Selamat Datang Di Emye Private Blog
Membaca, mendengar, dan menterjemahkan Al Qur'an
Sedikit Bigraphy Singkat tentang Aku.
Title

Bapakku

Bapakku yang Sangat Tegas Akan Sesuatu yang Dia Anggap Fundamental, Berprinsip Kuat. Sangat Religius. Jawa Banyumasan. Gualakeee Poll, hehehe...

Read More
Title

Ibuku

Ibuku.., Seorang Wanita yang Sangat Kuat, Tegar dan Banyak Akal. Bisa Menjadi Seorang Ibu Sekaligus "seorang ayah" Juga. Smart dalam bertahan hidup, Sabar di Keseharian, Walau Galak Tapi Pemaaf... Saluut Untukmu Mah...!

Read More
Title

Aku Yang...

Inilah Yang Dulu Selalu Mencari Masalah, dan Terkena Masalah dan Hampir Terkubur Karenanya.. Berharap Maaf dariNYA, Kedua Orangtuaku dan Juga Kalian Semua.. Do'akan RidhoNYA Untukku ya.. Terimakasih Untuk Kalian Semua...

Read More
Title

Rumahku Hidupku..No Place Like Home

Di Sinilah Awal Semua Kisahku.., Di Awali Dengan Kasih Sayang dan Pengharapan dan Di Jalani Dengan Kegilaan lalu Berakhir dengan Keterpurukan. No More Fly..No More Sky and No More Cry...

Read More
Title

Seberkas CahayaNYA...

Menunggu dan Berharap Banyak dariNYA... Jawaban dan Ampunan Setelah Doa-doa yang Kutambatkan.. Setiap Detik, Setiap Saat Sebelum Saat Akhir Hidupku Tiba...

Read More
Title

Pikirkan Dulu!

Pikirkan dan Pertimbangkan Semua Pilihan. Karena Kau Harus Memilih, Gunakan Kata Hatimu. Ambil Apa Yang Baik Dari Kisahku Kawan.. Semua Hikmah. Sekarang atau Tidak Sama Sekali..!!!?

Read More

Sejarah Hidup Rasulullah Muhammad SAW

October 18, 2011
BAGIAN KELIMA: DARI MASA KERASULAN SAMPAI ISLAMNYA UMAR  (4/4)
 Muhammad Husain Haekal
 
 Kedua  orang utusan itu ialah 'Amr bin'l-'Ash dan Abdullah bin
 Abi Rabi'a. Kepada Najasyi dan  kepada  para  pembesar  istana
 mereka  mempersembahkan  hadiah-hadiah  dengan  maksud  supaya
 mereka sudi mengembalikan orang-orang yang hijrah  dari  Mekah
 itu kepada mereka.
 
 "Paduka  Raja,"  kata  mereka, "mereka datang ke negeri paduka
 ini adalah budak-budak kami  yang  tidak  punya  malu.  Mereka
 meninggalkan  agama  bangsanya  dan  tidak pula menganut agama
 paduka; mereka membawa agama  yang  mereka  ciptakan  sendiri,
 yang  tidak  kami  kenal  dan  tidak  juga paduka. Kami diutus
 kepada paduka oleh pemimpin-pemimpin masyarakat  mereka,  oleh
 orang-orang  tua,  paman  mereka  dan keluarga mereka sendiri,
 supaya  paduka  sudi  mengembalikan  orang-orang  itu   kepada
 mereka.   Mereka   lebih  mengetahui  betapa  orang-orang  itu
 mencemarkan dan memaki-maki."
 
