Selamat Datang Di Emye Private Blog
Membaca, mendengar, dan menterjemahkan Al Qur'an
Sedikit Bigraphy Singkat tentang Aku.
Title

Bapakku

Bapakku yang Sangat Tegas Akan Sesuatu yang Dia Anggap Fundamental, Berprinsip Kuat. Sangat Religius. Jawa Banyumasan. Gualakeee Poll, hehehe...

Read More
Title

Ibuku

Ibuku.., Seorang Wanita yang Sangat Kuat, Tegar dan Banyak Akal. Bisa Menjadi Seorang Ibu Sekaligus "seorang ayah" Juga. Smart dalam bertahan hidup, Sabar di Keseharian, Walau Galak Tapi Pemaaf... Saluut Untukmu Mah...!

Read More
Title

Aku Yang...

Inilah Yang Dulu Selalu Mencari Masalah, dan Terkena Masalah dan Hampir Terkubur Karenanya.. Berharap Maaf dariNYA, Kedua Orangtuaku dan Juga Kalian Semua.. Do'akan RidhoNYA Untukku ya.. Terimakasih Untuk Kalian Semua...

Read More
Title

Rumahku Hidupku..No Place Like Home

Di Sinilah Awal Semua Kisahku.., Di Awali Dengan Kasih Sayang dan Pengharapan dan Di Jalani Dengan Kegilaan lalu Berakhir dengan Keterpurukan. No More Fly..No More Sky and No More Cry...

Read More
Title

Seberkas CahayaNYA...

Menunggu dan Berharap Banyak dariNYA... Jawaban dan Ampunan Setelah Doa-doa yang Kutambatkan.. Setiap Detik, Setiap Saat Sebelum Saat Akhir Hidupku Tiba...

Read More
Title

Pikirkan Dulu!

Pikirkan dan Pertimbangkan Semua Pilihan. Karena Kau Harus Memilih, Gunakan Kata Hatimu. Ambil Apa Yang Baik Dari Kisahku Kawan.. Semua Hikmah. Sekarang atau Tidak Sama Sekali..!!!?

Read More

Sejarah Hidup Rasulullah Muhammad SAW

October 19, 2011
BAGIAN KEDELAPAN BELAS: PERANG KHANDAQ1 DAN BANU QURAIZA
 Muhammad Husain Haekal                                   (1/3)
 
    Huyayy b. Akhtab menghasut semua masyarakat Arab
    melawan Muslimin - Sepuluh ribu prajurit menuju Medinah
    - Salman al-Farisi mengusulkan penggalian parit sekitar
    kota - Quraisy dan Ghatafan mengepung kota - Banu
    Quraiza melanggar perjanjian dengan pihak Muslimin -
    Hilangnya kepercayaan Arab-Yahudi - Kabilah-kabilah
    Arab menarik diri dari Medinah - Pengepungan Banu
    Quraiza.
 
 SETELAH Medinah dikosongkan dari Banu Nadzir, kemudian setelah
 peristiwa   Badr   Terakhir  dan  sesudah  ekspedisi-ekspedisi
 Ghatafan  dan  Dumat'l-Jandal  berlalu,  tiba  waktunya   kaum
 Muslimin   sekarang  merasakan  hidup  yang  lebih  tenang  di
 Medinah. Mereka sudah dapat mengatur hidup, sudah tidak begitu
 banyak  mengalami kesulitan berkat adanya rampasan perang yang
 mereka peroleh dari  peperangan  selama  itu,  meskipun  dalam
 banyak  hal  kejadian  ini  telah membuat mereka lupa terhadap
 masalah-masalah pertanian dan  perdagangan.  Tetapi  disamping
 ketenangan   itu   Muhammad  selalu  waspada  terhadap  segala
 tipu-muslihat  dan   gerak-gerik   musuh.   Mata-mata   selalu
 disebarkan    ke   seluruh   pelosok   jazirah,   mengumpulkan
 berita-berita sekitar kegiatan  masyarakat  Arab  yang  hendak
 berkomplot  terhadap  dirinya. Dengan demikian ia selalu dalam
 siap-siaga, sehingga kaum Muslimin dapat selalu mempertahankan
 diri.
 
