Selamat Datang Di Emye Private Blog
Membaca, mendengar, dan menterjemahkan Al Qur'an
Sedikit Bigraphy Singkat tentang Aku.
Title

Bapakku

Bapakku yang Sangat Tegas Akan Sesuatu yang Dia Anggap Fundamental, Berprinsip Kuat. Sangat Religius. Jawa Banyumasan. Gualakeee Poll, hehehe...

Read More
Title

Ibuku

Ibuku.., Seorang Wanita yang Sangat Kuat, Tegar dan Banyak Akal. Bisa Menjadi Seorang Ibu Sekaligus "seorang ayah" Juga. Smart dalam bertahan hidup, Sabar di Keseharian, Walau Galak Tapi Pemaaf... Saluut Untukmu Mah...!

Read More
Title

Aku Yang...

Inilah Yang Dulu Selalu Mencari Masalah, dan Terkena Masalah dan Hampir Terkubur Karenanya.. Berharap Maaf dariNYA, Kedua Orangtuaku dan Juga Kalian Semua.. Do'akan RidhoNYA Untukku ya.. Terimakasih Untuk Kalian Semua...

Read More
Title

Rumahku Hidupku..No Place Like Home

Di Sinilah Awal Semua Kisahku.., Di Awali Dengan Kasih Sayang dan Pengharapan dan Di Jalani Dengan Kegilaan lalu Berakhir dengan Keterpurukan. No More Fly..No More Sky and No More Cry...

Read More
Title

Seberkas CahayaNYA...

Menunggu dan Berharap Banyak dariNYA... Jawaban dan Ampunan Setelah Doa-doa yang Kutambatkan.. Setiap Detik, Setiap Saat Sebelum Saat Akhir Hidupku Tiba...

Read More
Title

Pikirkan Dulu!

Pikirkan dan Pertimbangkan Semua Pilihan. Karena Kau Harus Memilih, Gunakan Kata Hatimu. Ambil Apa Yang Baik Dari Kisahku Kawan.. Semua Hikmah. Sekarang atau Tidak Sama Sekali..!!!?

Read More

Sejarah Hidup Rasulullah Muhammad SAW

October 19, 2011
 
2. ORIENTALIS DAN KEBUDAYAAN ISLAM                       (5/6)
 Muhammad Husain Haekal
 
 Dalam  hidup  ini  rasanya  tak ada yang lebih baik merangsang
 kita dalam bekerja dan berusaha seperti dalam  mencari  nafkah
 dan  harta.  Demi  harta  sebagian  besar  orang  berusaha dan
 berjuang, yang kadang sampai diluar kemampuannya. Dalam  dunia
 kita  sekarang  ini,  sekali  lihat  saja  orang  sudah  dapat
 memperoleh kesan apa yang sedang bergolak dalam  dunia  ini  -
 perjuangan  dan kesulitan, perang dan damai, pemberontakan dan
 kekacauan - demi harta. Demi  harta  inilah  kerajaan-kerajaan
 terbalik  menjadi  republik, untuk harta ini pertumpahan darah
 terjadi, nyawa manusia  melayang.  Juga  anak-anak  keturunan!
 Kesulitan  yang  bagaimanakah  yang tidak akan kita pikul demi
 anak-anak buah hati kita! Kepahitan yang bagaimana  pula  yang
 takkan  terasa  manis  kalau  memang  untuk kesenangan mereka,
 untuk menjamin kemakmuran hidup dan kemuliaan  mereka!  Segala
 kesulitan  untuk  mencapai  kebahagiaan mereka itu jadi mudah.
 Bahkan, demi harta dan anak-anak keturunannya itu,  ada  orang
 yang  menganggap  segala  yang mustahil itu tiada berarti. Ada
 yang sampai berlebih-lebihan sekali  dalam  hal  ini  sehingga
 untuk   itu   ia  mengorbankan  segala  kesenangannya,  bahkan
 hidupnya.
 
