Selamat Datang Di Emye Private Blog
Membaca, mendengar, dan menterjemahkan Al Qur'an
Sedikit Bigraphy Singkat tentang Aku.
Title

Bapakku

Bapakku yang Sangat Tegas Akan Sesuatu yang Dia Anggap Fundamental, Berprinsip Kuat. Sangat Religius. Jawa Banyumasan. Gualakeee Poll, hehehe...

Read More
Title

Ibuku

Ibuku.., Seorang Wanita yang Sangat Kuat, Tegar dan Banyak Akal. Bisa Menjadi Seorang Ibu Sekaligus "seorang ayah" Juga. Smart dalam bertahan hidup, Sabar di Keseharian, Walau Galak Tapi Pemaaf... Saluut Untukmu Mah...!

Read More
Title

Aku Yang...

Inilah Yang Dulu Selalu Mencari Masalah, dan Terkena Masalah dan Hampir Terkubur Karenanya.. Berharap Maaf dariNYA, Kedua Orangtuaku dan Juga Kalian Semua.. Do'akan RidhoNYA Untukku ya.. Terimakasih Untuk Kalian Semua...

Read More
Title

Rumahku Hidupku..No Place Like Home

Di Sinilah Awal Semua Kisahku.., Di Awali Dengan Kasih Sayang dan Pengharapan dan Di Jalani Dengan Kegilaan lalu Berakhir dengan Keterpurukan. No More Fly..No More Sky and No More Cry...

Read More
Title

Seberkas CahayaNYA...

Menunggu dan Berharap Banyak dariNYA... Jawaban dan Ampunan Setelah Doa-doa yang Kutambatkan.. Setiap Detik, Setiap Saat Sebelum Saat Akhir Hidupku Tiba...

Read More
Title

Pikirkan Dulu!

Pikirkan dan Pertimbangkan Semua Pilihan. Karena Kau Harus Memilih, Gunakan Kata Hatimu. Ambil Apa Yang Baik Dari Kisahku Kawan.. Semua Hikmah. Sekarang atau Tidak Sama Sekali..!!!?

Read More

Sejarah Hidup Rasulullah Muhammad SAW

October 18, 2011
BAGIAN KELIMA: DARI MASA KERASULAN SAMPAI ISLAMNYA UMAR  (3/4)
 Muhammad Husain Haekal
 
 Sikap   dan   kata-kata   kemenakannya   itu  oleh  Abu  Talib
 disampaikan  kepada  Banu   Hasyim   dan   Banu   al-Muttalib.
 Pembicaranya  tentang  Muhammad  itu  terpengaruh oleh suasana
 yang dilihat dan dirasakannya ketika  itu.  Dimintanya  supaya
 Muhammad   dilindungi  dari  tindakan  Quraisy.  Mereka  semua
 menerima usul  ini,  kecuali  Abu  Lahab.  Terang-terangan  ia
 menyatakan  permusuhannya.  Ia  menggabungkan  diri pada pihak
 lawan mereka. Permintaan mereka supaya ia dilindungi itu sudah
 tentu   karena   terpengaruh   oleh   fanatisma  golongan  dan
 permusuhan lama antara Banu Hasyim  dan  Banu  Umayya.  Tetapi
 bukan  fanatisma  itu  saya  yang  mendorong  Quraisy bersikap
 demikian. Ajarannya itu  sungguh  berbahaya  bagi  kepercayaan
 yang  biasa  dilakukan oleh leluhur mereka. Kedudukan Muhammad
 di  tengah-tengah  mereka,  pendiriannya  yang   teguh   serta
 ajarannya  pada kebaikan supaya orang hanya menyembah Zat Yang
 Tunggal, yang pada waktu  itu  memang  sudah  meluas  juga  di
 kalangan  kabilah-kabilah Arab, bahwa agama Allah itu bukanlah
 seperti yang ada pada mereka sekarang,  membuat  mereka  dapat
 membenarkan  juga  sikap kemenakan mereka itu, Muhammad, dalam
 menyatakan pendiriannya, seperti yang  pernah  dilakukan  oleh
 Umayya  b.  Abi'sh-Shalt  dan  Waraqa b. Naufal dan yang lain.
 Kalau Muhammad memang benar - dan ini yang tidak dapat  mereka
 pastikan  -  maka kebenaran itu akan tampak juga dan merekapun
 akan merasakan pula kemegahannya. Sebaliknya, kalau tidak atas
 dasar  kebenaran,  maka  orangpun akan meninggalkannya seperti
 yang sudah terjadi sebelum itu. Akhirnya ajaran  demikian  ini
 tidak  akan  meninggalkan bekas dalam mengeluarkan mereka dari
 tradisi yang ada dan dia  sendiripun  akan  diserahkan  kepada
 musuh supaya dibunuh.

