Selamat Datang Di Emye Private Blog
Membaca, mendengar, dan menterjemahkan Al Qur'an
Sedikit Bigraphy Singkat tentang Aku.
Title

Bapakku

Bapakku yang Sangat Tegas Akan Sesuatu yang Dia Anggap Fundamental, Berprinsip Kuat. Sangat Religius. Jawa Banyumasan. Gualakeee Poll, hehehe...

Read More
Title

Ibuku

Ibuku.., Seorang Wanita yang Sangat Kuat, Tegar dan Banyak Akal. Bisa Menjadi Seorang Ibu Sekaligus "seorang ayah" Juga. Smart dalam bertahan hidup, Sabar di Keseharian, Walau Galak Tapi Pemaaf... Saluut Untukmu Mah...!

Read More
Title

Aku Yang...

Inilah Yang Dulu Selalu Mencari Masalah, dan Terkena Masalah dan Hampir Terkubur Karenanya.. Berharap Maaf dariNYA, Kedua Orangtuaku dan Juga Kalian Semua.. Do'akan RidhoNYA Untukku ya.. Terimakasih Untuk Kalian Semua...

Read More
Title

Rumahku Hidupku..No Place Like Home

Di Sinilah Awal Semua Kisahku.., Di Awali Dengan Kasih Sayang dan Pengharapan dan Di Jalani Dengan Kegilaan lalu Berakhir dengan Keterpurukan. No More Fly..No More Sky and No More Cry...

Read More
Title

Seberkas CahayaNYA...

Menunggu dan Berharap Banyak dariNYA... Jawaban dan Ampunan Setelah Doa-doa yang Kutambatkan.. Setiap Detik, Setiap Saat Sebelum Saat Akhir Hidupku Tiba...

Read More
Title

Pikirkan Dulu!

Pikirkan dan Pertimbangkan Semua Pilihan. Karena Kau Harus Memilih, Gunakan Kata Hatimu. Ambil Apa Yang Baik Dari Kisahku Kawan.. Semua Hikmah. Sekarang atau Tidak Sama Sekali..!!!?

Read More

Sejarah Hidup Rasulullah Muhammad SAW

October 19, 2011
 
 2. ORIENTALIS DAN KEBUDAYAAN ISLAM                       (6/6)
 Muhammad Husain Haekal
 
 Itu  juga sebabnya, meskipun bangsa-bangsa yang menganut Islam
 secara silih berganti ditaklukkan, dikuasai dan  dijaJah  oleh
 bangsa-bangsa  lain,  namun keislaman mereka tak pernah goyah,
 keimanan mereka tak pernah  berubah.  Sampai  saat  ini  Eropa
 masih  tetap  menguasai  bangsa-bangsa  beragama Islam. Tetapi
 mereka takkan mampu mengubah iman  bangsa  itu  kepada  Tuhan.
 Sebaliknya,  mereka  yang  dewasa ini mempergunakan pedang dan
 menaklukkan umat Islam, maka nasib merekapun  -  supaya  cocok
 dengan  kata-kata  dalam  Injil itu binasa oleh pedang sebagai
 balasan yang sesuai pula.
 
 Para penguasa dan raja-raja itu oleh Nabi  telah  dikembalikan
 kepada  kekuasaan  mereka masing-masing. Negeri Arab yang pada
 akhir zaman Nabi itu merupakan suatu kesatuan beberapa  bangsa
 Arab yang beragama Islam, tak ada sebuah negara pun yang dalam
 status jajahan tunduk kepada Mekah atau Medinah.  Dengan  iman
 mereka  yang  begitu  teguh semua golongan Arab pada waktu itu
 merasa sama  rata  di  hadapan  Allah.  Mereka  semua  sejalan
 seiring  dalam menghadap pihak yang hendak melanda mereka atau
 hendak  membujuk  mereka  dari  agamanya.  Sampai  pada  waktu
 sesudah  itu,  pada  waktu  Pax  Islamica  atau  liga kesatuan
 bangsa-bangsa Islam mulai goyah, pusat kediaman khalifah tetap
 menjadi  pusat  liga  itu.  Kekuasaan  Khalifah  tidak  pernah
 mendakwakan sebagai pemegang monopoli  masalah-masalah  rohani
 atau  monopoli  dalam  kebudayaan.  Bahkan  semua  bangsa yang
 menganut Islam tidak mengenal adanya  suatu  kekuasaan  rohani
 diluar  kekuasaan  Tuhan.  Semua pusat kawasan Islam waktu itu
 adalah juga pusat pengembangan seni, ilmu dan teknologi.  Yang
 demikian  ini  berjalan  terus, sampai datang waktunya keadaan
 kaum Muslimin terpisah dari Islam. Ajaran  Islam  yang  begitu
 gemilang  sudah  tidak  mereka  kenal  lagi,  persaudaraan  di
 kalangan sesama mukmin sudah mereka lupakan,  seseorang  tidak
 sempurna  imannya  sebelum  ia  mencintai  saudaranya  seperti
 mencintai diri sendiri sudah mereka lupakan pula.  Yang  mulai
 berlaku  kemudian  ialah mementingkan diri sendiri, yang mulai
 memegang  peranan  kemudian  ialah  politik  destruktif.  Maka
 pedang  itulah  yang dijadikan juru selamat. Terjadilah mereka
 yang mempergunakan pedang akan binasa oleh pedang.
 