 Sebenarnya  kedua  utusan  itu  telah  mengadakan  persetujuan
 dengan   pembesar-pembesar  istana  kerajaan,  setelah  mereka
 menerima hadiah-hadiah dari penduduk Mekah, bahwa mereka  akan
 membantu  usaha  mengembalikan  kaum Muslimin itu kepada pihak
 Quraisy. Pembicaraan mereka ini tidak sampai  diketahui  raja.
 Tetapi  baginda  menolak  sebelum mendengar sendiri keterangan
 dari  pihak  Muslimin.  Lalu  dimintanya  mereka  itu   datang
 menghadap
 
 "Agama  apa  ini  yang  sampai  membuat tuan-tuan meninggalkan
 masyarakat tuan-tuan  sendiri,  tetapi  tidak  juga  tuan-tuan
 menganut  agamaku,  atau  agama  lain?"  tanya Najasyi setelah
 mereka datang.
 
 Yang diajak bicara ketika itu ialah Ja'far b. Abi b. Talib.
 
 "Paduka Raja,"  katanya,  "ketika  itu  kami  masyarakat  yang
 bodoh,  kami  menyembah berhala, bangkaipun kami makan, segala
 kejahatan kami lakukan, memutuskan  hubungan  dengan  kerabat,
 dengan  ketanggapun  kami  tidak baik; yang kuat menindas yang
 lemah. Demikian keadaan kami, sampai  Tuhan  mengutus  seorang
 rasul  dari  kalangan kami yang sudah kami kenal asal-usulnya,
 dia jujur, dapat dipercaya dan bersih pula. Ia  mengajak  kami
 menyembah  hanya  kepada Allah Yang Maha Esa, dan meninggalkan
 batu-batu  dan  patung-patung  yang  selama   itu   kami   dan
 nenek-moyang  kami  menyembahnya.  Ia  menganjurkan kami untuk
 tidak berdusta untuk berlaku jujur serta  mengadakan  hubungan
 keluarga  dan  tetangga yang baik, serta menyudahi pertumpahan
 darah  dan  perbuatan  terlarang  lainnya.  Ia  melarang  kami
 melakukan  segala  kejahatan  dan menggunakan kata-kata dusta,
 memakan harta anak piatu atau mencemarkan  wanita-wanita  yang
 bersih.    Ia   minta   kami   menyembah   Allah   dan   tidak
 mempersekutukanNya.  Selanjutnya  disuruhnya  kami   melakukan
 salat,  zakat  dan  puasa. [Lalu disebutnya beberapa ketentuan
 Islam].  Kami  pun  membenarkannya.  Kami  turut  segala  yang
 diperintahkan  Allah.  Lalu  yang kami sembah hanya Allah Yang
 Tunggal, tidak mempersekutukan-Nya dengan apa  dan  siapa  pun
 juga.  Segala  yang  diharamkan kami jauhi dan yang dihalalkan
 kami lakukan. Karena itulah, masyarakat  kami  memusuhi  kami,
 menyiksa  kami  dan  menghasut  supaya kami meninggalkan agama
 kami dan kembali menyembah berhala;  supaya  kami  membenarkan
 segala  keburukan  yang  pernah kami lakukan dulu. Oleh karena
 mereka memaksa  kami,  menganiaya  dan  menekan  kami,  mereka
 menghalang-halangi  kami  dari agama kami, maka kamipun keluar
 pergi ke negeri tuan ini. Tuan jugalah  yang  menjadi  pilihan
 kami.  Senang sekali kami berada di dekat tuan, dengan harapan
 di sini takkan ada penganiayaan."
 
 "Adakah ajaran Tuhan yang dibawanya itu yang  dapat  tuan-tuan
 bacakan kepada kami?" tanya Raja itu lagi.
 