 Terhadap   gangguan   Quraisy   ia   dapat  berlindung  kepada
 goIongannya,  seperti  kepada  Khadijah  bila   ia   mengalami
 kesedihan.  Baginya  - dengan imannya yang sungguh-sungguh dan
 cinta-kasihnya yang besar - Khadijah adalah lambang  kejujuran
 yang  dapat menghilangkan segala kesedihan hatinya, yang dapat
 menguatkan kembali setiap ciri kelemahan yang  mungkin  timbul
 karena  siksaan  musuh-musuhnya yang begitu keras menentangnya
 serta    melakukan    penyiksaan    terus-menerus     terhadap
 pengikut-pengikutnya.
 
 Sebelum  itu  sebenarnya  Quraisy memang tidak pernah mengenal
 hidup tenteram. Bahkan setiap kabilah  itu  langsung  menyerbu
 kaum Muslimin yang ada di kalangan mereka: disiksa dan dipaksa
 melepaskan  agamanya;  sehingga  di  antara  mereka  ada  yang
 mencampakkan  budaknya,  Bilal,  ke  atas pasir di bawah terik
 matahari yang membakar, dadanya ditindih dengan batu dan  akan
 dibiarkan  mati. Soalnya karena ia teguh bertahan dalam Islam!
 Dalam kekerasan semacam itu Bilal hanya berkata: "Ahad,  Ahad,
 Hanya  Yang  Tunggal!"  Ia  memikul  semua  siksaan  itu  demi
 agamanya.
 
 Ketika  pada  suatu  hari  oleh  Abu  Bakr  dilihatnya   Bilal
 mengalami  siksaan  begitu rupa, ia dibelinya lalu dibebaskan.
 Tidak sedikit budak-budak yang mengalami kekerasan serupa  itu
 oleh  Abu  Bakr  dibeli  -  diantaranya  budak  perempuan Umar
 bin'l-Khattab, dibelinya dari Umar [sebelum masuk Islam].  Ada
 pula  seorang  wanita yang disiksa sampai mati karena ia tidak
 mau meninggalkan Islam kembali kepada kepercayaan leluhurnya.
 
 Kaum Muslimin di luar budak-budak  itu,  dipukuli  dan  dihina
 dengan berbagai cara. Muhammad juga tidak terkecuali mengalami
 gangguan-gangguan - meskipun sudah dilindungi oleh Banu Hasyim
 dan  Banu al-Muttalib. Umm Jamil, isteri Abu Jahl, melemparkan
 najis  ke  depan  rumahnya.  Tetapi   cukup   Muhammad   hanya
 membuangnya   saja.   Dan   pada  waktu  sembayang,  Abu  Jahl
 melemparinya dengan isi perut kambing  yang  sudah  disembelih
 untuk  sesajen  kepada berhala-berhala. Ditanggungnya gangguan
 demikian itu dan ia pergi kepada  Fatimah,  puterinya,  supaya
 mencucikan  dan  membersihkannya  kembali.  Ditambah  lagi, di
 samping semua itu,  kaum  Muslimin  harus  menerima  kata-kata
 biadab dan keji kemana saja mereka pergi.
 
 Cukup  lama  hal  serupa  itu  berjalan.  Tetapi kaum Muslimin
 tambah teguh terhadap agama mereka. Dengan dada terbuka mereka
 menerima  siksaan  dan  kekerasan  itu  - demi akidah dan iman
 mereka.
 