 Memang demikianlah, harta dan anak-anak keturunan  itu  memang
 hiasan  (bentuk  luar)  kehidupan dunia. Tetapi disamping inti
 kehidupan yang sebenarnya bentuk luar itu bukan apa-apa. Orang
 yang  mengorbankan  inti  demi hiasan lahir, sama dengan orang
 yang berpikir sempit dan bodoh  saja:  sama  dengan  perempuan
 yang  tidak  memandang  penting  kesehatannya sendiri asal dia
 tampak cantik untuk sementara waktu; sama dengan  pemuda  yang
 sudah  lupa  daratan,  yang mau mengorbankan pikiran dan harga
 dirinya ditengah-tengah ejekan kawan-kawannya bila ia  mengira
 bahwa   dirinya   adalah   pemimpin  mereka  sebab  dia  sudah
 menghambur-hamburkan harta untuk mereka itu; atau sama seperti
 mereka,  orang-orang  yang  begitu  bodoh,  yang  tertipu oleh
 kenyataan dibalik kebenaran, oleh hari ini dibalik hari  esok.
 Mereka  yang  mengejar  harta  dan anak-anak keturunan sebagai
 hiasan kehidupan dunia dan melupakan  yang  lain,  mereka  ini
 tidak  kurang  pula  bodohnya.  Harta  dan anak-anak keturunan
 suatu hiasan. Sedang inti kehidupan ialah segala pekerjaan dan
 perbuatan  baik yang kekal. Dan untuk perbuatan-perbuatan baik
 inilah orang harus mencurahkan tenaga dan perjuangannya  lebih
 dari  pada  untuk  hiasan (bentuk luar) kehidupan dunia, harta
 dan anak-anak keturunannya.
 
 Kita sudah melihat betapa  luhurnya  tujuan  yang  digambarkan
 ayat  Qur'an  Suci  ini.  Kalau  kita sudah mencurahkan segala
 tenaga dan darah kita demi hiasan kehidupan  dunia  ini,  maka
 kita  juga  harus  mencurahkan  jiwa  dan hati kita untuk inti
 daripada kehidupan itu, bentuk harus tunduk kepada inti.  Oleh
 karena  itu  segala  hidup  kita,  harta  kita  dan  anak-anak
 keturunan kita harus ditujukan kepada tujuan ini, kepada  inti
 daripada  perbuatan-perbuatan  baik  yang kekal itu yang lebih
 besar pahalanya dalam pandangan Tuhan serta harapan yang lebih
 baik pula.

 Mengenai  logika  yang  begitu  sehat  dan jelas ini bagaimana
 dalam pemikiran Muslimin dapat berubah menjadi  bermacam-macam
 kepercayaan  yang  sama  sekali  tidak sesuai? Pada pembahasan
 yang pertama buku ini sepintas lalu  ada  juga  kita  singgung
 tatkala  kita sebutkan tentang keadaan yang sudah berubah pada
 umat Islam itu.
 
 Karena  adanya  penaklukan-penaklukan  yang  pernah  menguasai
 imperium  Islam  secara berturut-turut sejak berakhirnya zaman
 dinasti Abbasiah - seperti yang sudah kita  singgung  sepintas
 lalu  dalam  pengantar  cetakan  kedua  - cara musyawarah yang
 berlaku pada permulaan sejarah  Islam  telah  berubah  menjadi
 kerajaan yang sewenang-wenang pada zaman dinasti Umayyah, lalu
 menjadi hak suci pada masa Abbasiah kedua.

 Baiklah  sekarang  kita  ikuti  keterangan   almarhum   Syaikh
 Muhammad   Abduh   dengan   agak   terperinci  dalam  Al-Islam
 wan-Nashrania sebagai berikut:
 
 "Islam pada mulanya agama yang  dianut  orang  Arab.  Kemudian
 setelah  berhubungan  dengan  ilmu  pengetahuan  yang  tadinya
 bercorak Yunani ilmu itu pun lalu bercorak Arab pula. Kemudian
 ada  seorang  khalifah  yang  salah dalam menjalankan politik.
 Keluasan Islam digunakannya  untuk  apa  yang  dikiranya  akan
 membawa  keuntungan  untuk  kepentingannya  -  dikiranya bahwa
 tentara yang terdiri dari orang-orang Arab  itu  mungkin  saja
 akan  jadi  pendukung  seorang  khalifah  golongan  Ali, sebab
 golongan ini dekat sekali pertaliannya  dengan  keluarga  Nabi
 s.a.w. Oleh karena itu ia mau mempergunakan tentara dari luar,
 yang terdiri dari orang-orang Turki, Dailam dan lain-lain yang
 dikiranya  pula  bahwa dengan kekuasaannya itu mereka ini akan
 dapat diperhamba,  dapat  dipergunakan  untuk  kepentingannya.
 Suasana tidak akan membantu adanya pihak yang akan memberontak
 kepadanya  atau  menuntut   kedudukannya   sebagai   penguasa,
 meskipun  keluasan  hukum  Islam akan membenarkan ia melakukan
 itu. Sejak itulah Islam jadi bercorak asing.
 
