih payah yang mereka
 hadapi selama itu. Soalnya hanyalah karena mau memenuhi ajakan
 Huyayy   b,   Akhtab   dan  orang-orang  Yahudi  yang  menjadi
 pengikutnya. Di samping itu, Nu'aim b. Mas'ud, dengan perintah
 Rasul  telah  pergi  hendak menemui pihak Quraiza, yang ketika
 itu belum mengetahui bahwa dia sudah masuk Islam.  Pada  zaman
 jahiliah   ia  bergaul  rapat  sekali  dengan  pihak  Quraiza.
 Diingatkannya kembali hubungan dan  persahabatan  mereka  masa
 dahulu  itu. Kemudian disebut-sebutnya juga bahwa mereka telah
 mendukung Quraisy  dan  Ghatafan  dalam  menghadapi  Muhammad,
 sedang  baik  Quraisy maupun Ghatafan mungkin tidak akan tahan
 lama tinggal di tempat  itu.  Kedua  kabilah  ini  tentu  akan
 berangkat  pulang,  dan  mereka  akan  ditinggalkan  sendirian
 menghadapi Muhammad yang tentunya nanti akan menghajar  mereka
 pula.  Oleh  karena itu dinasehatinya supaya mereka jangan mau
 ikut golongan itu  sebelum  mendapat  jaminan  beberapa  orang
 sebagai  sandera  dari  kedua  golongan  itu.  Dengan demikian
 Quraisy dan Ghatafan tidak akan meninggalkan  mereka.  Quraiza
 merasa puas dengan keterangan Nu'aim itu.
 
 Selanjutnya  ia  pergi lagi kepada Quraisy dengan membisikkan,
 bahwa sebenarnya pihak Quraiza  merasa  menyesal  sekali  atas
 tindakannya  melanggar  perjanjian  dengan  Muhammad dan bahwa
 mereka  sekarang  berusaha  hendak   mengambil   hatinya   dan
 mengadakan   tali   persahabatan   lagi  dengan  jalan  hendak
 menyerahkan   pemimpin-pemimpin   Quraisy   kepadanya   supaya
 dibunuh.  Oleh  karena  itu lalu disarankannya, bahwa bilamana
 nanti pihak  Yahudi  mengutus  orang  meminta  jaminan  berupa
 pemimpin-pemimpin  mereka, jangan dikabulkan. Seperti terhadap
 Quraisy, kemudian Nu'aim melakukan hal yang sama pula terhadap
 Ghatafan.  Keterangan  Nu'aim  ini  telah menimbulkan keraguan
 dalam hati Quraisy dan Ghatafan.
 
 Pemimpin-pemimpin mereka segera  berunding.  Abu  Sufyan  lalu
 mengutus  orang  menemui  Ka'b,  pemimpin  Banu Quraiza dengan
 pesan: "Kami sudah cukup lama tinggal di tempat dan mengepung
 orang  itu. Menurut hemat kami besok kamu harus sudah menyerbu
 Muhammad dan kami dibelakangmu."
 
 Tetapi utusan Abu Sutyan itu kembali  dengan  membawa  jawaban
 pemimpin  Quraiza:  "Besok hari Sabtu, dan pada hari Sabtu itu
 kami tidak dapat berperang atau bekerja apa pun."
 
 Mendengar itu Abu Sufyan naik pitam. Benar  juga  kata  Nu'aim
 kalau  begitu. Utusan itu disuruhnya kembali dengan mengatakan
 kepada pihak Quraiza: "Cari Sabtu4 lain saja sebagai pengganti
 Sabtu  besok,  sebab besok Muhammad harus sudah diserbu. Kalau
 kami sudah mulai menyerang Muhammad  sedang  kamu  tidak  ikut
 serta  dengan  kami,  maka  persekutuan kita dengan sendirinya
 bubar, dan kamulah yang akan kami  serbu  lebih  dulu  sebelum
 Muhammad."
 
 Pernyataan  Abu  Sufyan  itu oleh Quraiza tetap dijawab dengan
 mengulangi bahwa mereka tidak akan melanggar hari  Sabtu.  Ada
 golongan  mereka  yang  telah  mendapat kemurkaan Tuhan karena
 telah melanggar hari Sabtu sehingga mereka itu menjadi  monyet
 dan  babi.  Kemudian disebutnya juga jaminan yang mereka minta
 sebagai sandera, supaya mereka  lebih  yakin  akan  perjuangan
 mereka itu.
 
 Mendengar  permintaan  semacam itu Abu Sufyan lebih yakin lagi
 akan keterangan yang  telah  diberikan  Nu'aim  itu.  Terpikir
 olehnya  sekarang  apa yang harus diperbuatnya. Ketika hal ini
 dibicarakan dengan pihak Ghatafan ternyata mereka  juga  masih
 maju-mundur hendak memerangi Muhammad. Mereka terpengaruh oleh
 janji yang pernah diberikan  kepada  mereka,  bahwa  sepertiga
 hasil  buah-buahan kota Medinah nanti untuk mereka, tapi janji
 tersebut belum ter]aksana karena masih mendapat tantangan dari
 Said  b.  Mu'adh  dan pemuka-pemuka Medinah, baik kalangan Aus
 dan Khazraj maupun dari sahabat-sahabat Rasulullah.