 Perioda yang telah  dilalui  dalam  hidup  Muhammad  a.s.  ini
 adalah  perioda  yang  paling dahsyat yang pernah dialami oleh
 sejarah umat manusia. Baik Muhammad atau mereka  yang  menjadi
 pengikutnya,   bukanlah   orang-orang   yang   menuntut  harta
 kekayaan, kedudukan atau kekuasaan, melainkan orang-orang yang
 menuntut  kebenaran  serta  keyakinannya  akan  kebenaran itu.
 Muhammad adalah orang yang mengharapkan bimbingan bagi  mereka
 yang   mengalami  penderitaan,  dan  membebaskan  mereka  dari
 belenggu paganisma yang rendah,  yang  menyusup  kedalam  jiwa
 manusia sampai ke lembah kehinaan yang sangat memalukan.
 
 Demi tujuan rohani yang luhur itulah - tidak untuk tujuan yang
 lain  -  ia  mengalami  siksaan.  Penyair-penyair   memakinya,
 orang-orang  Quraisy  berkomplot hendak membunuhnya di Ka'bah.
 Rumahnya dilempari  batu,  keluarga  dan  pengikut-pengikutnya
 diancam.  Tetapi  dengan semua itu malah ia makin tabah, makin
 gigih meneruskan dakwah. Jiwa kaum  mukmin  yang  mengikutinya
 itu  sudah  padat oleh ucapannya: "Demi Allah, kalaupun mereka
 meletakkan matahari di tangan kananku dan meletakkan bulan  di
 tangan  kiriku,  dengan  maksud  supaya aku meninggalkan tugas
 ini, sungguh tidak akan kutinggalkan, biar  nanti  Allah  yang
 akan  membuktikan  kemenangan itu; di tanganku atau aku binasa
 karenanya."
 
 Segala pengorbanan yang besar-besar itu tak ada  artinya  bagi
 mereka,  mautpun  sudah  tak  berarti lagi demi kebenaran, dan
 membimbing Quraisy ke arah itu. Kadang orang heran, iman sudah
 begitu  mempersonakan jiwa penduduk Mekah pada waktu agama ini
 belum lengkap, pada waktu ayat-ayat Qur'an  yang  turun  masih
 sedikit.  Kadang  juga  orang mengira, bahwa pribadi Muhammad,
 sifatnya  yang   lemah-lembut,   keindahan   akhlaknya   serta
 kejujurannya yang sudah cukup dikenal, di samping kemauan yang
 keras dan pendiriannya yang teguh,  adalah  sebab  dari  semua
 itu.  Sudah  tentu  ini  juga ada pengaruhnya. Akan tetapi ada
 sebab-sebab lain  yang  juga  patut  diperhatikan  yang  tidak
 sedikit pula ikut memegang peranan.
 
 Muhammad  tinggal  dalam suatu daerah yang merdeka mirip-mirip
 sebuah republik Dari segi keturunan ia menempati  puncak  yang
 tinggi.  Hartapun  sudah cukup seperti yang dikehendakinya. Ia
 dari Keluarga Hasyim pula,  juru  kunci  Ka'bah  dan  penguasa
 urusan  air. Gelar-gelar keagamaan yang tinggi-tinggi ada pada
 mereka. Jadi dalam keadaan itu ia tidak lagi membutuhkan harta
 kekayaan,  pangkat  atau sesuatu kedudukan politik atau agama.
 Dalam hal ini ia berbeda pula dengan para rasul dan  nabi-nabi
 sebelumnya.  Musa  yang  dilahirkan  di  Mesir  bertemu dengan
 Firaun yang oleh penduduk sudah dituhankan,  dan  Firaun  juga
 yang  berkata:  "Aku  adalah  tuhanmu  yang  tertinggi,"  yang
 dibantu pula oleh pemuka-pemuka agama melakukan tekanan kepada
 orang   dengan   pelbagai   macam   kekejaman,  pemerasan  dan
 pemaksaan. Revolusi yang dilakukan Musa  atas  perintah  Tuhan
 adalah  revolusi  dalam  struktur politik dan agama sekaligus.
 Bukankah keinginannya supaya Firaun dan orang yang menimba air
 dengan  syaduf  dari  sungai  Nil  itu  dihadapan  Tuhan  sama
 sederajat? Jadi dimana ketuhanan Firaun itu  dan  dimana  pula
 ketentuan  yang  berlaku!  Harus  dihancurkan  semua  itu  dan
 revolusi itupun terlebih dulu harus bersifat politik.
 