 Tidak   begitu  sulit  orang  menilai  betapa  perlunya  harus
 bersikap waspada dan berhati-hati selalu setelah kita  melihat
 adanya  segala  macam  tipu-muslihat  Quraisy  dan  yang bukan
 Quraisy terhadap kaum Muslimin, juga karena negeri-negeri masa
 itu  -  juga  sesudah  itu  sebagian  besar dalam perkembangan
 sejarahnya  masing-masing  mereka  itu  merupakan   sekumpulan
 republik-republik   kecil,   yang   satu   sama  lain  berdiri
 sendiri-sendiri.  Mereka  masing-masing   menggunakan   sistem
 organisasi  yang  lebih  dekat pada cara-cara kabilah. Hal ini
 memaksa mereka harus berlindung pada adat-lembaga dan  tradisi
 yang ada, yang tidak mudah dapat kita bayangkan seperti halnya
 pada bangsa-bangsa yang sudah teratur. Dalam hal ini  Muhammad
 pun  sebagai  orang Arab sangat waspada sekali mengingat nafsu
 hendak membalas dendam yang ada dalam naluri orang-orang  Arab
 itu besar sekali. Baik Quraisy maupun Yahudi Banu Qainuqa' dan
 Yahudi  Banu  Nadzir,  demikian  juga   kabilah-kabilah   Arab
 Ghatafan,  Hudhail  dan kabilah-kabilah yang berbatasan dengan
 Syam,   mereka   saling   menunggu,   bahwa    Muhammad    dan
 sahabat-sahabatnya  itu  akan  binasa.  Kalaupun  mereka  akan
 mendapat  kesempatan,  masing-masing   berharap   akan   dapat
 mengadakan  balas  dendam  terhadap  laki-laki  yang  sekarang
 datang mencerai-beraikan masyarakat  Arab  dengan  kepercayaan
 mereka itu. Laki-laki yang pergi keluar Mekah, mengungsi dalam
 keadaan tidak berdaya, tidak punya kekuatan, selain iman  yang
 telah  memenuhi jiwanya yang besar itu, dalam waktu lima tahun
 sekarang orang ini  sudah  kuat,  sudah  mempunyai  kemampuan,
 sehingga  kota-kota  dan  kabilah-kabilah  Arab  yang  terkuat
 sekalipun, merasa segan kepadanya.

 Orang-orang Yahudi ialah  musuh  Muhammad  yang  paling  tajam
 memperhatikan  ajaran-ajaran  dan  cara  berdakwahnya.  Dengan
 kemenangannya itu merekalah yang paling banyak memperhitungkan
 nasib  yang telah menimpa diri mereka. Mereka di negeri-negeri
 Arab sebagai penganjur-penganjur ajaran tauhid  (monotheisma).
 Mengenai penguasaan bidang ini mereka bersaingan sekali dengan
 pihak Kristen. Mereka selalu berharap akan  dapat  mengalahkan
 lawannya ini. Dan barangkali mereka benar juga mengingat bahwa
 orang-orang Yahudi ialah bangsa Semit yang pada dasarnya lebih
 condong pada pengertian monotheisma. Sementara ajaran trinitas
 Kristen suatu hal yang tidak mudah dapat dicernakan oleh  jiwa
 Semit.  Dan  sekarang  Muhammad, orang yang berasal dari pusat
 Arab dan dari pusat orang-orang  Semit  sendiri,  menganjurkan
 ajaran  tauhid  dengan cara yang sungguh kuat dan mempesonakan
 sekali, dapat menjelajahi dan merasuk  sampai  ke  lubuk  hati
 orang,  dan  mengangkat martabat manusia ke tingkat yang lebih
 tinggi. Sekarang ia sudah begitu kuat, dapat mengeluarkan Banu
 Qainuqa' dari Medinah, mengusir Banu Nadzir dari daerah koloni
 mereka. Dapatkah mereka membiarkannya terus begitu, dan mereka
 sendiri  pergi  ke  Syam  atau pulang ke tanah air mereka yang
 pertama,  ke  Bait'l-Maqdis   (Yerusalem)   di   Negeri   yang
 Dijanjikan  - Ardz'l-Mi'ad - (Palestina), ataukah mereka harus
 berusaha menghasut orang-orang Arab itu supaya dapat  membalas
 dendam kepada Muhammad?

 Rencana  hendak  menghasut orang-orang Arab adalah yang paling
 terutama menguasai pikiran pemuka-pemuka  Banu  Nadzir.  Untuk
 melaksanakan  rencana itu, beberapa orang dari kalangan mereka
 pergi hendak menemui Quraisy di  Mekah.  Mereka  terdiri  dari
 Huyayy   b.   Akhtab.   Sallam   b.  Abi'l-Huqaiq  dan  Kinana
 bin'l-Huqaiq, bersama-sama dengan  beberapa  orang  dari  Banu
 Wa'il Hawadha b. Qais dan Abu 'Ammar.
 