 Berhubung dengan itu, sejak abad  ke-15  Kristen  Eropa  mulai
 bangkit  dengan  jiwa  baru,  yang  barangkali  akan  ada juga
 gunanya buat dunia kalau  tidak  segera  mengalami  kehancuran
 yang    sudah   menjadi   suatu   keharusan   sebagai   akibat
 pecah-belahnya ajaran Kristen menjadi sekte-sekte. Dalam  pada
 itu,  bersamaan dengan masa kebangkitan itu pula bangsa-bangsa
 Islam yang sudah melupakan Islam itu pun mulai pula dihadapkan
 pada  kekerasan  pedang dan akan tetap dihadapkan pada pedang.
 Dan pedang itu  jugalah  yang  dijadikan  juru  selamat  dalam
 berhadapan  dengan  bangsa-bangsa Islam. Dalam hal ini apabila
 pedang yang berbicara, maka segala pikiran, ilmu  pengetahuan,
 segala  kebaikan,  cinta kasih, iman bahkan kemanusiaan, sudah
 tak ada gunanya lagi.
 
 Dikuasainya dunia dewasa ini oleh pedang, ialah karena  adanya
 krisis  rohani  dan psikologi yang telah melandanya dan sampai
 manusia menderita karenanya. Beberapa negara besar yang  telah
 menguasai  dunia  dengan  pedang selama Perang Dunia Pertama -
 yakni duapuluh tahun yang lalu -  mereka  sudah  yakin  sekali
 akan  kenyataan  ini,  dan  lalu  bermaksud  hendak mengadakan
 perdamaian  di  dunia.  Maka   untuk   mencapai   tujuan   ini
 dibangunlah  Liga  Bangsa-bangsa  dan  tugas  liga  ini  ialah
 seperti dalam firman Tuhan:
 
 "Dan apabila ada dua golongan orang-orang  beriman  berkelahi,
 maka  damaikanlah  keduanya  itu.  Tetapi jika salah satu dari
 keduanya membangkang terhadap yang lain,  maka  lawanlah  yang
 membangkang  itu sampai ia kembali kepada perintah Allah. Bila
 mereka kembali, damaikanlah  keduanya  itu  dengan  cara  yang
 adil. Hendaklah berlaku adil. Sesungguhnya orang-orang beriman
 itu bersaudara. Demikianlah kedua golongan saudara  kamu  itu.
 Berbaktilah  kamu  kepada  Allah supaya kamu mendapat rahmat."
 (Qur'an, 49: 9-10)

 Akan tetapi jiwa perdamaian itu belum lagi merata  ke  seluruh
 dunia,  karena  dasar  kebudayaan  yang  kini  berkuasa  ialah
 kebudayaan imperialisma, imperialisma yang  didasarkan  kepada
 nasionalisma dengan segala pertentangannya, dengan segala daya
 upayanya,   setiap   negara   yang   kuat   hendak    mengisap
 negara-negara  kecil  lainnya,  maka  sudah menjadi hak setiap
 bangsa yang masih  dijajah,  bahkan  harus  menjadi  kewajiban
 pertama,  berusaha  menghancurkan  belenggu  si  penjajah itu,
 sebab  penjajahan  itulah  bibit  segala   pemberontakan   dan
 peperangan.   Selama  masih  ada  penjajahan,  perdamaian  tak
 mungkin  terwujud,  peperangan  takkan  berkesudahan,  kecuali
 dalam  bentuk  formalitas  saja. Setiap bangsa, satu sama lain
 akan tetap memandang dengan saling  curiga-mencurigai,  dengan
 hati-hati  dan  menunggu-nunggu  kesempatan  hendak mengadakan
 pembunuhan gelap. Dimana mungkin  ada  perdamaian  kalau  jiwa
 semacam  ini  masih  tetap  berakar!  Perdamaian itu baru ada,
 apabila orang dari pelbagai bangsa dapat mengubah diri. Mereka
 harus benar-benar percaya akan arti perdamaian, memegang teguh
 segala ajaran  yang  didasarkan  pada  perdamaian  dan  dengan
 ikhlas  pula  bersepakat  menghadapi  setiap usaha yang hendak
 mengeruhkannya.
 