 "Ada seorang khalifah  Banu  Abbas  -  yang  karena  mengingat
 kepentingannya  sendiri serta anak cucunya - ia ingin sebagian
 besar tentaranya itu diangkat dari orang-orang asing, demikian
 juga  pembesar-pembesarnya.  Suatu tindakan yang buruk sekali,
 baik terhadap bangsanya atau pun terhadap agama. Tetapi  tidak
 lama  kemudian  pembesar-pembesar  militer  ini pun telah pula
 dapat mengalahkan para khalifah itu. Dengan kekuasaan yang ada
 itu  mereka  telah  dapat  bertindak sewenang-wenang. Sekarang
 kekuasaan  negara  berada  ditangan   mereka,   dengan   tiada
 persiapan pikiran seperti yang diajarkan Islam dan dengan hati
 yang sudah diisi oleh  pendidikan  agama.  Bahkan  sebaliknya,
 mereka  datang  menerima Islam dalam keadaan biadab dan bodoh,
 dengan membawa segala macam kekejaman. Tubuh mereka mengenakan
 pakaian  Islam,  tapi  ajarannya  belum  sampai menembusi hati
 mereka. Masih banyak diantara mereka itu yang membawa  berhala
 untuk   disembah   dengan   diam-diam.   Kalau  pun  ada  yang
 menjalankan salat bersama-sama,  itu  hanya  untuk  memperkuat
 kekuasaannya.
 
 "Kemudian  datang lagi yang lain melanda Islam, seperti bangsa
 Tatar dan yang  lain  misalnya,  malah  persoalan  agama  juga
 dibawah  kekuasaannya.  Buat  mereka  musuh  yang paling besar
 ialah ilmu pengetahuan. Orang pun sudah mengenal siapa mereka,
 sudah  mengetahui sejarah mereka yang buruk itu. Mereka sangat
 memusuhi ilmu, juga  memusuhi  yang  menjadi  pelindung  ilmu,
 yakni  Islam.  Segala yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan
 tidak pernah mendapat perhatian mereka, bantuan untuk itu  pun
 dihentikan.  Tidak  sedikit  dari  kaki tangan mereka itu yang
 turut menyusup  kedalam  jiwa  orang  yang  masih  awam  dalam
 agamanya.  Mereka menempatkan diri ke tengah-tengah orang yang
 masih hijau dalam agama  itu,  sebagai  orang  yang  taat  dan
 pelindung agama. Mereka menganggap agama masih belum sempurna,
 perlu disempurnakan, atau sedang sakit,  perlu  diobati,  atau
 juga  sedang  miring, perlu ditopang, sudah hampir roboh, jadi
 perlu dibangun kembali.
 
 "Dengan  mengingat  masa  lampau  mereka  yang   masih   dalam
 kemegahan  paganisma,  adat-istiadat golongan-golongan Nasrani
 yang terdapat di  sekitarnya,  mereka  pun  hendak  menerapkan
 semua itu ke dalam Islam - suatu hal yang diluar tanggungjawab
 Islam. Tetapi dalam meyakinkan  orang-orang  awam  bahwa  yang
 demikian  ini  demi  kebesaran  syiar  agama, mereka berhasil.
 Rakyat jelata memang alat penguasa  dan  senjata  kaum  tiran.
 Mereka    telah    menciptakan    bermacam-macam   pesta   dan
 upacara-upacara keagamaan. Merekalah  yang  membuat  peraturan
 kepada  kita  tentang adanya pemujaan kepada para wali, kepada
 ulama dan yang sebangsanya. Mereka telah  memecah  belah  umat
 Islam,  dan menjerumuskan orang kedalam kesesatan. Mereka juga
 yang  menentukan,  bahwa  kita  yang  datang  kemudian   harus
 mengikuti  apa  yang dikatakan oleh orang dahulu. Hal ini oleh
 mereka telah dijadikannya  pula  suatu  akidah,  yang  membuat
 orang jadi berhenti berpikir, membuat pikiran jadi beku.
 