 Oleh karena itu, dari semula ajaran Musa  itu  sudah  mendapat
 perlawanan  hebat  dari  Firaun. Dengan demikian, supaya orang
 menerima seruannya itu, ia diperkuat oleh mujizat-mujizat.  Ia
 melemparkan  tongkatnya,  dan  tongkat itu menjadi seekor ular
 yang bergerak-gerak,  menelan  semua  hasil  pekerjaan  tukang
 tukang  sihir  Firaun  itu. Itupun tidak memberi hasil apa-apa
 buat Musa. Terpaksa ia meninggalkan Mesir tanah airnya.  Dalam
 hijrahnya itupun diperkuat pula ia dengan sebuah mujizat yaitu
 terbelahnya jalan di tengah-tengah air lautan itu.
 
 Juga Isa, yang dilahirkan di Nazareth di  bilangan  Palestina,
 yang  pada  waktu  itu merupakan wilayah Rumawi yang berada di
 bawah  kekuasaan  kaisar-kaisar  dengan  segala   kekejamannya
 sebagai   pihak   penjajah  dan  kekuasaan  dewa-dewa  Rumawi,
 mengajak orang  supaya  sabar  menghadapi  kekejaman  itu  dan
 bertobat   bagi   yang   menyesal   dan  macam-macam  perasaan
 belaskasih lagi, yang  oleh  pihak  penguasa  justru  dianggap
 pemberontakan   terhadap   kekuasaan  mereka.  Maka  Isa  juga
 diperkuat dengan mujizat-mujizat: menghidupkan orang mati  dan
 menyembuhkan  orang  sakit;  dan  yang lain diperkuat oleh Ruh
 Kudus. Memang benar, bahwa inti ajaran-ajaran mereka itu  pada
 dasarnya  bertemu  dengan  inti  ajaran-ajaran  Muhammad juga,
 lepas dari detail yang bukan  tempatnya  untuk  dijelaskan  di
 sini.  Akan  tetapi  motif  yang  berbagai macam ini, dan yang
 terutama motif politik, adalah yang menjadi tujuannya juga.
 
 Sebaliknya Muhammad, keadaannya seperti yang kita sebutkan  di
 atas,   sifat  ajarannya  adalah  intelektual  dan  spiritual.
 Dasarnya  adalah  mengajak  kepada  kebenaran,  kebaikan   dan
 keindahan.  Suatu ajakan yang berdiri sendiri dari mula sampai
 akhir.  Karena  jauhnya  dari  segala  pertentangan   politik,
 struktur  republik  yang  sudah  ada di Mekah itu tidak pernah
 mengalami sesuatu kekacauan.
 
 Mungkin pembaca akan terkejut bila saya katakan, bahwa  antara
 dakwah   Muhammad   dengan   metoda  ilmiah  modern  mempunyai
 persamaan  yang  besar  sekali.  Metoda   ilmiah   ini   ialah
 mengharuskan  kita  -  apabila  kita  hendak  mengadakan suatu
 penyelidikan - terlebih  dulu  membebaskan  diri  dari  segala
 prasangka, pandangan hidup dan kepercayaan yang sudah ada pada
 diri kita yang berhubungan dengan penyelidikan itu. Di situlah
 kita  memulai  dengan  mengadakan  observasi  dan  eksperimen,
 mengadakan perbandingan yang sistematis, kemudian baru  dengan
 silogisma  yang  sudah didasarkan kepada premisa-premisa tadi.
 Apabila semua itu sudah  dapat  disimpulkan,  maka  kesimpulan
 demikian   itu  dengan  sendirinya  masih  perlu  dibahas  dan
 diselidiki lagi. Tetapi bagaimanapun juga ini sudah  merupakan
 suatu   data   ilmiah   selama   penyelidikan  tersebut  belum
 memperlihatkan kekeliruan. Metoda ilmiah  demikian  ini  ialah
 yang terbaik yang pernah dicapai umat manusia demi kemerdekaan
 berpikir. Metoda dan dasar-dasar dakwah demikian  inilah  pula
 yang menjadi pegangan Muhammad.
 