 "Ya,"  jawab  Ja'far;  lalu  ia  membacakan  Surah Mariam dari
 pertama sampai pada firman Allah:
 
 "Lalu ia memberi  isyarat  menunjuk  kepadanya.  Kata  mereka:
 Bagaimana  kami akan bicara dengan anak yang masih muda belia?
 Dia (Isa) berkata: 'Aku  adalah  hamba  Allah,  diberiNya  aku
 Kitab  dan  dijadikanNya  aku  seorang  nabi. DijadikanNya aku
 pembawa berkah  dimana  saja  aku  berada,  dan  dipesankanNya
 kepadaku  melakukan  sembahyang  dan zakat selama hidupku. Dan
 berbaktilah aku kepada ibuku,  bukan  dijadikanNya  aku  orang
 congkak  yang  celaka.  Bahagialah aku tatkala aku dilahirkan,
 tatkala aku mati dan tatkala aku hidup kembali!'" (Qur'an  19:
 29-33)
 
 Setelah  mendengar  bahwa  keterangan itu membenarkan apa yang
 tersebut  dalam  Injil,  pemuka-pemuka  istana  itu  terkejut:
 "Kata-kata yang keluar dari sumber yang mengeluarkan kata-kata
 Yesus Kristus'" kata mereka.
 
 Najasyi lalu berkata: "Kata-kata  ini  dan  yang  dibawa  oleh
 Musa,  keluar  dari sumber cahaya yang sama. Tuan-tuan (kepada
 kedua orang utusan Quraisy) pergilah. Kami takkan  menyerahkan
 mereka kepada tuan-tuan!"
 
 Keesokan harinya 'Amr bin'l-'Ash kembali menghadap Raja dengan
 mengatakan, bahwa  kaum  Muslimin  mengeluarkan  tuduhan  yang
 luarbiasa  terhadap  Isa  anak  Mariam.  Panggillah mereka dan
 tanyakan apa yang mereka katakan itu.
 
 Setelah mereka datang, Ja'far berkata:  Tentang  dia  pendapat
 kami seperti yang dikafakan Nabi kami: 'Dia adalah hamba Allah
 dan UtusanNya, RuhNya dan FirmanNya  yang  disampaikan  kepada
 Perawan Mariam."
 
 Najasyi lalu mengambil sebatang tongkat dan menggoreskannya di
 tanah. Dan dengan gembira sekali baginda berkata:
 
 "Antara agama tuan-tuan dan agama kami sebenarnya tidak  lebih
 dari garis ini."
 
 Setelah  dari  kedua  belah pihak itu didengarnya, ternyatalah
 oleh Najasyi, bahwa kaum Muslimin itu mengakui  Isa,  mengenal
 adanya Kristen dan menyembah Allah.
 
 Selama di Abisinia itu kaum Muslimin merasa aman dan tenteram.
 Ketika kemudian disampaikan kepada  mereka,  bahwa  permusuhan
 pihak  Quraisy  sudah  berangsur  reda, mereka lalu kembali ke
 Mekah untuk pertama kalinya - dan Muhammadpun masih di Mekah.
 
 Akan tetapi, setelah kemudian ternyata, bahwa  penduduk  Mekah
 masih  juga  mengganggunya  dan mengganggu sahabat-sahabatnya,
 merekapun  kembali  lagi  ke  Abisinia.  Mereka  terdiri  dari
 delapanpuluh  orang  tanpa  wanita dan anak-anak. Adakah kedua
 kali hijrah mereka itu hanya semata-mata melarikan  diri  dari
 gangguan ataukah meskipun dalam perencanaan Muhammad sendiri -
 mereka mempunyai tujuan politik? Sebaiknya ahli  sejarah  akan
 dapat mengungkapkan hal ini.
 
