Selamat Datang Di Emye Private Blog
Membaca, mendengar, dan menterjemahkan Al Qur'an
Sedikit Bigraphy Singkat tentang Aku.
Title

Bapakku

Bapakku yang Sangat Tegas Akan Sesuatu yang Dia Anggap Fundamental, Berprinsip Kuat. Sangat Religius. Jawa Banyumasan. Gualakeee Poll, hehehe...

Read More
Title

Ibuku

Ibuku.., Seorang Wanita yang Sangat Kuat, Tegar dan Banyak Akal. Bisa Menjadi Seorang Ibu Sekaligus "seorang ayah" Juga. Smart dalam bertahan hidup, Sabar di Keseharian, Walau Galak Tapi Pemaaf... Saluut Untukmu Mah...!

Read More
Title

Aku Yang...

Inilah Yang Dulu Selalu Mencari Masalah, dan Terkena Masalah dan Hampir Terkubur Karenanya.. Berharap Maaf dariNYA, Kedua Orangtuaku dan Juga Kalian Semua.. Do'akan RidhoNYA Untukku ya.. Terimakasih Untuk Kalian Semua...

Read More
Title

Rumahku Hidupku..No Place Like Home

Di Sinilah Awal Semua Kisahku.., Di Awali Dengan Kasih Sayang dan Pengharapan dan Di Jalani Dengan Kegilaan lalu Berakhir dengan Keterpurukan. No More Fly..No More Sky and No More Cry...

Read More
Title

Seberkas CahayaNYA...

Menunggu dan Berharap Banyak dariNYA... Jawaban dan Ampunan Setelah Doa-doa yang Kutambatkan.. Setiap Detik, Setiap Saat Sebelum Saat Akhir Hidupku Tiba...

Read More
Title

Pikirkan Dulu!

Pikirkan dan Pertimbangkan Semua Pilihan. Karena Kau Harus Memilih, Gunakan Kata Hatimu. Ambil Apa Yang Baik Dari Kisahku Kawan.. Semua Hikmah. Sekarang atau Tidak Sama Sekali..!!!?

Read More

Sejarah Hidup Rasulullah Muhammad SAW

October 18, 2011
 
BAGIAN KEEMPATBELAS: ANTARA BADR DAN UHUD                (1/2)
 Muhammad Husain Haekal
 
    Muslimin dan Yahudi - Qainuqa' dikepung - Yahudi keluar
    dari Medinah - Quraisy bergerak - Ekspedisi Sawiq -
    Kabilah-kabilah bergerak lalu melarikan diri - Hancurnya
    Safwan b. Umayya.
 
 PERISTIWA Badr itu telah menimbulkan kesan yang  dalam  sekali
 di  Mekah,  sebagaimana  sudah  kita lihat. Bila saja terdapat
 kesempatan, hasrat hendak membaias  dendam  terhadap  Muhammad
 dan  Muslimin itu besar sekali. Tetapi pengaruh yang timbul di
 Medinah ternyata lebih jelas dan lebih erat berhubungan dengan
 kehidupan   Muhammad   dan   Muslimin   bersama-sama.  Sesudah
 peristiwa Badr, golongan Yahudi, orang-orang musyrik dan  kaum
 munafik  sudah  merasakan sekali adanya kekuatan kaum Muslimin
 yang bertambah. Mereka melihat  bahwa  orang  asing  ini  yang
 datang  ke tempat mereka kurang dari dua tahun yang lalu pergi
 hijrah dari Mekah, kini tambah besar kewibawaannya dan  tambah
 kuat  pula  kedudukannya,  bahkan  hampir  menjadi  orang yang
 menguasai seluruh penduduk Medinah,  bukan  hanya  golongannya
 sendiri saja.
 