 "Lalu    kaki   tangan   mereka   menyebarkan   cerita-cerita,
 berita-berita dan bermacam-macam pandangan ke seluruh  pelosok
 kawasan  Islam  -  yang  akan membuat orang awam jadi puas dan
 yakin - bahwa mereka tidak berhak mencampuri  soal-soal  umum.
 Segala yang berhubungan dengan soal-soal masyarakat dan negara
 adalah  menjadi  wewenang  para  penguasa.   Barangsiapa   mau
 mencampuri  soal  semacam  ini  di  luar  mereka,  berarti  ia
 memasuki persoalan yang bukan bidangnya. Apabila sampai timbul
 kerusakan-kerusakan dan suasana yang tidak menyenangkan, semua
 itu bukan karena  perbuatan  para  penguasa,  melainkan  suatu
 kenyataan  seperti  yang  disebutkan dalam hadis-hadis sebagai
 ciri-ciri akhir zaman. Orang tidak  perlu  menghindarkan  diri
 baik  untuk masa sekarang mau pun untuk masa yang akan datang.
 Maka lebih aman apabila hal  ini  kita  serahkan  saja  kepada
 Tuhan.   Kewajiban   seorang  Muslim  hanyalah  mengurus  diri
 sendiri.
 
 "Dalam hal ini  mereka  menemukan  pula  beberapa  hadis  yang
 secara  harfiah  membantu  sekali maksud mereka. Demikian juga
 adanya hadis-hadis palsu dan  lemah  dapat  memperkuat  tujuan
 mereka  menyebarkan  pelbagai  ilusi semacam itu. Barisan yang
 menyesatkan  semacam  itu  sudah  tersebar  luas  di  kalangan
 Muslimin  sendiri,  dengan  mendapat bantuan di mana-mana dari
 pembesar-pembesar  yang  memang  berbahaya  itu.   Kepercayaan
 tentang   takdir   mereka   pergunakan  sebagai  alat  pemadam
 semangat, sebagai belenggu yang akan dipasang di tangan  orang
 yang  mau  berusaha.  Faktor  yang  paling kuat mendorong hati
 orang menerima dongengan-dongengan semacam ini  ialah  tingkat
 pengetahuan  yang  masih  bersahaja,  kesadaran  beragama yang
 lemah dan mudah terbawa nafsu. Ketiga faktor ini bila  bertemu
 berarti  suatu  kehancuran.  Kebenaran  sudah  tertimbun  oleh
 kepalsuan  yang  begitu  tebal.  Kepercayaan-kepercayaan  yang
 bertentangan  dengan  ajaran  pokok  agama, dan mengaburkannya
 sekaligus - seperti kata orang - sudah sangat melekat ke dalam
 hati.
 
 "Politik  demikian  ini  adalah  politik  tirani  dan egoistis
 sifatnya. Politik inilah yang menyebarkan hal-hal  yang  bukan
 dan  agama dimasukkan kedalam agama. Politik inilah yang telah
 merampas harapan dari si Muslim yang tadinya hendak  menembusi
 lapisan langit; terpaku ia dalam hidup putus asa, hidup dengan
 makhluk-makhluk hewan yang membisu  ...  Sebagian  besar  yang
 kita saksikan sekarang, yang dinamakan Islam, sebenarnya bukan
 Islam. Hanya bentuknya  saja  yang  masih  dipelihara  sebagai
 amalan-amalan  Islam  - sembahyang, puasa, naik haji, ditambah
 sedikit hafalan kata-kata-yang artinya sudah dibelokkan  pula.
 Ajaran-ajaran  bid'ah  dan dongengan-dongengan yang dimasukkan
 kedalam agama dan dianggap sebagai agama, telah membuat  orang
 jadi beku dalam berpikir, seperti sudah saya sebutkan tadi.
 