 Sudah  pada tempatnya bagi penulis sejarah hidup Muhammad akan
 bertanya:   bagaimana   Muhammad   dapat   tenang   membiarkan
 sahabat-sahabatnya  pergi  ke Abisinia, padahal agama penduduk
 itu adalah agama Nasrani, agama ahli kitab,  Nabi  mereka  Isa
 yang  diakui  kerasulannya  oleh  Islam?  Lalu ia tidak kuatir
 mereka  akan  tergoda  seperti  yang  dilakukan  oleh  Quraisy
 walaupun  dengan  cara  lain?  Bagaimana  pula  ia akan merasa
 tenang terhadap godaan itu, mengingat Abisinia  adalah  negeri
 makmur;   yang  tidak  sama  dengan  Mekah;  dan  lebih  dapat
 mempengaruhi daripada  Quraisy?  Kenyataannya,  dari  kalangan
 Muslimin  yang  pergi  ke  Abisinia itu sudah ada seorang yang
 masuk Kristen. Kenyataan  ini  menunjukkan,  bahwa  kekuatiran
 akan  adanya  godaan  ini  seharusnya selalu ada pada Muhammad
 mengingat keadaannya yang masih lemah dan mereka yang  menjadi
 pengikutnya  masih  menyangsikan  kemampuannya melindungi diri
 mereka sendiri atau akan dapat mengalahkan musuh mereka. Besar
 sekali  dugaan bahwa hal demikian memang sudah terlintas dalam
 pikiran Muhammad, melihat tingkat  kecerdasannya  yang  begitu
 tinggi  dengan  ketajaman  pikiran dan pandangannya yang jauh,
 yang  semuanya  itu  seimbang  dengan  jiwa  besarnya,  dengan
 kemurnian rohaninya, budi pekerti yang luhur serta perasaannya
 yang halus sekali itu.
 
 Tetapi sungguhpun begitu, dari segi ini ia  yakin  dan  tenang
 sekali. Pada waktu itu - dan sampai pada waktu pembawa risalah
 itu  wafat  -  inti  ajaran   Islam   masih   bersih   sekali,
 kemurniannya masih belum ternodakan. Seperti ajaran Nasrani di
 Najran, Hira dan Syam, begitu juga paham Nasrani  di  Abisinia
 sudah  dijangkiti  oleh  noda, perselisihan antara mereka yang
 menuhankan Ibu  Mariam  dengan  mereka  yang  menuhankan  Isa.
 Disamping  ada  lagi yang berlainan dengan kedua golongan itu,
 mereka yang masih mengambil dari  sumber  ajaran  yang  murni,
 yang tidak perlu dikuatirkan.
 
 Sebenarnya,   kebanyakan   agama-agama  itu  sesudah  beberapa
 generasi  saja  berjalan,  sudah   dijangkiti   oleh   semacam
 paganisma,  meskipun bukan dari jenis rendahan, yang waktu itu
 berkembang  di   negeri-negeri   Arab;   tetapi   bagaimanapun
 paganisma juga.
 
 Kedatangan  Islam  merupakan  musuh berat buat paganisma dalam
 segala bentuk dan coraknya. Ditambah lagi, bahwa agama Nasrani
 waktu  itu sudah mengakui adanya suatu golongan klas khusus di
 kalangan pemuka-pemuka agama  -  yang  oleh  Islam  samasekali
 tidak  dikenal  -  yang  pada  waktu  itu  merupakan  golongan
 tertinggi dan paling suci. Juga pada waktu itu - dan dasar ini
 tetap  berlaku  -  Islam  merupakan agama yang menjunjung jiwa
 manusia ke puncak tertinggi. Tak ada peluang yang  akan  dapat
 menghubungkan manusia dengan Tuhannya selain daripada baktinya
 dan perbuatan yang baik, dan orang harus  mencintai  sesamanya
 seperti  mencintai  dirinya.  Tidak ada berhala-berhala, tidak
 ada pendeta-pendeta,  tidak  ada  dukun-dukun  dan  tidak  ada
 apapun yang akan merintangi jiwa manusia itu untuk berhubungan
 dengan seluruh wujud ini dengan perbuatan  dan  kelakuan  yang
 baik.  Allah  juga  yang  akan  membalas  segala perbuatan itu
 dengan berlipat ganda.
 