 Ketika  oleh  pihak Mekah, Huyayy ditanya mengenai golongannya
 itu ia menjawab:
 
 "Mereka saya biarkan mundar-mandir ke Khaibar dan  ke  Medinah
 sampai  tuan-tuan  nanti datang ke tempat mereka dan berangkat
 bersama-sama menghadapi Muhammad dan sahabatsahabatnya."
 
 Ketika oleh mereka ditanya tentang Quraiza, ia menjawab:
 
 "Mereka tinggal di Medinah sekedar  mau  mengelabui  Muhammad.
 Kalau  tuan-tuan  sudah datang mereka akan bersama-sama dengan
 tuan-tuan."
 
 Pihak Quraisy jadi ragu-ragu  akan  maju,  atau  mundur  saja.
 Mereka   dengan  Muhammad  tidak  berselisih  apa-apa,  selain
 ajarannya tentang Tuhan. Bukan tidak mungkinkah bahwa dia juga
 yang benar, sebab makin hari ajarannya itu ternyata makin kuat
 dan tinggi juga?

 "Tuan-tuan  dari   golongan   Yahudi,"   kata   pihak-Quraisy.
 "Tuan-tuan   adalah   ahli  kitab  yang  mula-mula  dan  sudah
 mengetahui pula apa  yang  menjadi  pertentangan  antara  kami
 dengan  Muhammad.  Soalnya  sekarang: manakah yang lebih baik,
 agama kami atau agamanya."
 
 Pihak Yahudi menjawab:
 
 "Tentu agama tuan-tuan yang lebih baik, sebab tuan-tuan  lebih
 benar dari dia."
 
 Dalam hal ini firman Tuhan dalam Qur'an menyebutkan;
 
 "Tidakkah  engkau  perhatikan  orang-orang  yang  telah diberi
 sebahagian kitab? Mereka percaya kepada sihir dan berhala  dan
 mereka  berkata  kepada orang-orang kafir: 'Jalan mereka lebih
 benar dari orang yang beriman.'  Mereka  itulah  yang  dikutuk
 oleh  Tuhan.  Dan barangsiapa yang dikutuk Tuhan, maka baginya
 takkan ada penolong." (Qur'an, 4: 51-52)

 Dalam posisi orang-orang Yahudi menghadapi Quraisy ini  dengan
 sikap  lebih  mengutamakan  paganisma  mereka  daripada tauhid
 Muhammad, maka dalam  Tarikh'l-Yahudi  fi  Bilad'l-'Arab,  Dr.
 Israel  Wilfinson  menyebutkan:  "Seharusnya  mereka itu tidak
 boleh sampai terjerumus ke dalam kesalahan yang begitu  kotor,
 dan   jangan   pula   berkata  dengan  terus-terang  di  depan
 pemuka-pemuka Quraisy, bahwa cara menyembah berhala itu  lebih
 baik  daripada  tauhid  seperti yang diajarkan Islam, meskipun
 hal  itu  akan  mengakibatkan  permintaan  mereka  tidak  akan
 dipenuhi.  Oleh  karena  orang-orang Israil sejak berabad-abad
 lamanya atas nama nenek-moyang dahulu kala  sebagai  pengemban
 panji  tauhid  (monotheisma)  diantara bangsa-bangsa di dunia,
 dan  telah  pula   mengalami   pelbagai   macam   penderitaan,
 pembunuhan  dan  penindasan  hanya  karena  iman mereka kepada
 Tuhan Yang Tunggal itu, yang mereka alami dalam berbagai zaman
 selama  dalam  perkembangan  sejarah,  maka  sudah  seharusnya
 mereka itu bersedia mengorbankan  hidup  mereka,  mengorbankan
 segala yang mereka cintai dalam menghadapi dan menaklukan kaum
 musyrik itu. Apalagi dengan minta  perlindungan  kepada  pihak
 penyembah  berhala,  itu  berarti  mereka telah memerangi diri
 sendiri serta  menentang  ajaran-ajaran  Taurat  yang  meminta
 mereka   menjauhi   penyembah-penyembah   berhala   dan  dalam
 menghadapi mereka supaya bersikap seperti menghadapi musuh.

