Selamat Datang Di Emye Private Blog
Membaca, mendengar, dan menterjemahkan Al Qur'an
Sedikit Bigraphy Singkat tentang Aku.
Title

Bapakku

Bapakku yang Sangat Tegas Akan Sesuatu yang Dia Anggap Fundamental, Berprinsip Kuat. Sangat Religius. Jawa Banyumasan. Gualakeee Poll, hehehe...

Read More
Title

Ibuku

Ibuku.., Seorang Wanita yang Sangat Kuat, Tegar dan Banyak Akal. Bisa Menjadi Seorang Ibu Sekaligus "seorang ayah" Juga. Smart dalam bertahan hidup, Sabar di Keseharian, Walau Galak Tapi Pemaaf... Saluut Untukmu Mah...!

Read More
Title

Aku Yang...

Inilah Yang Dulu Selalu Mencari Masalah, dan Terkena Masalah dan Hampir Terkubur Karenanya.. Berharap Maaf dariNYA, Kedua Orangtuaku dan Juga Kalian Semua.. Do'akan RidhoNYA Untukku ya.. Terimakasih Untuk Kalian Semua...

Read More
Title

Rumahku Hidupku..No Place Like Home

Di Sinilah Awal Semua Kisahku.., Di Awali Dengan Kasih Sayang dan Pengharapan dan Di Jalani Dengan Kegilaan lalu Berakhir dengan Keterpurukan. No More Fly..No More Sky and No More Cry...

Read More
Title

Seberkas CahayaNYA...

Menunggu dan Berharap Banyak dariNYA... Jawaban dan Ampunan Setelah Doa-doa yang Kutambatkan.. Setiap Detik, Setiap Saat Sebelum Saat Akhir Hidupku Tiba...

Read More
Title

Pikirkan Dulu!

Pikirkan dan Pertimbangkan Semua Pilihan. Karena Kau Harus Memilih, Gunakan Kata Hatimu. Ambil Apa Yang Baik Dari Kisahku Kawan.. Semua Hikmah. Sekarang atau Tidak Sama Sekali..!!!?

Read More

Sejarah Hidup Rasulullah Muhammad SAW

October 18, 2011
 

 BAGIAN KEEMPATBELAS: ANTARA BADR DAN UHUD                (2/2)
 Muhammad Husain Haekal
 
 Sudah  wajar  sekali  bilamana  penduduk  Medinah di luar kaum
 Muslimin menjadi kecut setelah Banu Qainuqa' dikeluarkan  dari
 kota  itu,  yang  dari  luar  tampak  aman  dan tenteram, tapi
 sebenarnya akan disusul kelak oleh timbulnya angin  badai  dan
 topan.  Keadaan  aman  dan  tenteram ini telah dirasakan orang
 selama sebulan, dan  seharusnya  akan  terus  demikian  selama
 beberapa bulan, kalau tidak karena Abu Sufyan yang sudah tidak
 tahan  lagi  tinggal  lama-lama  di  Mekah,  mendekam  dibawah
 telapak   kehinaan  kekalahannya  di  Badr,  tanpa  menanamkan
 kembali dalam pikiran orang-orang Arab di seluruh  Semenanjung
 itu,  bahwa  Quraisy  masih  kuat, masih bersemangat dan masih
 mampu berperang dan bertempur.
 
 Karena itu, ia lalu mengumpulkan dua ratus orang  -  ada  yang
 mengatakan  empatpuluh orang - dari penduduk bersama-sama dia.
 Apabila mereka sudah sampai di dekat Medinah,  menjelang  pagi
 mereka  berangkat  lagi  ke  sebuah daerah bernama 'Uraidz. Di
 tempat ini mereka  bertemu  dengan  seorang-orang  Anshar  dan
 seorang  teman sekerjanya di kebun mereka sendiri. Kedua orang
 itu mereka bunuh dan dua buah rumah serta sebatang pohon kurma
 di  'Uraidz  itu  mereka  bakar. Menurut Abu Sufyan, sumpahnya
 hendak memerangi Muhammad itu  sudah  terpenuhi.  Sekarang  ia
 kembali  melarikan  diri,  takut  akan  dikejar  oleh Nabi dan
 sahabat-sahabatnya.