 Seperti sudah kita lihat orang-orang Yahudi sejak sebelum Badr
 sudah  mulai  menggerutu  dan  mengadakan  bentrokan-bentrokan
 dengan  pihak  Muslimin,  sehingga  banyak peristiwa-peristiwa
 yang kalau tidak sampai meletus,  seolah  hanya  karena  masih
 adanya perjanjian perdamaian antara kedua belah pihak itu. Itu
 pula sebabnya, begitu kaum Muslimin kembali dari Badr  membawa
 kemenangan,  beberapa kelompok di sekitar Medinah mulai saling
 bermain  mata  dan  berkomplot.  Mereka  mulai   dihasut   dan
 dibuatkan  sajak-sajak  yang  sifatnya  membangkitkan semangat
 mereka. Dengan demikian, gelanggang revolusi itu  kini  pindah
 dari  Mekah  ke  Medinah,  dan  dari  bidang  agama  ke bidang
 politik. Jadi  yang  diperangi  sekarang  bukan  hanya  dakwah
 Muhammad  dalam  bidang  agama  saja, melainkan kewibawaan dan
 pengaruhnya juga membuat hati mereka jadi  kecut.  Faktor  ini
 yang  menyebabkan mereka berkomplot dan membuat rencana hendak
 membunuhnya
 
 Tetapi semua rahasia itu bukan tidak diketahui oleh  Muhammad.
 Bahkan  ia  sudah  mengetahui  semua berita dan setiap rencana
 yang ditujukan kepadanya itu. Baik pada pihak Muslimin ataupun
 pihak  Yahudi,  dari  hari  ke hari, sedikit demi sedikit hati
 mereka sudah sarat oleh rasa kebencian. Satu sama lain tinggal
 lagi menunggu adanya bencana yang akan menimpa lawannya.
 
 Sampai  pada  waktu kaum Muslimin mendapat kemenangan di Badr,
 mereka masih merasa takut juga kepada penduduk Medinah. Mereka
 belum  berani  mengadakan serangan balasan apabila ada seorang
 Muslim yang diserang. Tatkala  mereka  sudah  kembali  membawa
 kemenangan  itu  seorang  yang  bernama  Salim b. 'Umair telah
 mengambil tindakan sendiri terhadap Abu 'Afak (dari Banu  'Amr
 b.  'Auf),  karena  orang  ini membuat sajak-sajak yang isinya
 menyerang Muhammad dan kaum  Muslimin.  Juga  orang  ini  yang
 telah membakar semangat golongannya supaya memerangi Muslimin.
 Sampai pada  waktu  peristiwa  Badr  selesai  ia  masih  terus
 menghasut orang.
 
 Suatu   malam   ketika  angin  sedang  bertiup  kencang  Salim
 mendatangi Abu 'Afak. Ia sedang  tidur  di  beranda  rumahnya.
 Oleh  Salim  ditancapkannya  pedangnya  ke arah hatinya hingga
 menembus sampai ke pelaminan. Demikian juga 'Ashma, bt. Marwan
 (dari  Banu  Umayya  b. Zaid). Wanita ini selalu memaki Islam,
 menyakiti hati dan mengerahkan orang  supaya  melawannya.  Hal
 ini  dilakukannya  terus  sampai pada waktu sesudah selesainya
 perang Badr. Pada suatu malam buta ia didatangi oleh 'Umair b.
 'Auf  yang masuk sampai ke dalam rumahnya. Ia dikelilingi oleh
 anak-anaknya yang sedang tidur, ada pula yang sedang  disusui.
 Sebenarnya  penglihatan  'Umair  lemah  sekali. Ia meraba-raba
 dengan  tangannya  dan  terpegang  olehnya  bayi  yang  sedang
 disusui  itu.  Dihalaunya  bayi itu dari sisi ibunya, kemudian
 dipusatkannya pedangnya ke dada  wanita  itu  sampai  menembus
 punggungnya.
 
 Bila   'Umair   kemudian  kembali  dari  tempat  Nabi  setelah
 menyampaikan berita itu, ia melihat anak-anaknya dan  beberapa
 orang   sedang  menguburkan  wanita  tersebut.  Mereka  datang
 menemuinya seraya bertanya:
 
 "Umair, kau yang membunuh wanita itu?"
 