 Bagaimana  pula  mereka  yang menjadi pengikutnya itu puas dan
 beriman sungguh-sungguh  akan  ajarannya?  Segala  kepercayaan
 lama  terkikis  habis  dari  jiwa  mereka, dan sekarang mereka
 mulai memikirkan masa depan mereka.
 
 Waktu   itu   setiap   kabilah    Arab    mempunyai    berhala
 sendiri-sendiri.  Mana  pula  gerangan  berhala yang benar dan
 mana yang  sesat?  Di  negeri-negeri  Arab  dan  negeri-negeri
 sekitarnya  ketika  itu  memang  sudah  ada  penganut-penganut
 Sabian dan Majusi  penyembah  api,  juga  ada  yang  menyembah
 matahari.  Mana  diantara  mereka itu yang benar dan mana pula
 yang sesat?
 
 Baiklah  kita  kesampingkan  dulu  semua  ini,  kita  hapuskan
 jejaknya  dari  jiwa  kita.  Kita bebaskan dulu diri kita dari
 segala konsepsi dan kepercayaan lama. Baiklah kita  renungkan.
 Merenungkan  dan meninjau pada dasarnya sama. Yang pasti ialah
 bahwa seluruh alam ini  satu  sama  lain  saling  berhubungan.
 Manusia,   puak-puak  dan  bangsa-bangsa  saling  berhubungan.
 Manusia berhubungan juga dengan hewan dan dengan  benda,  bumi
 kita  berhubungan dengan matahari, dengan bulan dan tata-surya
 lainnya.   Dan   semua   itupun   berhubungan   pula    dengan
 undang-undang  yang sudah tali-temali, tak dapat ditukar-tukar
 atau diubah-ubah lagi. Matahari tidak seharusnya akan mengejar
 bulan,  malampun  takkan  dapat mendahului siang. Andaikata di
 antara isi alam ini ada yang berubah  atau  berganti,  niscaya
 akan   berganti  pulalah  segala  yang  ada  dalam  alam  ini.
 Andaikata matahari tidak lagi  menyinari  dan  memanasi  bumi,
 menurut  undang-undang  yang sudah berjalan sejak jutaan tahun
 yang lalu, niscaya bumi dan  langit  ini  sudah  akan  berubah
 pula.  Dan  oleh  karena yang demikian ini tidak terjadi, maka
 atas semua itu sudah tentu ada  zat  yang  menguasainya.  Dari
 situ  ia  tumbuh, dengan itu ia berkembang dan ke situ pula ia
 kembali. Hanya kepada Zat ini sajalah semata manusia menyerah.
 Demikian  juga, segala yang ada dalam alam ini menyerah semata
 kepada Zat ini, persis seperti manusia.  Baik  manusia,  alam,
 ruang  dan  waktu  adalah suatu kesatuan. Maka Zat itulah inti
 dan sumbernya. Jadi,  hanya  kepada  Zat  itu  sajalah  semata
 ibadat  dilakukan.  Hanya  kepada  Zat itu sajalah jantung dan
 jiwa manusia dihadapkan. Ke dalam alam  itu  juga  kita  harus
 melihat  dan  merenungkan  undang-undang alam yang kekal abadi
 itu. Jadi segala yang disembah  manusia  selain  Allah  berupa
 berhala-berhala,  raja-raja,  firaun-firaun, api dan matahari,
 hanyalah suatu ilusi batil saja, tidak sesuai dengan  martabat
 dan  kehormatan  manusia,  tidak  sesuai  dengan  akal pikiran
 manusia serta dengan kemampuan yang ada  dalam  dirinya;  yang
 dapat  membuat  kesimpulan  atas  undang-undang Tuhan terhadap
 ciptaanNya itu, dengan jalan merenungkannya.
 