 Semoga  Tuhan  menjauhkan  semua  kita  dari  mereka  dan dari
 kebohongan yang mereka buat-buat atas  nama  Tuhan  dan  agama
 itu!  Segala  cacat  yang  sekarang  dialamatkan  kepada  kaum
 Muslimin sebenarnya bukan dari Islam, tetapi sesuatu yang lain
 yang mereka namakan Islam."7

 Keadaan yang digambarkan oleh Syaikh Muhammad Abduh ini memang
 merupakan beberapa pendirian yang  bertentangan  sekali,  yang
 oleh  mereka  disiar-siarkan dan disebarkan begitu luas dengan
 mengatakan bahwa itu ajaran  Islam,  itu  perintah  Tuhan  dan
 Rasul.  Dan  pelbagai  macam  pendirian inilah lahirnya mazhab
 jabariah,  yang  oleh  mereka  yang  datang   kemudian   telah
 digambarkan  begitu rupa, berlainan sekali dengan apa yang ada
 dalam Qur'an. Lukisan Qur'an mengenai hal ini sudah kita lihat
 di   atas.  Sebaliknya  yang  datang  kemudian,  mereka  hanya
 menyuruh  orang  duduk-duduk   dan   menyerah   saja.   dengan
 mengatakan  bahwa  lapangan  hidup  ini  bukan harus dilakukan
 dengan usaha  dan  rencana,  tetapi  memang  sudah  tergantung
 kepada  rejeki  dan  takdir  juga, bukan kepada jasa pekerjaan
 seseorang. Ini adalah jabariah yang salah  sama  sekali,  yang
 telah  memberi  peluang  kepada  beberapa orang di Barat untuk
 menuduh  Islam  dengan  tidak  pada   tempatnya.   Berdasarkan
 pendirian  inilah  timbul  mazhab  merendamkan arti materi dan
 tidak mau campur  tangan  dalam  persoalan  semacam  ini.  Ini
 adalah  mazhab  kaum  Stoa8  di Yunani, juga pada suatu ketika
 pernah  tersebar  di  kalangan   segolongan   kaum   Muslimin,
 kendatipun ini memang bertentangan dengan firman Tuhan:
 
 "Dan  jangan  kau  lupakan nasibmu dalam kehidupan dunia ini."
 (Qur'an 28 - 77)
 
 Sungguhpun demikian aliran ini mempunyai literatur yang  cukup
 luas  pada  masa  Banu  Abbas dan sesudahnya. Yang dikehendaki
 oleh Qur'an ialah jalan tengah.  Ia  tidak  membenarkan  orang
 hidup serba menahan diri, juga tidak membenarkan ibahiyah atau
 hidup serba boleh seperti diduga oleh Irving, bahwa cara hidup
 demikian   itu   telah  menghanyutkan  kaum  Muslimin  kedalam
 kemewahan dan  melupakan  perjuangannya,  serta  menjerumuskan
 umat Islam ke dalam keadaan mereka seperti sekarang ini.

 Penulis   Amerika   ini   mengatakan,   bahwa  ajaran  Kristen
 mengajarkan kesucian  dan  kasih  sayang  sebaliknya  daripada
 lslam,  seperti  yang  dituduhkannya.  Bukan  maksud saya akan
 membanding-bandingkan Islam  dengan  Kristen  dalam  hal  ini,
 sebab  keduanya  memang  sejalan,  dan tidak berbeda. Biasanya
 membanding-bandingkan demikian itu hanya  akan  berakhir  pada
 perdebatan  dan  pertentangan  yang  tidak  akan menguntungkan
 Kristen ataupun Islam. Akan tetapi apa yang saya perhatikan  -
 dan  inilah  yang  ingin  saya  tekankan  - ialah bahwa antara
 sejarah hidup Isa  'a.s.  dengan  ajaran  Stoaisma  dan  hidup
 menahan  diri  secara berlebih-lebihan yang dihubungkan kepada
 ajaran Kristen, terdapat perbedaan yang jelas sekali.  Almasih
 bukan  seorang  penganut  ajaran  stoa. Bahkan mujizatnya yang
 mula-mula dan  utama,  ialah  ketika  ia  mengubah  air  tawar
 menjadi   minuman  anggur  dalam  pesta  perkawinan  di  Kana,
 Galilea, yang juga dia diundang, dan dia  ingin  jangan  orang
 kekurangan  minuman  keras  itu setelah habis dari persediaan.
 Juga dia tidak menolak undangan kaum Parisi9  yang  mengadakan
 pesta  makan yang mewah dan dia tidak keberatan orang mengecap
 kenikmatan yang diberikan Tuhan.
 