 Malam harinya angin topan  bertiup  kencang  sekali,  disertai
 oleh   hujan   yang   turun   dengan   lebatnya.  Bunyi  petir
 menderu-deru     diselingi      oleh      halilintar      yang
 sambung-menyambung.  Tiba-tiba angin topan itu bertiup kencang
 sekali dan kuali-kuali tempat mereka  masak  terbalik  belaka.
 Sekarang  timbul  rasa takut dalam hati. Terbayang oleh mereka
 bahwa  kaum  Muslimin  akan  mengambil  kesempatan  ini  untuk
 menyerang   dan  menghantam  mereka.  Ketika  itu  Tulaiha  b.
 Khuailid tampil seraya berteriak: "Muhammad  telah  mendahului
 menyerang kita. Selamatkan dirimu ! Selamatkan!"

 "Saudara-saudara dari Quraisy," kata Abu Sufyan. "Tidak layak
 lagi kita tinggal lama-lama di tempat ini. Pasukan  kita  yang
 terdiri  dari  kuda  dan unta sudah binasa, Banu Quraiza sudah
 tidak  menepati  janjinya  lagi  dengan  kita,   bahkan   kita
 mendengar  hal-hal  dari  mereka yang tidak menyenangkan hati.
 Ditambah lagi kita menghadapi angin yang begitu dahsyat.  Maka
 lebih baik pulang sajalah. Saya pun akan berangkat pulang."
 
 Ditengah-tengah  angin  yang  masih bertiup kencang, rombongan
 itu berangkat  dengan  membawa  perbekalan  seringan  mungkin,
 diikuti oleh Ghatafan dan kelompok-kelompok lainnya.
 
 Keesokan  harinya  sudah tidak seorang juga yang dijumpai oleh
 Muhammad di tempat itu. Ia pun lalu kembali pulang ke  Medinah
 bersama-sama   umat   Islam  yang  lain.  Mereka  bersama-sama
 menyatakan rasa syukur  yang  sedalam-dalamnya  kepada  Tuhan,
 karena   mereka  telah  terhindar  dari  segala  mara  bahaya,
 orang-orang  beriman   itu   tidak   sampai   terlibat   dalam
 pertempuran.
 
                             ***
 
 Setelah   pihak   Ahzab  berangkat  pulang,  Muhammad  kembali
 memikirkan keadaannya. Tuhan telah menyelamatkannya dari musuh
 yang  selama  ini mengancamnya. Tetapi sungguhpun begitu pihak
 Yahudi dapat saja mengulang  kembali  peristiwa  semacam  itu,
 dapat  saja  mereka  mencari  kesempatan lain, tidak lagi pada
 musim dingin yang begitu dahsyat seperti dalam tahun ini, yang
 telah merupakan bantuan Tuhan dalam menghancurkan pihak musuh.
 Disamping itu, kalaupun tidak karena Azhab  telah  pergi,  dan
 peristiwa   perpecahan  di  pihaknya  sendiri  telah  terjadi,
 niscaya  Banu  Quraiza  itu  sudah  siap-siap  pula  turun  ke
 Medinah,  akan  menghantam  dan  akan  memberikan segala macam
 bantuan dalam menghancurkan kaum Muslimin.
 
 Jadi, jangan membiarkan ekor ular yang  sudah  dipotong.  Atas
 perbuatannya  itu  Banu  Quraiza  harus dibasmi. Dalam hal ini
 Nabi a.s. memerintahkan supaya diserukan kepada segenap orang,
 yakni: Barangsiapa yang tetap setia, bersembahyang Asar supaya
 dilakukan   di   perkampungan   Banu   Quraiza.    Lalu    Ali
 diberangkatkan  lebih  dulu  dengan  membawa bendera ke tempat
 itu. Sungguhpun  pihak  Muslimin  sudah  begitu  payah  akibat
 pengepungan Quraisy dan Ghatafan yang cukup lama, namun mereka
 segera bergegas ke  medan  perang  lagi.  Mereka  yakin  bahwa
 mereka  akan  mendapat  kemenangan.  Memang  benar, bahwa Banu
 Quraiza  tinggal  dalam  benteng-benteng  yang  begitu   kukuh
 seperti    perbentengan   Banu   Nadzir,   tetapi   kendatipun
 benteng-benteng itu  dapat  melindungi  mereka,  namun  mereka
 tidak  akan  dapat tahan menghadapi pihak Muslimin. Persediaan
 bahan makanan kini berada di tangan penduduk Medinah,  setelah
 pihak  Ahzab  meninggalkan  tempat  tersebut. Oleh karena itu,
 pihak Muslimin  pun  dengan  perasaan  gembira  bergegas  pula
 berangkat di belakang Ali, menuju ke tempat Banu Quraiza.
 
 Ternyata  mereka  itu - juga Huyayy b. Akhtab dari Banu Nadzir
 ada di tempat itu - melemparkan kata-kata yang  tidak  senonoh
 dialamatkan   kepada   Muhammad.   Mereka  mendustakannya  dan
 memakinya serta mau mencemarkan nama baik  isterinya.  Setelah
 kekalahan pasukan Ahzab di Medinah, seolah mereka memang sudah
 merasakan apa yang akan terjadi terhadap diri mereka.
 
                                     (bersambung ke bagian 3/3)
 
 ---------------------------------------------
 

0 komentar:

Post a Comment

Just select text on the page and get instant translation from Google Translate!
Google Translate Client