 Muhammad minta beberapa orang sahabat. Dengan dipimpin sendiri
 mereka  berangkat  mengejarnya  hingga di Qarqarat'l-Kudr. Abu
 Sufyan dan rombongannya makin kencang melarikan  diri.  Mereka
 makin ketakutan. Bahan makanan bawaan mereka yang terdiri dari
 sawiq2 mereka  lemparkan,  yang  kemudian  diambil  oleh  kaum
 Muslimin yang lalu di tempat tersebut.
 
 Setelah   melihat  bahwa  mereka  itu  terus  melarikan  diri,
 Muhammad dan sahabat-sahabatnya kemudian kembali  ke  Medinah.
 Larinya  Abu  Sufyan  itu  berbalik merupakan pukulan terhadap
 dirinya sendiri, sebab sebelum itu ia. mengira  bahwa  Quraisy
 akan  dapat  mengangkat  muka  lagi sesudah terjadinya bencana
 yang pernah dialami di Badr itu
 
 Karena sawiq yang dibuang oleh Quraisy itulah, maka  ekspedisi
 ini dinamai "Ekspedisi Sawiq."
 
 Berita  tentang  Muhammad  ini  kini  tersebar luas di seluruh
 kalangan Arab. Kabilah-kabilah yang jauh-jauh tetap  enak-enak
 di  tempat  mereka,  sedikit sekali memperhatikan keadaan kaum
 Muslimin, yang sampai pada waktu itu  -  masih  menjadi  orang
 yang  lemah,  masih mencari perlindungan di Medinah - sekarang
 mereka telah dapat menahan Quraisy,  dapat  mengeluarkan  Banu
 Qainuqa',  dapat  membuat  Abdullah b. Ubay jadi ketakutan dan
 dapat mengusir Abu Sufyan. Mereka  dapat  memperlihatkan  diri
 dengan suatu sikap yang tidak seperti biasa
 
 Sebaliknya,  kabilah-kabilah  yang  berdekatan  dengan Medinah
 mulai melihat apa yang  akan  mengancam  nasib  mereka  dengan
 adanya  kekuatan Muhammad dan sahabat-sahabatnya itu. Demikian
 juga adanya perimbangan kekuatan ini dengan  kekuatan  Quraisy
 di  Mekah,  suatu  perimbangan  yang  akibat-akibatnya  sangat
 mereka takutkan. Soalnya ialah karena  jalan  pantai  ke  Syam
 adalah   satu-satunya   jalan  rata  yang  sudah  di  kenal  .
 Perdagangan Mekah melalui jalan ini dalam arti ekonomi membawa
 keuntungan  yang berarti juga bagi kabilah-kabilah itu. Antara
 Muhammad dengan kabilah-kabilah yang ada di perbatasan  pantai
 itu  sudah  ada perjanjian. Tetapi jalan ini sekarang terancam
 dan perjalanan  musim  panaspun  terancam  bahaya  pula,  yang
 mungkin  kelak  Quraisy  akan terpaksa meninggalkan perbatasan
 pantai itu. Apa pula nasib yang akan  menimpa  kabilah-kabilah
 ini apabila perdagangan Quraisy nanti jadi terputus? Bagaimana
 orang  dapat  membayangkan  mereka   akan   dapat   menanggung
 kesulitan hidup diatas daerah yang alamnya memang begitu sulit
 dan tandus? Jadi  sudah  sepatutnya  mereka  memikirkan  nasib
 mereka  itu  serta  apa  pula akibat yang mungkin akan menimpa
 karena situasi baru yang belum  pernah  mereka  kenal  sebelum
 Muhammad  dan  sahabat-sahabatnya itu hijrah ke Medinah, sebab
 sebelum kemenangan Muslimin di Badr kehidupan  kabilah-kabilah
 itu   belum  pernah  mengalami  ancaman  seperti  yang  mereka
 bayangkan sekarang.