 Dan ruh! Soal ruh adalah urusan Tuhan.  Ruh  yang  berhubungan
 dengan  kekekalan  dan  keabadian zaman. Segala perbuatan baik
 bagi ruh ini tak ada tabir yang akan menutupinya  dari  Tuhan,
 dan  tak  ada  kekuasaan apapun selain Allah. Orang-orang yang
 kaya, yang kuat atau yang jahat dapat saja menyiksa jasad ini,
 dapat saja memisahkannya dari segala kesenangan dan hawa nafsu
 dan dapat saja menghancurkan semua itu, tetapi ruh  atau  jiwa
 itu  takkan  dapat  mereka kuasai selama yang bersangkutan mau
 menempatkannya lebih tinggi di atas  segala  kekuasaan  materi
 dan waktu, dan tetap berhubungan dengan seluruh alam ini.
 
 Manusia  itu  akan  mendapat  balasan atas segala perbuatannya
 bilamana kelak setiap jiwa menerima balasan menurut  apa  yang
 telah  dikerjakannya.  Ketika  itu  seorang  ayah takkan dapat
 menolong anaknya, dan seorang anak takkan pula dapat  menolong
 ayahnya  sedikitpun.  Ketika  itu  harta  si  kaya.  sudah tak
 berguna lagi, tidak juga  si  kuat  dengan  kekuatannya,  atau
 ahli-ahli  teologi  itu  dengan ilmu ketuhanannya. Tetapi yang
 penting hanyalah perbuatan mereka,  yang  nanti  akan  menjadi
 saksi.  Ketika  itulah  seluruh alam wujud berpadu semua dalam
 kekekalan dan keabadiannya.  Tuhan  tidak  akan  memperlakukan
 tidak  adil  terhadap  siapapun. "Dan balasan yang kamu terima
 hanya menurut apa yang kamu perbuat."
 
 Bagaimana Muhammad  akan  merasa  kuatir  akan  adanya  godaan
 terhadap  mereka  yang  sudah  diajarkan semua arti ini, sudah
 ditanamkan ke dalam jiwa mereka dan sudah pula akidah dan iman
 itu  terpateri dalam lubuk hati mereka! Bagaimana pula ia akan
 merasa  kuatir  akan  adanya  godaan,  sedang   teladan   yang
 diberikannya  itu  hidup  dihadapan  mereka, dengan pribadinya
 yang begitu  dicintai,  sehingga  kecintaan  mereka  kepadanya
 melebihi cintanya kepada diri sendiri kepada anak keluarganya!
 Pribadi, yang telah menempatkan akidah itu diatas  semua  raja
 di  muka  bumi  ini,  di  langit,  dengan  matahari dan bulan,
 tatkala ia mengatakan kepada pamannya: "Demi  Allah,  kalaupun
 mereka  meletakkan  matahari  di tangan kananku dan meletakkan
 bulan di tangan kiriku, dengan maksud supaya aku  meninggalkan
 tugas  ini,  sungguh tidak akan kutinggalkan, biar nanti Allah
 yang akan membuktikan kemenangan itu  di  tanganku,  atau  aku
 binasa karenanya."
 
 Pribadi  inilah,  pribadi  yang  telah  disinari  cahaya  iman
 kebijaksanaan  dan   keadilan,   kebaikan,   kebenaran   serta
 keindahan;  di  samping  itu  adalah  pribadi  yang penuh rasa
 rendah hati, rasa kesetiaan serta keakraban dan kasih-sayang.
 
 Karena  itulah,  sedikitpun  tidak  goyah  hatinya  melepaskan
 sahabat-sahabatnya   berangkat  hijrah  ke  Abisinia.  Keadaan
 mereka yang sudah merasa aman di dekat Najasyi, merasa  tenang
 dengan  agama  mereka  di  tengah-tengah masyarakat yang tidak
 punya hubungan famili atau pertalian batin itu, membuat  pihak
 Quraisy  lebih  menyadari, bahwa gangguan mereka terhadap kaum
 Muslimin  -  sebagai  masyarakat  dari  sesama  mereka,   dari
 keluarga   mereka   dan   seketurunan   pula  -  adalah  suatu
 penganiayaan, suatu perbuatan kekerasan dan demoralisasi  yang
 tak  berkesudahan.  Itu  semua  adalah  suatu  tekanan  dengan
 pelbagai macam siksaan kepada mereka yang  sudah  begitu  kuat
 jiwanya  untuk  menerima  siksaan  demikian itu. Tetapi mereka
 sekarang sudah tidak lagi mendapat  sesuatu  gangguan.  Mereka
 sudah    menganggap,   bahwa   ketabahan   menghadapi   segala
 penderitaan itu adalah  suatu  pendekatan  kepada  Tuhan,  dan
 suatu ampunan.