 Huyayy b. Akhtab dan orang-orang Yahudi  yang  sepaham  dengan
 dia,  yang  telah  mengatakan  kepada  Quraisy bahwa paganisma
 mereka lebih  baik  daripada  tauhid  Muhammad  dengan  maksud
 supaya   mereka   sudi  memeranginya,  dan  yang  akan  mereka
 laksanakan setelah sekian  bulan  disiapkan,  tampaknya  tidak
 cukup  sampai di situ saja. Malah orang-orang Yahudi itu pergi
 lagi menemui kabilah Ghatafan2 yang terdiri dari Qais  'Ailan,
 Banu  Fazara,  Asyja'  Sulaim, Banu Sa'd dan Asad, serta semua
 pihak yang ingin menuntut balas kepada  Muslimin.  Mereka  ini
 aktif  sekali  mengerahkan  orang supaya menuntut balas dengan
 menyebutkan bahwa Quraisy juga ikut serta memerangi  Muhammad.
 Paganisma  Quraisy  mereka  puji dan mereka menjanjikan, bahwa
 mereka pasti akan mendapat kemenangan.
 
 Kelompok-kelompok3  yang  sudah  diorganisasikan  oleh   pihak
 Yahudi  itu  kini  berangkat  hendak  memerangi  Muhammad  dan
 sahabat-sahabatnya. Dari pihak Quraisy yang dipimpin oleh  Abu
 Sufyan  sudah  disiapkan  4000 orang prajurit, tiga ratus ekor
 kuda dan 1500 orang dengan unta. Pimpinan brigade yang disusun
 di  Dar'n-Nadwa diserahkan kepada 'Uthman b. Talha. Ayah orang
 ini telah mati terbunuh dalam memimpin pasukan di  Uhud.  Banu
 Fazara  yang  dipimpin oleh 'Uyaina b. Hishn b. Hudhaifa telah
 siap dengan sejumlah pasukan besar dan 100 unta. Sedang Asyja'
 dan  Murra  masing-masing  membawa  400  prajurit. Pihak Murra
 dipimpin oleh Al-Harith b. 'Auf dan  dari  pihak  Asyja'  oleh
 Misiar   ibn  Rukhaila.  Menyusul  pula  Sulaim,  biang-keladi
 peristiwa Bi'r Ma'una, dengan  700  orang.  Mereka  itu  semua
 berkumpul,  yang  kemudian  datang  pula  Banu  Sa'd  dan Asad
 menggabungkan  diri.  Jumlah  mereka  kurang  lebih   semuanya
 menjadi  10.000  orang.  Semua  mereka  itu  berangkat  menuju
 Medinah dibawah pimpinan Abu Sufyan.
 
 Setelah mereka  sampai,  selama  dalam  perang,  pemuka-pemuka
 kabilah  itu  saling bergantian pimpinan, masing-masing sehari
 mendapat giliran.

 Berita keberangkatan mereka ini sampai  juga  kepada  Muhammad
 dan  kaum  Muslimin  di  Medinah.  Mereka  merasa  gentar. Ya,
 sekarang seluruh kabilah Arab  sudah  bersatu  sepakat  hendak
 menumpas   dan   memusnahkan   mereka,   sudah  datang  dengan
 perlengkapan dan jumlah manusia yang  besar,  suatu  hal  yang
 dalam  sejarah  peperangan  Arab  secara  keseluruhannya belum
 pernah  terjadi.  Apabila  dalam  perang  Uhud  Quraisy  telah
 mendapat   kemenangan   atas   mereka,  ketika  mereka  keluar
 menyongsong keluar Medinah, padahal baik  jumlah  perlengkapan
 maupun  jumlah  manusia  jauh di bawah pasukan sekutu ini, apa
 lagi  yang  dapat  dilakukan  kaum  Muslimin  sekarang   dalam
 menghadapi   jumlah  pasukan  yang  terdiri  dari  beribu-ribu
 rnanusia itu  -  barisan  berkuda,  unta,  persenjataan  serta
 perlengkapan lainnya?! Tidak ada jalan lain, hanya bertahan di
 Yathrib  yang  masih  perawan  ini,  seperti  dikatakan   oleh
 Abdullah b. Ubayy.