 Peristiwa perang Badr itu telah menimbulkan rasa  takut  dalam
 hati  kabilah-kabilah  itu.  Adakah mereka barangkali iri hati
 terhadap Medinah lalu akan menyerang kaum Muslimin,  atau  apa
 yang harus mereka lakukan?
 
 Karena  sudah ada berita yang sampai kepada Muhammad bahwa ada
 beberapa golongan dari Ghatafan dan Banu Sulaim yang bermaksud
 hendak  menyerang  kaum  Muslimin, maka ia segera berangkat ke
 Qarqarat'l-Kudr guna memotong jalan mereka. Di tempat  ini  ia
 melihat  jejak-jejak  binatang ternak tapi tak seorangpun yang
 ada di padang itu. Disuruhnya beberapa orang  sahabatnya  naik
 ke  atas  wadi  dan  dia sendiri menunggu di bawah. Ia bertemu
 dengan seorang anak bernama Yasar. Dari  pertanyaannya  kepada
 anak itu ia mengetahui bahwa rombongan itu naik ke bagian atas
 mata-air. Oleh kaum Muslimin ternak yang  ada  di  tempat  itu
 dikumpulkan  dan  dibagi-bagikan  antara sesama mereka sesudah
 seperlimanya diambil oleh Muhammad, seperti ditentukan menurut
 nas  Quran.  Konon  katanya  barang rampasan itu sebanyak iima
 ratus ekor  unta.  Sesudah  seperlima  dipisahkan  oleh  Nabi,
 sisanya dibagikan. Setiap orang mendapat bagian dua ekor unta.
 
 Juga  sudah  ada berita yang sampai kepada Muhammad, bahwa ada
 beberapa golongan dari Banu Tha'laba dan Banu Muharib  di  Dhu
 Amarr yang telah berkumpul. Mereka bersiap-siap akan melakukan
 serangan.  Nabi  s.a.w.  segera  berangkat  dengan  450  orang
 Muslimin.  Ia  bertemu  dengan  salah  seorang anggota kabilah
 Tha'laba ini, dan ketika  ditanyainya  tentang  rombongan  itu
 ditunjukkannya tempat mereka.
 
 "Muhammad,  kalau mereka mendengar keberangkatanmu ini, mereka
 lari ke puncak-puncak gunung," kata orang itu. "Saya bersedia
 berjalan bersamamu dan menunjukkan tempat-tempat persembunyian
 mereka."
 
 Tetapi orang-orang yang iri hati itu tatkala  mendengar  bahwa
 Muhammad  sudah  berada  dekat dari mereka, cepat-cepat mereka
 lari ke gunung-gunung.
 
 Selanjutnya sampai pula berita, bahwa sebuah  rombongan  besar
 dari  Banu  Sulaim  di  Bahran sudah siap-siap akan menyerang.
 Pagi-pagi sekali ia segera berangkat  dengan  300  orang,  dan
 satu  malam  sebelum  sampai  di  Bahran  dijumpainya  seorang
 laki-laki dari kabilah Banu  Sulaim.  Ketika  ditanyakan  oleh
 Muhammad  tentang  mereka itu, dikatakannya bahwa mereka telah
 cerai-berai dan sudah kembali pulang.
 
 Demikian jugalah halnya dengan orang-orang Arab Badwi,  mereka
 serba  ketakutan  kepada  Muhammad,  gelisah akan nasib mereka
 sendiri.  Begitu  terpikir  oleh  mereka   hendak   berkomplot
 terhadap  Muhammad,  hendak  berangkat memeranginya, tapi baru
 mendengar  saja  mereka,  bahwa  ia  sudah  berangkat   hendak
 menghadapi mereka, hati mereka sudah kecut ketakutan.
 