 Waktu   itu  'Umar  ibn'l-Khattab  adalah  pemuda  yang  gagah
 perkasa, berusia antara tigapuluh dan  tigapuluh  lima  tahun.
 Tubuhnya  kuat  dan  tegap,  penuh emosi dan cepat naik darah.
 Kesenangannya  foya-foya  dan  minum-minuman   keras.   Tetapi
 terhadap keluarga ia bijaksana dan lemah-lembut. Dari kalangan
 Quraisy dialah yang paling keras memusuhi kaum Muslimin.
 
 Akan tetapi sesudah ia mengetahui, bahwa mereka  sudah  hijrah
 ke   Abisinia   dan   mengetahui   pula   rajanya   memberikan
 perlindungan kepada mereka,  iapun  merasa  kesepian  berpisah
 dengan  mereka  itu. Ia merasakan betapa pedihnya hati, betapa
 pilunya perasaan mereka berpisah dengan tanah air.
 
 Tatkala    itu    Muhammad     sedang     berkumpul     dengan
 sahabat-sahabatnya  yang tidak ikut hijrah, dalam sebuah rumah
 di Shafa. Di antara mereka ada Hamzah pamannya,  Ali  bin  Abi
 Talib  sepupunya,  Abu  Bakr  b.  Abi Quhafa dan Muslimin yang
 lain.  Pertemuan  mereka  ini  diketahui  'Umar.  Iapun  pergi
 ketempat  mereka,  ia  mau  membunuh Muhammad. Dengan demikian
 bebaslah Quraisy dan kembali mereka bersatu, setelah mengalami
 perpecahan, sesudah harapan dan berhala-berhala mereka hina.
 
 Di  tengah jalan ia bertemu dengan Nu'aim b. Abdullah. Setelah
 mengetahui maksudnya, Nuiaim berkata:
 
 "Umar, engkau  menipu  diri  sendiri.  Kaukira  keluarga  'Abd
 Manaf.  akan  membiarkan  kau merajalela begini sesudah engkau
 membunuh Muhammad? Tidak lebih baik kau pulang saja  ke  rumah
 dan perbaiki keluargamu sendiri?!"
 
 Pada  waktu  itu  Fatimah,  saudaranya,  beserta Sa'id b. Zaid
 suami Fatimah sudah masuk Islam. Tetapi setelah mengetahui hal
 ini  dari Nu'aim, Umar cepat-cepat pulang dan langsung menemui
 mereka. Di tempat itu ia mendengar ada orang  membaca  Qur'an.
 Setelah  mereka  merasa ada orang yang sedang mendekati, orang
 yang membaca itu sembunyi dan Fatimah menyembunyikan kitabnya.
 
 "Aku mendengar suara bisik-bisik apa itu?!" tanya Umar.
 
 Karena mereka tidak mengakui, Umar membentak lagi dengan suara
 lantang: "Aku sudah mengetahui, kamu menjadi pengikut Muhammad
 dan  menganut  agamanya!"  katanya  sambil  menghantam   Sa'id
 keras-keras.   Fatimah,   yang   berusaha   hendak  melindungi
 suaminya, juga mendapat pukulan keras. Kedua suami isteri  itu
 jadi panas hati.
 
 "Ya,  kami  sudah  Islam!  Sekarang  lakukan  apa  saja," kata
 meteka.
 