 Inilah rasanya esensi ajaran Muhammad seperti  yang  diketahui
 kaum  Muslimin  yang  mula-mula  itu.  Ajaran yang disampaikan
 wahyu kepada mereka melalui Muhammad itu  adalah  puncak  dari
 bahasa  sastra  yang  telah  menjadi  mujizat  dan  akan terus
 berlaku demikian. Terpadunya kebenaran dan cara  melukiskannya
 dengan  keindahan  yang  luarbiasa  itu kini tampak di hadapan
 mereka. Di sini jiwa dan kalbu mereka meningkat lebih  tinggi,
 berhubungan  dengan  Zat Yang Maha Mulia. Lalu datang Muhammad
 menuntun mereka bahwa kebaikan itulah jalan yang  akan  sampai
 ke  tujuan.  Mereka  akan  mendapat  balasan atas kebaikan itu
 bilamana mereka sudah menunaikan kewajiban dalam hidup  dengan
 tekun.  Setiap  orang  akan  mendapat  balasan  sesuai  dengan
 perbuatannya.
 
 "Barangsiapa berbuat kebaikan seberat atompun akan dilihatnya;
 dan   barangsiapa   berbuat  kejahatan  seberat  atompun  akan
 dilihatnya pula." (Qur'an 99: 7-8)
 
 Dalam menjunjung pikiran manusia ke tempat yang  lebih  tinggi
 kiranya tak ada yang lebih tinggi dari ini! Juga menghancurkan
 belenggu yang  senantiasa  mengikatnya  itu!  Terserah  kepada
 manusia.  Ia  mau memahami ini, mau beriman dan mengerjakannya
 untuk mencapai puncak ketinggian martabat  manusia  itu!  Demi
 mencapai  tujuan,  segala pengorbanan terasa ringan bagi orang
 yang sudah beriman itu.
 
 Karena posisi Muhammad dan  pengikut-pengikutnya  yang  begitu
 agung,   Banu   Hasyim   dan  Banu  al-Muttalib  tambah  ketat
 menjaganya dari setiap gangguan.  Pada  suatu  hari  Abu  Jahl
 bertemu  dengan Muhammad, ia mengganggunya, memaki-makinya dan
 mengeluarkan kata-kata yang tidak  pantas  dialamatkan  kepada
 agama  ini. Tetapi Muhammad tidak melayaninya. Ditinggalkannya
 ia  tanpa  diajak  bicara.  Hamzah,  pamannya  dan  saudaranya
 sesusu,  yang masih berpegang pada kepercayaan Quraisy, adalah
 seorang  laki-laki  yang  kuat  dan  ditakuti.  Ia   mempunyai
 kegemaran  berburu. Bila ia kembali dan berburu, terlebih dulu
 mengelilingi Ka'bah sebelum langsung pulang ke rumahnya.
 
 Hari  itulah,  bilamana  ia  datang   dan   mengetahui   bahwa
 kemenakannya  itu mendapat gangguan Abu Jahl, ia meluap marah.
 Ia pergi ke Ka'bah, tidak lagi ia memberi  salam  kepada  yang
 hadir  di  tempat  itu seperti biasanya, melainkan terus masuk
 kedalam  mesjid  menemui  Abu   Jahl.   Setelah   dijumpainya,
 diangkatnya   busurnya   lalu   dipukulkannya  keras-keras  di
 kepalanya. Beberapa orang dan Banu Makhzum mencoba mau membela
 Abu  Jahl.  Tapi tidak jadi. Kuatir mereka akan timbul bencana
 dan membahayakan  sekali,  dengan  mengakui  bahwa  ia  memang
 mencaci maki Muhammad dengan tidak semena-mena.
 
 Sesudah  itulah  kemudian  Hamzah  menyatakan  masuk Islam. Ia
 berjanji kepada Muhammad akan membelanya dan akan berkurban di
 jalan Allah sampai akhir hayatnya.
 