 "Ya," jawabnya. "Jalankanlah  tipu-muslihatmu  itu  terhadapku
 dan  jangan  lagi  ditunda-tunda.  Aku bersumpah demi Dia Yang
 memegang  hidupku  kalau  kamu  semua  mengeluarkan  kata-kata
 seperti  wanita  itu,  akan kuhantam kamu dengan pedangku ini.
 Aku yang mati, atau kamu semua kubunuh."1
 
 Sikap 'Umair yang berani ini  telah  membawa  akibat  lahirnya
 Islam  di  tengah-tengah kabilah Banu Khatma itu. Suami Ashma'
 adalah dari kabilah ini juga. Dari golongan ini  yang  tadinya
 masuk  Islam  dengan  sembunyi-sembunyi, sekarang sudah berani
 mereka berterang-terang dan menggabungkan dia kedalam  barisan
 dan bersama-sama dengan kaum Muslimin lainnya.
 
 Kiranya cukup kalau kita tambahkan atas dua macam peristiwa di
 atas ini dengan  peristiwa  matinya  Ka'b  b.  Asyraf.  Ketika
 mendengar  matinya  beberapa orang pemuka-pemuka Mekah, dialah
 orangnya yang mengatakan. "Mereka itu bangsawan-bangsawan Arab
 dan   pemimpin-pemimpin.   Sungguh,   kalau   Muhammad  sampai
 mengalahkan mereka, maka lebih baik berkalang  tanah  daripada
 tinggal  di atas bumi." Dia pula orangnya yang telah berangkat
 ke Mekah - setelah  mendapat  kabar  yang  pasti  -mengerahkan
 orang  untuk  melawan  Muhammad,  menyanyikan  sajak-sajak dan
 menangisi mereka yang terkubur dalam perigi. Dia juga orangnya
 yang  kemudian  setelah  kembali  ke Medinah berusaha mencumbu
 wanita-wanita Islam. Orang  tahu  betapa  watak  dan  perangai
 orang  Arab  dalam  hal  ini,  betapa  mereka  menghargai arti
 kehormatan  ini.  Untuk  itu  semangat  mereka  bangkit.  Kaum
 Muslimin  begitu  marah.  Mereka sudah sepakat hendak membunuh
 Ka'b.  Beberapa  orang  dari  mereka  sudah  berkumpul.  Salah
 seorang  di  antara  mereka  mendatanginya sambil memancingnya
 dengan memburuk-burukkan Muhammad.
 
 "Kedatangan orang ini  kemari  membawa  bencana,"  kata  salah
 seorang.  "Membuat  orang-orang  Arab  saling  bermusuhan  dan
 berpecah-belah. Hubungan kerabat kita terputus, sanak-keluarga
 hilang dan orang melakukan perjalanan jauh jadi sukar."
 
 Setelah   saling   beramah-tamah  dengan  Ka'b,  maka  ia  dan
 teman-temannya   minta   uang   kepada   Ka'b   dengan   jalan
 menggadaikan  baju  besinya. Ka'bpun setuju asal nanti dibawa.
 Ketika ia sedang  berada  di  rumahnya  yang  agak  jauh  dari
 Medinah,  pada  waktu  menjelang  malam  terdengar  Abu Na'ila
 [salah  seorang  yang  berkomplot]  memanggilnya.  Ia   keluar
 menghampirinya,  sekalipun  sudah diperingatkan oleh isterinya
 jangan keluar rumah pada waktu malam begitu. Kedua  orang  itu
 terus  berjalan  hingga bertemu dengan teman-teman Abu Na'ila.
 Ka'b tenteram saja tidak  merasa  takut.  Mereka  bersama-sama
 berjalan  kaki  hingga  agak  jauh  dari  tempat-tinggal Ka'b,
 sambil terus bercakap-cakap.  Mereka  bercerita  tentang  diri
 mereka sendiri dan betapa mereka itu mengalami kesukaran. Ka'b
 merasa makin tenang.
 
 Sementara mereka sedang berjalan  itu  Abu  Na'ila  meletakkan
 tangannya  di  atas  kepala  Ka'b,  dan tangannya itu kemudian
 diciumnya.
 