 Hal ini baru akan terjadi apabila imperialisma itu sudah tidak
 lagi  menjadi  dasar  kebudayaan dunia, apabila semua orang di
 segenap pelosok bumi ini  sudah  menyadari  kewajibannya  yang
 pokok,  yaitu  yang  kuat  membantu  yang  lemah,  yang  besar
 mengasihi yang kecil, yang  pandai  mau  mendidik  yang  belum
 pandai,  dengan  menyebarkan  sinar  panji ilmu pengetahuan ke
 segenap penjuru bumi, dengan hasrat hendak memberi kebahagiaan
 kepada  umat  manusia,  bukan  hendak mempergunakannya sebagai
 alat memeras bangsa-bangsa lain atas  nama  ilmu  pengetahuan,
 atas nama perkembangan teknologi.

 Apabila  dunia semua sudah memegang prinsip ini, apabila orang
 semua sudah merasa, bahwa dunia semua tanah airnya, dan  bahwa
 mereka  semua  bersaudara,  satu  sama  lain  saling mencintai
 seperti mencintai diri sendiri - ketika itu akan ada toleransi
 antara  sesama  manusia, akan ada keakraban; ketika itu mereka
 akan berdialog dengan bahasa yang tidak lagi seperti sekarang.
 Mereka     akan    saling    percaya-mempercayai,    sekalipun
 masing-masing berjauhan  tempat.  Mereka  semua  akan  bekerja
 untuk kebaikan demi Allah. Ketika itulah segala permusuhan dan
 kebencian akan  terhapus.  Dengan  rahmat  Tuhan  kepada  umat
 manusia,  dan  kerelaan  manusia kepada Tuhan, hanya kebenaran
 yang akan ada, hanya perdamaian yang akan merata.
 
 "Orang-orang  yang  beriman  dan   pengikut-pengikut   Yahudi,
 Nasrani dan orang-orang Shabi'un yang percaya kepada Allah dan
 Hari Kemudian serta mengerjakan perbuatan  yang  baik,  mereka
 akan  mendapat  ganjaran dari Tuhan. Mereka tidak perlu takut,
 tidak usah bersedih hati." (Qur'an, 2: 62)
 
 Adakah dalam hal ini toleransi yang lebih luas dari ini! Orang
 yang  beriman  kepada Allah, kepada Hari Kemudian lalu berbuat
 kebaikan, mereka  akan  mendapat  ganjaran  dari  Tuhan.  Pada
 dasarnya  tiada  perbedaan antara orang-orang yang beriman itu
 dengan mereka yang belum mendapat ajakan Islam,  baik  Yahudi,
 Nasrani  atau  Shabi'un10  (atau Sabian) yang belum dipalsukan
 itu.
 
 Tuhan berfirman:
 
 "Dan ada sebagian Ahli Kitab itu yang beriman kepada Allah dan
 kepada   apa  yang  sudah  diturunkan  kepada  kamu  dan  yang
 diturunkan kepada mereka. Mereka sangat berendah  hati  kepada
 Tuhan,  tidak  menjual  ayat-ayat  Allah  dengan  harga murah.
 Mereka itulah yang akan mendapat ganjaran  dari  Tuhan,  sebab
 Allah sangat cepat memperhitungkan." (Qur'an, 3: 199)
 
 Mana  pula semua itu bila dibandingkan dengan kebudayaan Barat
 yang  kini  menguasai  dunia  dengan  segala  chauvinisma  dan
 fanatisma agamanya serta segala peperangan dan kehancuran yang
 timbul sebagai akibat fanatisma itu!
 