 Tetapi Umar jadi gelisah sendiri setelah melihat darah di muka
 saudaranya  itu.  Ketika  itu  juga lalu timbul rasa iba dalam
 hatinya. Ia  menyesal.  Dimintanya  kepada  saudaranya  supaya
 kitab  yang  mereka  baca  itu  diberikan  kepadanya.  Setelah
 dibacanya, wajahnya  tiba-tiba  berubah.  Ia  merasa  menyesal
 sekali  atas  perbuatannya  itu.  Menggetar rasanya ia setelah
 membaca isi kitab itu. Ada sesuatu yang  luarbiasa  dan  agung
 dirasakan,  ada  suatu seruan yang begitu luhur. Sikapnya jadi
 lebih bijaksana.
 
 Ia keluar membawa hati yang  sudah  lembut  dengan  jiwa  yang
 tenang  sekali.  Ia  langsung  menuju  ke  tempat Muhammad dan
 sahabat-sahabatnya itu sedang berkumpul  di  Shafa.  Ia  minta
 ijin  akan  masuk, lalu menyatakan dirinya masuk Islam. Dengan
 adanya Umar dan Hamzah dalam Islam, maka kaum  Muslimin  telah
 mendapat benteng dan perisai yang lebih kuat.
 
 Dengan  Islamnya Umar ini kedudukan Quraisy jadi lemah sekali.
 Sekali  lagi  mereka  mengadakan  pertemuan  guna   menentukan
 langkah   lebih   lanjut.   Sebenarnya   peristiwa  ini  telah
 memperkuat kedudukan kaum  Muslimin,  telah  memberikan  unsur
 baru berupa kekuatan yang luarbiasa yang menyebabkan kedudukan
 Quraisy terhadap kaum Muslimin dan kedudukan  mereka  terhadap
 Quraisy  sudah  tidak  seperti  dulu lagi. Keadaan kedua belah
 pihak ini kemudian diteruskan oleh suatu perkembangan  politik
 baru,     penuh     dengan     peristiwa-peristiwa,     dengan
 pengorbanan-pengorbanan  dan  kekerasan-kekerasan  baru  lagi,
 yang   sampai  menyebabkan  terjadinya  hijrah  dan  munculnya
 Muhammad sebagai politikus di samping Muhammad sebagai Rasul.
 
 Catatan kaki
 
  1 Pada umumnya kata 'namus besar' (an-namus'l-akbar)
    oleh beberapa penulis yang datang kemudian diberi
    anotasi, bahwa kata namus berarti 'Jibnl.' Mungkin ini
    didasarkan kepada (N) dan (LA) yang juga mengartikan
    demikian. Mengenai kata-kata ini Dr. Haekal tidak
    memberikan catatan. Demikian juga Ibn Ishaq dan ibn
    Hisyam. Salah seorang Orientalis - Montgomery Watt
    misalnya - memberikan catatan bahwa kata namus
    biasanya diambil dan bahasa Yunani nomos, dan ini
    berarti undang-undang atau kitab suci yang diwahyukan,
    (Muhammad at Mecca, p. 51). Sebaliknya pemakaian kata
    namus bukan istilah Qur'an, sebab Qur'an menggunakan
    kata Taurat apabila yang dimaksud dengan namus itu
    undang-undang Nabi Musa (A).
  2 ash-Shafa ialah sebuah bukit dekat Mekah (A).
  3 Semacam gedung pertemuan (A).
  4 Menurut kepercayaan mereka penyakit yang disebabkan
    oleh gangguan jin, aslinya ra'i (A).
  5 Dalam literatur Barat umumnya disebut Negus (A)
  6 Peristiwa ini terjadi dalam tahun 615 Masehi (tahun
    kelima sesudah kerasulan) (A).
 

0 komentar:

Post a Comment

Just select text on the page and get instant translation from Google Translate!
Google Translate Client