 "Belum pernah aku mengalami malam seharum ini," katanya
 
 Setelah dilihatnya  Ka'b  tidak  menaruh  curiga  lagi  kepada
 mereka, kembali lagi Abu Na'ila meletakkan tangannya di rambut
 Ka'b, kemudian digenggamnya kedua  pelipis  orang  itu  seraya
 berkata:
 
 "Hantamlah musuh Tuhan ini!"
 
 Mereka  menghantamnya  dengan  pedang, dan saat itu ia menemui
 ajalnya.
 
 Kejadian ini membuat  pihak  Yahudi  bertambah  cemas.  Mereka
 semua merasa kuatir akan nasibnya sendiri. Tetapi sampai nyawa
 mereka melayangpun, mereka tidak juga  mau  berhenti  mengecam
 Muhammad  dan kaum Muslimin. Ada seorang wanita Arab datang ke
 pasar Yahudi Banu Qainuqa' dengan membawa perhiasan. Ia sedang
 duduk  menghadapi  tukang  emas.  Mereka  berusaha  supaya  ia
 memperlihatkan mukanya. Tapi  wanita  itu  menolak.  Tiba-tiba
 datang   seorang   Yahudi   dengan  diam-diam  dari  belakang.
 Disematkannya ujung baju wanita itu dengan  sebatang  penyemat
 ke  punggungnya,  dan  bila wanita itu berdiri, maka tampaklah
 auratnya.  Mereka  ramai-ramai  menertawakannya.  Wanita   itu
 menjerit-jerit.   Waktu  itu  juga  seorang  laki-laki  Muslim
 langsung menerkam tukang emas tersebut - seorang orang Yahudi,
 lalu   dibunuhnya.   Orang-orang   Yahudi   yang  lain  datang
 ramai-ramai mengikat laki-laki Muslim itu  lalu  mereka  bunuh
 juga.

 Sekarang keluarga Muslim ini minta bantuan kaum Muslimin dalam
 menghadapi  pihak  Yahudi,  yang  selanjutnya  sampai   timbul
 bencana besar antara mereka dengan pihak Yahudi Banu Qainuqa'.
 
 Kemudian  Muhammad  minta kepada mereka ini supaya jangan lagi
 mengganggu  kaum  Muslimin   dan   supaya   tetap   memelihara
 perjanjian  perdamaian dan ko-eksistensi yang sudah ada. Kalau
 tidak mereka akan mengalami nasib seperti Quraisy. Akan tetapi
 peringatan ini oleh mereka diremehkan. Malah mereka menjawab:
 
 "Muhammad,  jangan  kau  tertipu  karena  kau sudah berhadapan
 dengan suatu golongan yang tidak punya  pengetahuan  berperang
 sehingga engkau mendapat kesempatan mengalahkan mereka. Tetapi
 kalau sudah kami yang memerangi kau, niscaya akan kau ketahui,
 bahwa kami inilah orangnya."
 
 Jika  sudah  begitu,  maka  tak  ada  jalan lain kecuali harus
 memerangi  mereka  juga.  Kalau  tidak,  kaum   Muslimin   dan
 kedudukan  mereka di Medinah akan runtuh, dan selanjutnya akan
 menjadi bahan cerita  pihak  Quraisy,  sesudah  pihak  Quraisy
 sebelum itu menjadi bahan cerita orang-orang Arab.
 
 Kaum  Muslimin  sekarang  bertindak  dan mengepung orang-orang
 Yahudi Banu Qainuqa' berturut-turut selama limabelas  hari  di
 tempat  mereka  sendiri.  Tak ada orang yang dapat keluar dari
 mereka itu, juga tak ada orang  yang  dapat  masuk  membawakan
 makanan.  Tak ada jalan lain lagi mereka sekarang harus tunduk
 kepada undang-undang Muhammad, menyerah  kepada  ketentuannya.
 Lalu    mereka    menyerah.   Sesudah   bermusyawarah   dengan
 pemuka-pemuka  Muslimin,  Muhammad  menetapkan  akan  membunuh
 mereka itu semua.
 