 Inilah semangat jiwa yang begitu tinggi memberikan  toleransi,
 semangat   yang  harus  merata  menguasai  dunia  bila  memang
 dikehendaki supaya perdamaian  itu  bertakhta  di  dunia  demi
 kebahagiaan  umat  manusia. Semangat inilah yang telah membuat
 setiap studi tentang sejarah hidup orang yang  telah  menerima
 wahyu Allah dengan firman ini, menjadi suatu studi ilmiah yang
 benar-benar bersih demi ilmu semata. Masalah-masalah psikologi
 dan  spirituil  yang  hendak  mengantarkan  manusia  ke  jalan
 kebudayaan baru yang selama ini  dicarinya,  seharusnya  sudah
 dapat  diungkapkan  oleh  ilmu  pengetahuan.  Dengan mendalami
 studi demikian ini akan banyak sekali hal-hal yang akan  dapat
 diungkapkan,  yang  sejak  sekian  lama  orang  menduga  tidak
 mungkin  akan  dapat   dianalisa   secara   ilmiah.   Ternyata
 pembahasan-pembahasan  ilmu  jiwa  kemudian  dapat menerangkan
 dengan jelas sekali, terutama  bagi  mereka  yang  memang  mau
 memahaminya.

 Seperti  sudah  kita  lihat,  keluhuran  hidup Muhammad adalah
 hidup manusia yang sudah  begitu  tinggi  sejauh  yang  pernah
 dicapai  oleh  umat  manusia.  Hidup yang penuh dengan teladan
 yang luhur dan indah bagi setiap  insan  yang  sudah  mendapat
 bimbingan  hati  nurani,  yang hendak berusaha mencapai kodrat
 manusia yang lebih sempurna dengan jalan  iman  dan  perbuatan
 yang  baik.  Dimana  pulakah ada suatu keagungan dan keluhuran
 dalam hidup seperti yang terdapat  dalam  diri  Muhammad  ini,
 yang  dalam  hidup  sebelum  kerasulannya  sudah  menjadi suri
 teladan pula sebagai lambang kejujuran, lambang harga diri dan
 tempat   kepercayaan   orang.   Demikian   juga  sesudah  masa
 kerasulannya, hidupnya penuh pengorbanan, untuk  Allah,  untuk
 kebenaran,  dan  untuk itu pula Allah telah mengutusnya. Suatu
 pengorbanan  yang  sudah  berkali-kali  menghadapkan  nyawanya
 kepada  maut. Tetapi, bujukan masyarakatnya sendiri pun - yang
 dalam gengsi dan keturunan ia sederajat dengan mereka  -  yang
 baik  dengan  harta,  kedudukan atau dengan godaan-godaan lain
 -mereka tidak dapat merintanginya.
 
 Kehidupan insani yang begitu luhur dan cemerlang itu belum ada
 dalam   kehidupan   manusia   lain  yang  pernah  mencapainya,
 keluhuran yang sudah meliputi segala segi  kehidupan.  Apalagi
 yang  kita  lihat  suatu  kehidupan manusia yang sudah bersatu
 dengan kehidupan  alam  semesta  sejak  dunia  ini  berkembang
 sampai  akhir  zaman,  berhubungan dengan Pencipta alam dengan
 segala karunia dan pengampunanNya. Kalau tidak  karena  adanya
 kesungguhan dan kejujuran Muhammad menyampaikan risalah Tuhan,
 niscaya  kehidupan  yang  kita  lihat  ini  lambat  laun  akan
 menghilangkan apa yang telah diajarkannya itu.
 
 Tetapi,  seribu  tigaratus  limapuluh  tahun ini sudah lampau,
 namun amanat Tuhan  yang  disampaikan  Muhammad,  masih  tetap
 menjadi  saksi  kebenaran dan bimbingan hidup. Untuk itu cukup
 satu saja kiranya kita kemukakan  sebagai  contoh,  yaitu  apa
 yang  diwahyukan  Allah  kepada  Muhammad,  bahwa  dia  adalah
 penutup para nabi dan para rasul. Empat belas abad sudah lalu,
 tiada  seorang  juga sementara itu yang mendakwakan diri bahwa
 dia seorang nabi atau rasul Tuhan lalu  orang  mempercayainya.
 Sementara  dalam  abad-abad itu memang sudah lahir tokoh-tokoh
 di dunia yang sudah mencapai  kebesaran  begitu  tinggi  dalam
 pelbagai bidang kehidupan, namun anugerah sebagai kenabian dan
 kerasulan tidak sampai kepada mereka. Sebelum Muhammad  memang
 sudah  ada  para  nabi  dan  rasul yang datang silih berganti.
 Mereka semua sudah  memberi  peringatan  kepada  masyarakatnya
 masing-masing  bahwa  mereka  itu  sesat, dan diajaknya mereka
 kepada agama yang benar. Namun tiada seorang  diantara  mereka
 itu  yang  menyebutkan,  bahwa  dia diutus kepada seluruh umat
 manusia, atau bahwa dia adalah  penutup  para  nabi  dan  para
 rasul. Sebaliknya Muhammad, ia mengatakan itu, dan sejarah pun
 sepanjang abad membenarkan kata-katanya. Dan itu  bukan  suatu
 cerita  yang  dibuat-buat, tetapi memang hendak memperkuat apa
 yang sudah ada, serta menjelaskan sesuatunya, sebagai petunjuk
 dan rahmat bagi mereka yang beriman.
 