 Pihak   Quraisy   merasa   sesak  dada  melihat  Muhammad  dan
 kawan-kawannya makin hari makin kuat. Di samping itu, gangguan
 dan  siksaan  yang  dialamatkan  kepada  mereka,  tidak  dapat
 mengurangi iman mereka dan menyatakannya  terus-terang,  tidak
 dapat  menghalangi  mereka melakukan kewajiban agama. Terpikir
 oleh Quraisy akan membebaskan diri dari Muhammad, dengan  cara
 seperti yang mereka bayangkan, memberikan segala keinginannya.
 Mereka rupanya lupa bahwa keagungan  dakwah  Islam,  kemurnian
 esensi  ajaran  rohaninya  yang  begitu tinggi, berada di atas
 segala pertentangan ambisi politik. 'Utba b.  Rabi'a,  seorang
 bangsawan  Arab  terkemuka,  mencoba  membujuk  Quraisy ketika
 mereka dalam tempat pertemuan dengan mengatakan bahwa ia  akan
 bicara  dengan  Muhammad dan akan menawarkan kepadanya hal-hal
 yang barangkali mau menerimanya.  Mereka  mau  memberikan  apa
 saja kehendaknya, asal ia dapat dibungkam.
 
 Ketika itulah 'Utba bicara dengan Muhammad.
 
 "Anakku,"  katanya, "seperti kau ketahui, dari segi keturunan,
 engkau mempunyai tempat di kalangan kami. Engkau telah membawa
 soal   besar  ketengah-tengah  masyarakatmu,  sehingga  mereka
 cerai-berai  karenanya.  Sekarang,  dengarkanlah,  kami   akan
 menawarkan   beberapa   masalah,  kalau-kalau  sebagian  dapat
 kauterima Kalau dalam hal ini yang kauinginkan  adalah  harta,
 kamipun  siap  mengumpulkan  harta kami, sehingga hartamu akan
 menjadi yang terbanyak di antara kami. Kalau  kau  menghendaki
 pangkat,  kami  angkat  engkau  diatas kami semua; kami takkan
 memutuskan  suatu  perkara  tanpa  ada  persetujuanmu.   Kalau
 kedudukan  raja  yang  kauinginkan,  kami nobatkan kau sebagai
 raja kami. Jika engkau dihinggapi  penyakit  saraf4  yang  tak
 dapat  kautolak  sendiri,  akan  kami  usahakan  pengobatannya
 dengan harta-benda kami sampai kau sembuh."
 
 Selesai ia bicara, Muhammad membacakan Surah as-Sajda (41 = Ha
 Mim). 'Utba diam mendengarkan kata-kata yang begitu indah itu.
 Dilihatnya sekarang yang berdiri di  hadapannya  itu  bukanlah
 seorang  laki-laki  yang  didorong  oleh  ambisi  harta, ingin
 kedudukan  atau  kerajaan,  juga  bukan  orang   yang   sakit,
 melainkan orang yang mau menunjukkan kebenaran, mengajak orang
 kepada kebaikan. Ia mempertahankan sesuatu  dengan  cara  yang
 baik, dengan kata-kata penuh mujizat.
 
 Selesai  Muhammad  membacakan  itu  'Utba pergi kembali kepada
 Quraisy.  Apa  yang  dilihat  dan   didengarnya   itu   sangat
 mempesonakan dirinya. Ia terpesona karena kebesaran orang itu.
 Penjelasannya sangat menarik sekali.
 
 Persoalannya 'Utba ini tidak menyenangkan pihak Quraisy,  juga
 pendapatnya    supaya    Muhammad    dibiarkan   saja,   tidak
 menggembirakan mereka,  sebaliknya  kalau  mengikutinya,  maka
 kebanggaannya buat mereka.
 
 Maka    kembali   lagilah   mereka   memusuhi   Muhammad   dan
 sahabat-sahabatnya dengan menimpakan  bermacam-macam  bencana,
 yang  selama  ini  dalam  kedudukannya  itu  ia  berada  dalam
 perlindungan golongannya dan dalam penjagaan Abu  Talib,  Banu
 Hasyim dan Banu al-Muttalib.

 Gangguan    terhadap   kaum   Muslimin   makin   menjadi-jadi,
 sampai-sampai ada yang dibunuh, disiksa dan semacamnya.  Waktu
 itu   Muhammad  menyarankan  supaya  mereka  terpencar-pencar.
 Ketika mereka bertanya kepadanya  kemana  mereka  akan  pergi,
 mereka  diberi nasehat supaya pergi ke Abisinia yang rakyatnya
 menganut agama Kristen. "Tempat itu  diperintah  seorang  raja
 dan tak ada orang yang dianiaya disitu. Itu bumi jujur; sampai
 nanti Allah membukakan jalan buat kita semua."
 