 Sedang sejarah hidup Muhammad dalam hal ini  lebih  menekankan
 pada   keseimbangan  jalan  tengah.  Memang  benar  bahwa  Isa
 menganjurkan  orang-orang  kaya  bermurah  hati  kepada  fakir
 miskin  dan  mencintai  mereka.  Tetapi  sepanjang yang pernah
 dikenal umat manusia dalam hal ini,  Qur'an  lebih-lebih  lagi
 menekankan.  Pembaca  tentu  sudah melihat sendiri ketika kita
 bicara tentang zakat dan sedekah, sehingga  tidak  perlu  lagi
 kiranya  diulang.  Dan  cukup  kalau  terhadap Irving dan yang
 semacamnya itu kita  jawab,  bahwa  Qur'an  mengajarkan  jalan
 tengah dalam segala hal.
 
 Tinggal  lagi  kata-kata  terakhir  yang diuraikan Irving itu,
 yaitu  kata-kata  yang  oleh  pihak  Barat  dimaksudkan  untuk
 mencemarkan kita tapi sebenarnya itu merupakan kecemaran Barat
 sendiri,  merupakan  arang  di  kening  dan   aib   di   wajah
 kebudayaannya sendiri. Irving berkata: "Adanya bulan sabit ini
 sampai sekarang di  Eropa  -  yang  pada  suatu  waktu  pernah
 mencapai  kekuatan  yang luarbiasa - hanyalah karena perbuatan
 negara-negara Kristen yang besar-besar; atau lebih tepat lagi:
 karena  persaingan mereka sendiri. Bertahannya bulan sabit itu
 barangkali untuk menjadi bukti yang baru, bahwa:  "barangsiapa
 menggunakan pedang akan binasa oleh pedang."

 "Barangsiapa  menggunakan pedang akan binasa oleh pedang." Ini
 sebuah ayat dalam Injil (Perjanjian  Baru)  yang  oleh  Irving
 dialamatkan  kepada  Islam,  atas  nama Kristen. Sungguh aneh!
 Barangkali Irving masih dapat  dimaafkan  mengingat  apa  yang
 dikatakannya  itu  sudah  seabad  yang  lalu.  Pada  waktu itu
 penjajahan Barat,  menurut  istilah  kita  -  atau  penjajahan
 Kristen   menurut  istilahnya  -  keserakahan  dan  penggunaan
 pedangnya  belum  separah  seperti  sekarang.  Tetapi  Marshal
 Allenby, yang dalam tahun 1918 menaklukkan Yerusalem atas nama
 Sekutu, ia berkata seperti kata-kata itu juga sambil berteriak
 di Kuil Sulaiman: "Sekarang Perang Salib sudah selesai!"
 
 Atau  seperti  dikatakan  oleh Dr. Peterson Smith dalam sebuah
 bukunya tentang kehidupan Almasih, bahwa "Penaklukan Yerusalem
 itu  adalah  merupakan Perang Salib kedelapan yang dilancarkan
 pihak Kristen untuk mencapai maksudnya." Bisa jadi benar  juga
 bahwa  penaklukan itu berhasil bukan atas usaha pihak Kristen,
 tapi atas usaha orang-orang Yahudi  yang  telah  mempergunakan
 mereka  untuk  menjadikan  impian  Israel  dahulu  kala  suatu
 kenyataan, lalu menjadikan Tanah yang dijanjikan  itu  sebagai
 daerah nasional bangsa Yahudi.

 "Barangsiapa  menggunakan  pedang  akan  binasa  oleh pedang."
 Kalau kata-kata Injil  ini  dapat  diterapkan  kepada  sesuatu
 golongan  maka  golongan  yang paling tepat menerimanya dewasa
 ini ialah Eropa yang  menganut  Kristen  itulah.  Islam  tidak
 pernah  mempergunakan  pedang  dan  oleh  karenanya tidak akan
 binasa oleh pedang. Sebaliknya Eropa  yang  menganut  Kristen,
 pada  zaman  belakangan  ini  telah  menggunakan  pedang untuk
 mengejar kebebasan hidup yang berlebih-lebihan  dan  kemewahan
 yang  oleh  Irving  dipalsukan  alamatnya,  kepada  Islam  dan
 Muslimin. Dewasa ini Eropa yang  menganut  Kristen  itu  telah
 mengambil  alih  peranan  yang dulu dipegang oleh Mongolia dan
 Tatar, tatkala mereka yang secara lahir menggunakan baju Islam
 menaklukkan  beberapa  kerajaan  tanpa  membawa  ajaran-ajaran
 Islam.  Merekapun  mengalami  kehancuran   bersama-sama   kaum
 Muslimin.  Inilah  keruntuhan yang telah menimpa bangsa-bangsa
 Islam. Tetapi Eropa yang menganut  Kristen  dewasa  ini  tidak
 lebih  baik  dari bangsa-bangsa Tatar dan Mongolia itu. Begitu
 menaklukkan bangsa-bangsa Islam, segera  pula  mereka  sendiri
 menganut  Islam,  melihat kebesaran dan kesederhanaan yang ada
 dalam ajaran Islam. Sebaliknya Eropa, ia menyerang  bukan  mau
 menyiarkan  sesuatu  kepercayaan  atau  kebudayaan,  tapi  mau
 menjajah,  mau   menjadikan   agama   Kristen   sebagai   alat
 penjajahan.
 