 Tujuan  pokok  yang  saya harapkan ialah, semoga apa yang saya
 maksudkan  dengan  pembahasan  ini  sudah  akan  memadai  juga
 hendaknya,  dan semoga dengan ini saya sudah merambah jalan ke
 arah  adanya  pembahasan-pembahasan  yang  lebih   dalam   dan
 menyeluruh  dalam  bidangnya.  Saya  sudah berusaha kearah itu
 sekuat kemampuan  saya,  dan  Tuhan  juga  kiranya  yang  akan
 memberi keringanan kepada saya.
 
 "Tuhan  tidak  akan  memaksa seseorang di luar kesanggupannya.
 Segala usaha baik yang dikerjakannya adalah untuk dirinya, dan
 yang sebaliknya pun untuk dirinya pula. 'Ya Allah, jangan kami
 dianggap bersalah, bila  kami  lupa  atau  keliru.  Ya  Allah,
 janganlah  Kaupikulkan  kepada  kami beban seperti yang pernah
 Kaupikulkan kepada mereka yang sebelum kami. Ya Allah,  jangan
 hendaknya  Kaupikulkan  kepada  kami beban yang kiranya takkan
 sanggup kami pikul. Beri  maaflah  kami,  ampunilah  kami  dan
 berilah  kami  rahmat.  Engkau jugalah Pelindung kami terhadap
 mereka yang tiada beriman itu." (Qur'an, 2: 286)
 
 Catatan kaki:
 
  1 Paham jabariyah ini mengatakan bahwa Tuhan menciptakan
    manusia dengan perbuatannya, sehingga manusia tak dapat
    berbuat lain daripada yang sudah ditakdirkan Tuhan (lihat
    catatan di bawah). Paham ini sering disamakan dengan
    'fatalisma' dan 'predestination.' Sebaliknya dari paham
    ini ialah qadariyah yang berpendapat bahwa Tuhan hanya
    menciptakan manusia tapi tidak menciptakan perbuatannya.
    Kedua aliran paham ini timbul sekitar abad ke-8 M.
    Menurut Qur'an (2: 177) rukun iman ada lima, yang keenam,
    yaitu jabariyah tidak ada. Paham ini didasarkan kepada
    hadis, yang menurut beberapa ahli sanadnya tidak begitu
    kuat dan dianggap bertentangan dengan Qur'an (A).
    
  2 Yang dimaksud dengan 'papan abadi' tentunya ialah
    'al-lauh'l-mahfuz' yang secara harfiah 'papan tulis yang
    terjaga' dan secara awam kadang diartikan, bahwa segala
    perbuatan nasib manusia sudah ditakdirkan dan tertulis
    lebih dulu dalam 'papan' ini, sehingga manusia sudah tak
    dapat mengelak lagi. Padahal arti 'lauh mafhuz' yang
    sebenarnya ialah Qur'an (85: 21-22) yang terjaga, yang
    takkan pernah dapat dipalsu atau diubah oleh tangan
    manusia (15: 9). Juga tidak sekali-kali dalam arti materi
    terbuat dari batu, kayu dan sebagainya (A).
    
  3 Ikhtiar disini berarti kemauan bebas atau free will,
    atau sengaja, sebaliknya daripada jabariyah atau
    fatalisma (A).
    
  4 Tawakal atau tawakkal berarti mempercayakan diri kepada
    Allah setelah segala usaha dan daya upaya dilakukan, atau
    seperti kata pepatah 'habis akal barulah tawakal' (A).
    