 Tetapi   cukup  hanya  bertahan  sajakah  menghadapi  kekuatan
 raksasa  itu?  Salman  al-Farisi  adalah  orang  yang   banyak
 mengetahui  seluk-beluk  peperangan,  yang  belum  dikenal  di
 daerah-daerah Arab. Ia menyarankan supaya di  sekitar  Medinah
 itu  digali parit dan keadaan kota diperkuat dari dalam. Saran
 ini segera dilaksanakan oleh kaum  Muslimin.  Ketika  menggali
 parit  itu  Nabi  a.s.  juga  dengan  tangannya  sendiri  ikut
 bekerja. Ia turut mengangkat tanah dan  sambil  terus  memberi
 semangat,  dengan  menganjurkan  kepada  mereka  supaya  terus
 melipat  gandakan  kegiatan.  Pihak  Muslimin  sudah   membawa
 alat-alat  yang  diperlukan,  terdiri  dari sekop, cangkul dan
 keranjang pengangkut  tanah  dari  tempat  orang-orang  Yahudi
 Quraiza yang masih berada di bawah pihak Islam. Dengan bekerja
 giat terus-menerus penggalian parit itu  selesai  dalam  waktu
 enam hari. Dalam pada itu dinding-dinding rumah yang menghadap
 ke arah  datangnya  musuh,  yang  jaraknya  dengan  parit  itu
 kira-kira dua farsakh, diperkuat pula. Rumah-rumah yang ada di
 belakang  parit  itu   dikosongkan.   Wanita   dan   anak-anak
 ditempatkan  dalam  rumah-rumah  yang  sudah diperkuat, dan di
 samping parit dari arah Medinah ditaruh pula  batu  supaya  di
 waktu perlu dapat dilemparkan sebagai senjata.

 Tatkala  pihak  Quraisy  dan  kelompok-kelompoknya  itu datang
 dengan harapan akan menemui Muhammad di Uhud, ternyata  tempat
 itu  kosong.  Mereka  meneruskan  perjalanan  ke Medinah; tapi
 mereka dikejutkan oleh adanya parit. Di  luar  dugaan  semula,
 mereka  heran sekali melihat jenis pertahanan yang masih asing
 bagi mereka itu. Dibawa  oleh  perasaan  jengkel,  mereka  pun
 menganggap  bahwa berlindung di balik parit semacam itu adalah
 suatu perbuatan pengecut yang belum pernah terjadi di kalangan
 masyarakat  Arab.  Pasukan  Quraisy  dan sekutu-sekutunya lalu
 bermarkas di Mujtama'l'-As-yal di  daerah  Ruma,  dan  pasukan
 Ghatafan  serta  pengikut-pengikutnya  dari Najd, bermarkas di
 Dhanab Naqama. Sedang Muhammad sekarang berangkat dengan  tiga
 ribu  orang  Muslimin,  dengan  membelakanyi  bukit  Sal'  dan
 dijadikannya parit itu sebagai batas dengan  pihak  musuh.  Di
 tempat inilah ia bermarkas dan memasang kemahnya yang berwarna
 merah.
 
 Pihak Quraisy dan kabilah-kabilah Arab lainnya melihat,  bahwa
 tidak  mungkin  mereka  menerobos  parit  itu. Dengan demikian
 selama beberapa hari  mereka  hanya  saling  melemparkan  anak
 panah. Abu Sufyan sendiri dengan pengikutpengikutnya pun yakin
 bahwa akan  sia-sia  saja  mereka  lama-lama  menghadapi  kota
 Yathrib  dengan  paritnya  itu, karena tidak akan dapat mereka
 menerobosnya

 Pada waktu itu sedang  terjadi  musim  dingin  yang  luarbiasa
 disertai   angin   badai   yang   bertiup   kencang,  sehingga
 sewaktu-waktu  dikawatirkan  hujan  lebat  akan  turun.  Kalau
 orang-orang  Mekah  dan orang-orang Ghatafan dengan mudah saja
 dapat berlindung dalam rumah-rumah mereka  di  Mekah  atau  di
 Ghatafan,  maka  kemah-kemah  yang  mereka  pasang sekarang di
 depan kota Yathrib itu  sama-sekali  takkan  dapat  melindungi
 mereka.  Disamping  itu  tadinya  memang mereka mengharap akan
 memperoleh  kemenangan  secara  lebih   mudah,   tidak   perlu
 susah-payah  seperti  pada  waktu di Uhud. Mereka akan kembali
 pulang dengan menyanyikan lagu-lagu kemenangan serta menikmati
 adanya  pembagian  barang-barang  jarahan dan rampasan perang.
 Jadi apalagi kalau begitu yang  masih  menahan  Ghatafan  buat
 kembali  pulang?! Mereka ikut melibatkan diri dalam perang itu
 hanya karena pihak Yahudi  pernah  menjanjikan  mereka  dengan
 buah-buahan  hasil  pertanian  dan perkebunan Khaibar, apabila
 mereka memperoleh kemenangan, Tetapi sekarang  mereka  melihat
 untuk  memperoleh  kemenangan  itu tampaknya tidak mudah, atau
 setidak-tidaknya sudah diluar kenyataan.  Dalam  musim  dingin
 yang   begitu   hebat  rupanya  diperlukan  kerja  keras  yang
 luarbiasa yang akan membuat  mereka  lupa  segala  buah-buahan
 berikut kebun-kebunnya itu!
 