 Sebagian kaum Muslimin ketika itu lalu berangkat  ke  Abisinia
 guna  menghindari  fitnah  dan  tetap  berlindung kepada Tuhan
 dengan mempertahankan agama. Mereka berangkat dengan melakukan
 dua  kali hijrah. Yang pertama terdiri dari sebelas orang pria
 dan empat wanita. Dengan sembunyi-sembunyi mereka keluar  dari
 Mekah  mencari  perlindungan.  Kemudian mereka mendapat tempat
 yang baik di bawah Najasyi.5
 
 Bilamana kemudian tersiar berita bahwa kaum Muslimin di  Mekah
 sudah  selamat  dari  gangguan Quraisy, merekapun lalu kembali
 pulang, seperti yang akan diceritakan  nanti.  Tetapi  setelah
 ternyata kemudian mereka mengalami kekerasan lagi dari Quraisy
 melebihi yang sudah-sudah, kembali lagi  mereka  ke  Abisinia.
 Sekali  ini  terdiri  dari  delapanpuluh orang pria tanpa kaum
 isteri  dan  anak-anak.  Mereka  tinggal  di  Abisinia  sampai
 sesudah hijrah Nabi ke Yathrib.
 
 Hijrah ke Abisinia ini adalah hijrah pertama dalam Islam.6
 
 Sudah pada tempatnya bagi setiap penulis sejarah Muhammad akan
 bertanya: Adakah tujuan hijrah yang  dilakukan  kaum  Muslimin
 atas  saran dan anjurannya itu karena akan melarikan diri dari
 orang-orang kafir Mekah beserta gangguan yang mereka  lakukan,
 ataukah  karena  suatu tujuan politik Islam, yang di balik itu
 dimaksudkan oleh Muhammad  dengan  tujuan  yang  lebih  luhur?
 Sudah pada tempatnya pula apabila penulis sejarah Muhammad itu
 akan bertanya tentang hal ini, setelah terbukti  dari  sejarah
 Nabi berbangsa Arab ini dalam seluruh fase kehidupannya, bahwa
 dia seorang politikus yang berpandangan jauh, seorang  pembawa
 risalah  dan  moral  jiwa  yang begitu luhur, sublim dan agung
 yang tak ada taranya. Dan yang menjadi alasan  dalam  hal  ini
 ialah  apa yang disebutkan dalam sejarah, bahwa penduduk Mekah
 tidak suka hati ada kaum  Muslimin  yang  pergi  ke  Abisinia.
 Bahkan  mereka  kemudian  mengutus  dua orang menemui Najasyi.
 Mereka membawa hadiah-hadiah  berharga  guna  meyakinkan  raja
 supaya  dapat  mengembalikan  kaum  Muslimin  itu ke tanah air
 mereka. Pada  waktu  itu  penduduk  Abisinia  dan  penguasanya
 adalah   orang-orang  Nasrani.  Dari  segi  agama  orang-orang
 Quraisy tidak kuatir bahwa mereka akan ikut Muhammad.
 
 Disebabkan oleh rasa  kegelisahan  terhadap  peristiwa  itukah
 maka  mereka lalu mengutus orang, meminta supaya kaum Muslimin
 itu  dikembalikan?  Mereka  menganggap,   bahwa   perlindungan
 Najasyi  terhadap  mereka  setelah mendengar keterangan mereka
 itu akan membawa pengaruh juga kepada  penduduk  jazirah  Arab
 sehingga  mereka  akan  mau  menerima  agama  Muhammad dan mau
 menjadi  pengikutnya.  Ataukah  mereka  kuatir,   kalau   kaum
 Muslimin  menetap  di  Abisinia,  mereka  akan bertambah kuat,
 sehingga bila kelak mereka pulang kembali  membantu  Muhammad,
 mereka kembali dengan kekuatan, harta dan tenaga?
 
                                     (bersambung ke bagian 4/4)
 

0 komentar:

Post a Comment

Just select text on the page and get instant translation from Google Translate!
Google Translate Client