 Akan  tetapi  lalu  datang  Abdullah b. Ubayy b. Salul - orang
 yang bersekutu baik dengan Yahudi maupun dengan Muslimin.
 
 "Muhammad,"  katanya.   "Hendaklah   berlaku   baik   terhadap
 pengikut-pengikutku."
 
 Nabi    tidak    segera   menjawab.   Lalu   diulangnya   lagi
 permintaannya.  Tetapi  Nabi  menolak.  Orang  itu  memasukkan
 tangannya  ke  saku  baju  besi Muhammad. Muhammad berubah air
 mukanya. Lalu katanya:
 
 "Lepaskan!" Ia marah. Kemarahannya  itu  tampak  terbayang  di
 wajahnya.  Kemudian  diulanginya  lagi  dengan nada suara yang
 masih membayangkan kemarahan. "Lepaskan! Celaka kau!"
 
 "Tidak akan kulepaskan  sebelum  kau  bersikap  baik  terhadap
 pengikut-pengikutku.  Empat  ratus  orang  tanpa baju besi dan
 tiga  ratus  orang  dengan  baju  besi  telah  merintangi  aku
 melakukan  perang  habis-habisan,  dan  kau babat mereka dalam
 satu hari! Sungguh aku kuatir akan timbul bencana."
 
 Sampai  pada  waktu  itu  Abdullah  adalah  orang  yang  masih
 mempunyai kekuasaan atas orang-orang musyrik dari kalangan Aus
 dan Khazraj, meskipun kekuasaan ini,  dengan  adanya  kekuatan
 kaum Muslimin telah menjadi lemah.

 Melihat  desakan  orang  itu  yang demikian rupa, Nabi kembali
 menjadi tenang. Apalagi setelah  'Ubada  bin'sh-Shamit  datang
 kepadanya  bicara seperti pembicaraan Ibn Ubayy. Ketika itu ia
 berpendapat akan memberikan belas kasihannya  kepada  Abdullah
 b.  Ubayy,  dan  kepada  orang-orang musyrik pengikut-pengikut
 Yahudi supaya dengan budi kebaikannya dan rasa kasihannya  itu
 mereka  akan  merasa  berhutang  budi  kepadanya. Akan tetapi,
 sebagai akibat perbuatan mereka sendiri  Banu  Qainuqa'  harus
 mengosongkan kota Medinah.
 
 Ibn  Ubayy  ingin  bicara sekali lagi dengan Muhammad mengenai
 keadaan mereka yang masih ingin  menetap  disana  itu.  Tetapi
 salah  seorang  dari  kalangan  Islam berhasil mencegah adanya
 pertemuan Ibn Ubayy dengan Muhammad.  Mereka  lalu  bertengkar
 sehingga  kepala Abdullah kena pukul. Ketika itu Banu Qainuqa'
 berkata: "Kami bersumpah tidak lagi akan tinggal di  kota  ini
 sesudah  kepala  Ibn  Ubayy  dipukul  sedang  kami tidak dapat
 membelanya."
 
 Dengan demikian, setelah mereka  tunduk  dan  menyerah  hendak
 meninggalkan Medinah, 'Ubada membawa mereka itu ke Wadi'l-Qura
 dengan meninggalkan perlengkapan senjata dan alat-alat  tukang
 emas  yang  mereka  pergunakan.  Di  tempat  ini  lama  mereka
 tinggal, dan dari sini barang-barang mereka semua mereka bawa.
 Mereka  menuju  ke arah utara sampai di Adhri'at di perbatasan
 Syam. Di tempat  inilah  mereka  menetap.  Atau  mungkin  juga
 mereka  tertarik  ingin  ke  sebelah  utara lagi ke Tanah yang
 Dijanjikan (Palestina) yang selalu menjadi idaman  orang-orang
 Yahudi.
 