 Sebaliknya  pihak  Quraisy  yang  hendak menuntut balas karena
 peristiwa Badr dan kekalahan-kekalahan lain sesudah Badr, pada
 suatu waktu masih akan dapat mengejar dengan harapan parit itu
 tidak akan  selamanya  berada  dalam  genggaman  Muhammad  dan
 selama  pihak  Banu  Quraiza masih bersedia memberikan bantuan
 kepada penduduk Yathrib, yang  akan  memperpanjang  perlawanan
 mereka  sampai berbulan-bulan. Bukankah lebih baik pihak Ahzab
 itu kembali pulang saja? Ya! Akan tetapi mengumpulkan  kembali
 kelompok-kelompok  itu  nanti  buat  memerangi  Muhammad  lagi
 bukanlah soal yang mudah. Sebenarnya orang-orang  Yahudi  itu,
 terutama  Huyayy b. Akhtab sebagai pemimpin mereka, sekali itu
 telah berhasil mengumpulkan kabilah-kabilah itu untuk membalas
 dendam   golongannya   dan  golongan  Banu  Qainuqa'  terhadap
 Muhammad dan sahabat-sahabatnya. Apabila kesempatan itu  sudah
 hilang,  maka  jangan  diharap  ia  akan kembali, dan bilamana
 Muhammad mendapat kemenangan  dengan  ditariknya  pihak  Ahzab
 itu, maka bahaya besar akan mengancam pihak Yahudi.

 Semua  itu  sudah  diperhitungkan  oleh  Huyayy  b. Akhtab. Ia
 kuatir  akan  akibatnya.  jalan  lain  tidak  ada.  Ia   harus
 mempertaruhkan  nasib  terakhir.  Kepada  pihak  Ahzab  itu ia
 membisikkan, bahwa ia  sudah  dapat  meyakinkan  Banu  Quraiza
 supaya  membatalkan  perjanjian  perdamaiannya dengan Muhammad
 dan pihak Muslimin, dan selanjutnya  akan  menggabungkan  diri
 dengan  mereka, dan bahwa begitu Banu Quraiza melaksanakan hal
 ini, maka dari suatu segi  terputuslah  semua  perbekalan  dan
 bala  bantuan  kepada  Muhammad itu, dan dari, segi lain jalan
 masuk ke Yathrib akan terbuka.  Quraisy  dan  Ghatafan  merasa
 gembira atas keterangan Huyayy itu. Huyayy sendiri cepat-cepat
 berangkat  hendak   menemui   Ka'b   b.   Asad,   orang   yang
 berkepentingan  dengan  adanya  perjanjian  Banu  Quraiza itu.
 Tetapi begitu mengetahui kedatangannya itu Ka'b sudah  menutup
 pintu  bentengnya,  dengan  perhitungan  bahwa pembelotan Banu
 Quraiza terhadap Muhammad dan membatalkan perjanjiannya secara
 sepihak   kemudian   menggabungkan   diri   dengan   musuhnya,
 adakalanya memang akan  menguntungkan  pihak  Yahudi  kalaupun
 pihak Muslimin yang dapat dihancurkan. Tetapi sebaliknya sudah
 seharusnya pula mereka akan habis samasekali bila pihak  Ahzab
 itu  yang  mengalami kekalahan dan kekuatan mereka hilang dari
 Medinah. Sungguhpun begitu Huyayy terus juga berusaha,  hingga
 akhirnya pintu benteng itu dibuka.
 
                                     (bersambung ke bagian 2/3)
 
 ---------------------------------------------
 

0 komentar:

Post a Comment

Just select text on the page and get instant translation from Google Translate!
Google Translate Client