 Pada  waktu  inilah  pembunuhan  terhadap  Ka'b  b. Asyraf itu
 terjadi, seperti yang sudah kita kemukakan di atas. Sejak  itu
 orang-orang  Yahudi  merasa  ketakutan.  Mereka  tinggal dalam
 lingkungannya sendiri, tak  ada  yang  berani  keluar.  Mereka
 kuatir  akan  mengalami  nasib  seperti Ka'b. Lebih-lebih lagi
 ketakutan mereka, setelah Muhammad menghalalkan  darah  mereka
 sesudah  peristiwa  Banu  Qainuqa' yang sampai harus mengalami
 blokade itu.
 
 Oleh karena itu mereka lalu datang menemui Muhammad mengadukan
 hal-ihwal  mereka. Mereka mengatakan bahwa pembunuhan terhadap
 Ka'b itu  adalah  pembunuhan  gelap,  dia  tidak  berdosa  dan
 persoalannyapun  tidak  diberitahukan.  Tetapi jawabnya kepada
 mereka: Dia  sangat  mengganggu  kami,  mengejek  kami  dengan
 sajak.  Sekiranya  dia  tetap saja seperti yang lain-lain yang
 sepaham dengan dia, tentu dia tidak akan mengalami bencana.
 
 Setelah terjadi pembicaraan yang  cukup  lama  dengan  mereka,
 maka  dimintanya  mereka membuat sebuah perjanjian bersama dan
 supaya mereka dapat menghormati  isi  perjanjian  itu.  Tetapi
 orang-orang  Yahudi  sudah  merasa hina sendiri dan ketakutan,
 meskipun yang tersimpan dalam hati  mereka  terhadap  Muhammad
 akan tampak juga akibatnya kelak.
 
 Apa  yang  harus  dilakukan  Quraisy dengan perdagangannya itu
 setelah ternyata Muhammad kini menguasai jalan tersebut?
 
 Hidupnya Mekah dari perdagangan. Apabila  jalan  ke  arah  itu
 tidak  ada,  maka  ini  adalah  bahaya  yang tidak akan pernah
 dialami oleh kota lain. Sekarang Muhammad akan membuat blokade
 atas jalan itu, dan posisinya akan dihancurkan dari jiwa orang
 Arab.
 
 Dalam hal ini Shafwan b. Umayya berkata di hadapan orang-orang
 Quraisy:
 
 "Perdagangan  kita  sekarang  telah  dirusak oleh Muhammad dan
 pengikut-pengikutnya. Tidak tahu lagi kita apa yang harus kita
 perbuat  terhadap  pengikut-pengikutnya  itu, sementara mereka
 tidak pula mau meninggalkan pantai. Dan orang-orang  pantaipun
 sudah  pula mengadakan perjanjian perdamaian dengan mereka dan
 golongan awamnya juga sudah jadi pengikutnya Tidak tahu dimana
 kita  harus  tinggal.  Kalau  kita tinggal saja di tempat kita
 ini, berarti kita akan makan modal sendiri, dan ini tidak akan
 bisa  bertahan.  Hidup kita di Mekah ini hanya bergantung pada
 perdagangan;  musim  panas  ke  Syam  dan  musim   dingin   ke
 Abisinia."
 
 Aswad b. Abd'l-Muttalib menjawab:
 
 "Jalan ke pantai sudah dibelokkan. Ambil sajalah jalan Irak."
 
 Lalu  ditunjukkannya  kepada  mereka  itu Furat b. Hayyan dari
 kabilah Banu Bakr b. Wa'il supaya menjadi penunjuk jalan.
 
 "Teman-teman Muhammad tidak  pernah  menginjakkan  kakinya  ke
 jalan  Irak,"  kata Furat. "Jalan ini merupakan dataran tinggi
 dan padang pasir."
 