 Kekuasaan  orang-orang  Yahudi di Medinah menjadi lemah sekali
 setelah Banu Qainuqa' meninggalkan kota ini. Sebahagian  besar
 orang-orang Yahudi yang disebut-sebut dari Medinah ini, mereka
 tinggal jauh di Khaibar dan  Wadi'l-Qura.  Hasil  inilah  yang
 menjadi  tujuan  Muhammad  dengan mengosongkan mereka itu. Ini
 adalah suatu langkah  politik  yang  sungguh  cemerlang  dalam
 memperlihatkan  kebijaksanaan dan pandangan yang jauh itu. Ini
 juga merupakan suatu pendahuluan yang tidak  bisa  tidak  akan
 mempunyai  pengaruh  politik  yang  kelak akan berjalan sesuai
 dengan  garis  yang  telah  ditentukan  oleh  Muhammad.  Dalam
 mempersatukan sesuatu kota yang paling berbahaya adalah adanya
 pertentangan golongan. Apabila sengketa golongan-golongan  ini
 harus  terjadi  juga,  maka  harus  pula  berakhir pada adanya
 kemenangan satu  golongan  atas  golongan  lainnya  yang  juga
 berarti akan berkesudahan dengan menguasainya.
 
 Ada beberapa penulis sejarah yang telah mengecam tindakan kaum
 Muslimin terhadap  orang-orang  Yahudi  itu,  dengan  anggapan
 bahwa  kisah  wanita  Islam  yang pergi kepada tukang emas itu
 akan mudah  saja  penyelesaiannya  selama  yang  terbunuh  itu
 seorang  dari  pihak Islam dan seorang pula dari pihak Yahudi.
 Sebenarnya  dapat  saja  kita  menolak  pendapat  ini   dengan
 mengatakan,  bahwa  terbunuhnya  seorang  Yahudi  dan  seorang
 Muslim itu belum dapat menghapus  coreng  penghinaan  terhadap
 kaum  Muslimin  yang disebabkan oleh pribadi wanita yang telah
 dipermainkan oleh orang Yahudi itu. Bagi orang Arab,  melebihi
 bangsa   manapun,  masalah  semacam  ini  dapat  mengakibatkan
 timbulnya huru-hara, dapat menimbulkan peperangan  antara  dua
 kabilah  atau  dua golongan selama bertahun-tahun hanya karena
 soal semacam itu saja. Dalam sejarah Arab contoh-contoh serupa
 itu  sudah cukup pula dikenal terutama oleh mereka yang pernah
 mempelajarinya
 
 Tetapi, disamping pertimbangan ini masih ada pertimbangan lain
 yang  lebih  penting lagi. Peristiwa seorang wanita yang telah
 menyebabkan terkurungnya Banu Qainuqa, dan  terusirnya  mereka
 dari  Medinah,  adalah sama seperti terbunuhnya putera mahkota
 Austria di Sarayevo dalam tahun 1914  yang  telah  menyebabkan
 pecahnya  Perang  Dunia  dan  melibatkan  seluruh benua Eropa.
 Soalnya hanyalah sepercik  api  yang  menyala,  yang  kemudian
 membakar  hati  kaum Muslimin dan Yahudi bersama-sama demikian
 rupa, sehingga akhirmya dapat menimbulkan letusan serta segala
 akibat yang timbul karenanya.
 
 Sebenarnya,  adanya  orang-orang  Yahudi, adanya orang musyrik
 dan orang-orang munafik di  Medinah,  di  samping  orang-orang
 Islam,  telah  memperkuat  timbulnya perpecahan itu. Dari segi
 politik, Medinah merupakan sebuah kawah yang tidak bisa  tidak
 pasti  akan  meletus.  Jadi,  terkepungnya  Banu  Qainuqa, dan
 dikeluarkannya  mereka  dari  Medinah  adalah  gejala  pertama
 kearah timbulnya letusan itu.
                                     (bersambung ke bagian 2/2)
 
 ---------------------------------------------
 

0 komentar:

Post a Comment

Just select text on the page and get instant translation from Google Translate!
Google Translate Client