 Oleh  karena  itu  propaganda  misi Kristen Eropa tidak pernah
 berhasil, sebab tujuannya memang sudah tidak ikhlas.  Terutama
 di  kalangan bangsa-bangsa beragama Islam propaganda ini tidak
 pernah  berhasil  dan  tidak  akan  berhasil.  Kebesaran   dan
 kesederhanaan  Islam,  demikian  juga  ajarannya  yang memberi
 tempat kepada pikiran logis dan ilmu,  tidak  memberi  harapan
 kepada  propaganda  agama  apa pun untuk berhasil mempengaruhi
 pemeluk-pemeluk Islam
 
 "Barangsiapa menggunakan pedang akan binasa oleh pedang."  Ini
 benar. Meskipun ini memang sesuai dengan keadaan Muslimin yang
 datang kemudian, yang berperang  hendak  menaklukkan  beberapa
 kerajaan  dan  untuk menjajahnya, bukan untuk membela diri dan
 membela keyakinannya, tapi buat masa sekarang  hal  ini  lebih
 sesuai  lagi dengan Barat yang berperang dan menaklukkan untuk
 merendahkan dan menjajah bangsa-bangsa lain.

 Kaum  Muslimin  yang  mula-mula  pada  zaman  Nabi  dan   para
 penggantinya  dan  yang  datang  sesudah itu, mereka berperang
 bukan  untuk  menaklukkan  atau  menjajah,   melainkan   untuk
 mempertahankan  keyakinan  mereka  tatkala mereka diancam oleh
 Quraisy dan oleh orang-orang Arab, kemudian diancam pula  oleh
 Rumawi  dan  oleh  Persia.  Dalam  peperangan ini mereka tidak
 memaksa orang harus menganut  Islam,  karena  memang  tak  ada
 paksaan  dalam  agama. Juga dengan peperangan itu mereka tidak
 bermaksud hendak menjajah bangsa lain. Beberapa  kerajaan  dan
 amirat  oleh  Nabi  dibiarkan  dalam  kerajaan  dan  amiratnya
 masing-masing  Tujuannya   hanyalah   supaya   ada   kebebasan
 mempropagandakan agama. Oleh karena akidah Islam memang begitu
 kuat dan jelas  mempertahankan  kebenaran  yang  diajarkannya,
 jelas  sekali bahwa tidak ada keistimewaan orang Arab terhadap
 bangsa lain yang non-Arab, kecuali  dengan  takwa,  dan  bahwa
 kekuasaan  tertinggi  itu  hanya  ada  pada  Allah, maka cepat
 sekalilah ajaran ini tersebar ke segenap penjuru bumi, seperti
 halnya dengan setiap kebenaran yang sungguh-sungguh jujur akan
 cepat pula tersebar.
 
 Akan tetapi setelah kemudian ada pihak-pihak yang masuk  Islam
 dan   mereka   ini   terjun   kedalam  kancah  peperangan  dan
 menaklukkan dengan menggunakan  pedang,  mereka  pun  kemudian
 dihancurkan  oleh  pedang pula. Tetapi Islam tidak sekali-kali
 mempergunakan pedang dan tidak akan binasa oleh pedang.  Islam
 tidak  pernah  mempergunakan  pedang.  Malah  ia dapat memikat
 pikiran dan hati nurani manusia hanya dengan kekuatan yang ada
 di dalam Islam itu sendiri.
 
                                     (bersambung ke bagian 6/6)
 
 

0 komentar:

Post a Comment

Just select text on the page and get instant translation from Google Translate!
Google Translate Client