 Tetapi Shafwan tidak takut padang pasir. Selama perjalanan itu
 dalam  musim  dingin  tidak  seberapa  mereka membutuhkan air.
 Untuk itu Shafwan sudah  menyediakan  perak  dan  barang  lain
 seharga  100.000  dirham. Ketika Quraisy sedang sibuk mengatur
 perjalanan yang akan membawa  perdagangannya  itu,  Nuiaim  b.
 Mas'ud al-Asyja'i sedang berada di Mekah. Ia pulang kembali ke
 Medinah.  Apa  yang  dibicarakan  dan  diperbuat  Quraisy  itu
 meluncur  juga  dari  lidahnya dan sampai kepada salah seorang
 dari kalangan Islam. Orang  yang  belakangan  ini  cepat-cepat
 menyampaikan  berita  itu kepada Muhammad. Waktu itu juga Nabi
 menugaskan  Zaid  b.  Haritha  dengan  seratus  orang  pasukan
 berkendaraan.   Mereka  mencegat  perdagangan  itu  di  Qarda,
 (sebuah pangkalan air di Najd). Orang-orang Quraisy  itu  lari
 dan   kafilah   dagangnya  dikuasai  Muslimin.  Ini  merupakan
 rampasan berharga  yang  pertama  sekali  dikuasai  oleh  kaum
 Muslimin.
 
 Kemudian Zaid dan anak buahnya kembali. Setelah yang seperlima
 dipisahkan oleh Muhammad sisanya dibagikan kepada  yang  lain.
 Selanjutnya  Furat  b. Hayyan dibawa, dan untuk keselamatannya
 kepadanya   ditanyakan   untuk   masuk   Islam,   dan   inipun
 diterimanya.

 Sesudah  semua  ini  adakah  Muhammad  lalu  merasa puas bahwa
 keadaan sudah stabil? Atau sudah terpesona oleh hari itu  saja
 lalu  melupakan  hari  esoknya?  Ataukah  juga sudah terbayang
 olehnya,  bahwa  ketakutan  kabilah-kabilah  dan  diperolehnya
 rampasan  dari Quraisy sudah menunjukkan, bahwa perintah Allah
 dan perintah RasulNya sudah dapat diamankan dan tak perlu lagi
 dikuatirkan? Ataukah kepercayaannya akan pertolongan Tuhan itu
 berarti ia boleh berbuat sesuka hati, karena sudah  mengetahui
 bahwa  segala  persoalan  keputusannya berada di tangan Tuhan?
 Tidak! Memang benar, segala persoalan keputusannya  di  tangan
 Tuhan.  Tetapi orang tidak akan mendapat perubahan dalam hukum
 Tuhan itu. Tak ada jalan  lagi  orang  akan  membantah  adanya
 naluri  yang  sudah  ditanamkan  Tuhan  dalam dirinya. Quraisy
 sebagai pemimpin orang Arab, tidak mungkin mereka  akan  surut
 dari  tindakan membalas dendam. Kafilah Shafwan b. Umayya yang
 sudah dikuasai  itupun  akan  menambah  hasrat  mereka  hendak
 membalas   dendam,   akan   bertambah  keras  kehendak  mereka
 mengadakan serangan kembali.
 
 Dengan siasatnya yang sehat serta pandangannya yang  jauh  hal
 semacam  itu  oleh  Muhammad tidak akan terabaikan. Jadi sudah
 tentu ia harus menambah kecintaan kaum Muslimin kepadanya, dan
 mempererat   pertalian.   Kendatipun  Islam  sudah  memberikan
 kebulatan tekad  kepada  mereka  dan  membuat  mereka  seperti
 sebuah  bangunan yang kokoh, satu sama lain saling memperkuat,
 namun kebijaksanaan pimpinan terhadap mereka  itu  akan  lebih
 lagi menguatkan kerja-sama dan tekad mereka.
 
 Justeru karena kebijaksanaan pimpinan inilah hubungan Muhammad
 dengan mereka itu makin  erat.  Dalam  hubungan  ini  pula  ia
 melangsungkan   perkawinannya   dengan   Hafsha,  puteri  Umar
 ibn'l-Khattab, seperti juga sebelum itu dengan Aisyah,  puteri
 Abu  Bakr. Sebelum itu Hafsha adalah isteri Khunais - termasuk
 orang yang mula-mula dalam Islam - yang sudah meninggal  tujuh
 bulan lebih dulu sebelum perkawinannya dengan Muhammad. Dengan
 perkawinannya kepada Hafsha ini, kecintaan Umar  ibn'l-Khattab
 kepadanya  makin  besar Juga Fatimah, puterinya, dikawinkannya
 dengan  sepupunya,  Ali  (b.  Abi  Talib),  orang  yang  sejak
 kecilnya  sangat  cinta  dan  ikhlas  kepada Nabi. Oleh karena
 Ruqayya,  puterinya,  telah  berpulang  ke  rahmatullah,  maka
 sesudah  itu  Usman  b.  'Affan dikawinkannya kepada puterinya
 yang seorang lagi, Umm Kulthum.
 
 Dengan demikian, ia diperkuat  lagi  oleh  pertalian  keluarga
 semenda  dengan  Abu  Bakr, Umar, Usman dan Ali. Ini merupakan
 gabungan  empat  orang  kuat   dalam   Islam   yang   sekarang
 mendampinginya, bahkan yang terkuat. Dengan ini kekuatan dalam
 tubuh kaum Muslimin makin mendapat jaminan  lagi.  Di  samping
 itu  rampasan  perang yang mereka peroleh dalam peperangan itu
 menambah pula keberanian mereka bertempur, yang juga merupakan
 gabungan  antara berjuang di jalan Allah dan mendapat rampasan
 perang dari orang-orang musyrik.
 
 Dalam pada itu, berita-berita serta segala  persiapan  Quraisy
 selalu  diikuti dengan saksama dan sangat teliti sekali. Pihak
 Quraisy  sendiri  memang  sudah  mengadakan  persiapan  hendak
 menuntut  balas,  dan  membuka  jalan  perdagangannya ke Syam;
 supaya dari segi perdagangan dan segi  keagamaannya  kedudukan
 Mekah   jangan   sampai   meluncur   jatuh  tidak  lagi  dapat
 mempertahankan diri.
 
 Catatan kaki:
 
  1 Perlu dijelaskan disini   kalau dasar centa ini benar
    bahwa peristiwa itu bukanlah atas perintah Nabi, seperti
    ada orang mengira demikian. Tetapi mereka telah
    mengambil tindakan sendiri, seperti kata Haekal. Jiwa
    dan akhlak Nabi jauh lebih tinggi daripada akan
    melakukan kekerasan. Dalam peperanganpun melarang
    membunuh orang berusia lanjut, anak-anak, wanita,
    sekalipun yang ikut aktif. Peristiwa Hindun bt. 'Utba
    dalam perang Uhud, wanita Yahudi yang meracun Nabi dan
    penyair Abu 'Azza, adalah dari sekian banyak contoh.
    Malah kemudian mereka dimaafkan. Yang perlu kita ketahui
    juga, bahwa 'Umaõr b. 'Auf adalah satu kabilah dengan
    suami 'Ashma,' yakni dari Khatma, demikian juga Abu
    'Afak masih sekabilah dengan Salim, yakni dari Banu 'Amr
    b. 'Auf, dengan motif yang hampir sama (A).
 
  2 Sejenis tepung jelai atau gandum (A).
 
 ---------------------------------------------
 

0 komentar:

Post a Comment

Just select text on the page and get instant translation from Google Translate!
Google Translate Client