  5 Determinisma ilmiah, 'dunia sebagai kemauan dan
    pikiran' dan 'evolusi kreatif' ialah beberapa mazhab
    filsafat Barat. Yang pertama menurut pendapat kaum
    Positivist, yang kedua menurut Schopenhauer dan yang
    ketiga menurut Bergson. Di sini tempatnya sangat terbatas
    untuk dapat menguraikan semua ini.
    
  6 Sekedar gambaran, jarak matahari dari bumi 93.000.000
    mil jauhnya. Kecepatan tertinggi yang dapat dicatat oleh
    ilmu pengetahuan sampai sekarang ialah cahaya, yakni
    186.000 mil per detik. Ada beberapa bintang yang demikian
    jauh sehingga cahayanya baru sampai ke bumi sesudah lebil
    dari 2.000.000 tahun (A).
    
  7 Al-Islam wan-Nashrania, p. 122 - 125.
 
  8 Stoa ialah suatu ajaran filsafat Yunani dibangun oleh
    Zeno (336? - 264? sebelum Masehi). Kaum Stoa percaya
    bahwa segala kejadian harus diterima dengan tenang dan
    sabar dan bebas dari segala perasaan benci dan suka,
    sedih dan gembira (A).
    
  9 Kaum Parisi ialah suatu sekte agama Yahudi dahulu kala
    yang memisahkan diri, sangat kaku sekali mempertahankan
    undang-undang agama, baik yang tertulis (Taurat), lisan
    ataupun adat kebiasaan. Lawan sekte Saduki (A).
    
 10 Dalam menafsirkan ayat ini At-Tabari menyebutkan,
    bahwa yang dimaksud dengan orang-orang yang beriman itu
    ialah mereka yang percaya kepada Rasulullah;
    pengikut-pengikut Yahudi ialah orang-orang (yang menganut
    agama) Yahudi. Mereka ini disebut Yahudi karena kata-kata
    mereka juga: inna hudna ilaika - 'kami kembali kepadaMu'
    atau 'kami bertaubat.' Orang-orang Nasrani ialah
    pengikut-pengikut Kristus. Dinamakan Nasrani, satu
    pendapat mengatakan nama itu dinisbatkan kepada Nazareth,
    yaitu nama desa di Palestina tempat Isa dilahirkan, yang
    lain berpendapat, ialah karena ucapan Isa yang mengatakan
    'man anshari ila'llah' ('siapakah penolong-penolongku ke
    jalan Allah'), maka penolong-penolong itu diberi sebutan
    'Nashara' (bentuk jamak 'Nashrani); Shabi'un (atau
    Sabian) menurut satu pendapat ialah mereka yang menyembah
    malaikat. Pendapat lain mengatakan, bahwa mereka ini
    percaya kepada: keesaan Tuhan, tetapi tidak mempunyai
    kitab suci, tak ada nabi dan tidak mengamalkan sesuatu
    selain percaya bahwa tak ada tuhan selain Allah. Pendapat
    ketiga mengatakan, bahwa kaum Shabi'un ini orang-orang
    tidak beragama (Lihat juga catatan bawah halaman 33). Ibn
    Jarir menafsirkan ayat dalam firman Tuhan: "Orang yang
    beriman kepada Allah dan Hari Kemudian" ialah orang yang
    percaya akan hari kebangkitan sesudah mati pada hari
    kiamat, orang berbuat kebaikan dan taat kepada perintah
    Allah, mereka itulah yang akan mendapat ganjaran dari
    Tuhan, yakni mereka akan mendapat pahala dari Tuhan
    karena perbuatan-perbuatan yang baik. Sedang firman
    "mereka tidak perlu takut, tidak usah berduka cita,"
    ialah bahwa mereka tidak perlu takut dalam menghadapi
    hari kebangkitan, juga mereka tidak usah bersedih hati
    akan kehidupan dunia yang ditinggalkannya dalam
    menghadapi pahala dan kenikmatan abadi dari Tuhan. Dalam
    hal ini selanjutnya Ibn Jarir mengatakan, bahwa ayat ini
    ditujukan kepada orang Nasrani yang telah mengajak Salman
    al-Farisi menganut agama mereka. Salah seorang dari
    mereka juga mengatakan kepada Salman bahwa kelak akan
    muncul nabi di negeri Arab dengan menunjukkan sekali akan
    tanda-tanda kenabiannya itu. Dinasehatinya bahwa kalau
    nanti sampai ia mengalami supaya dia pun menjadi
    pengikutnya. Setelah Salman masuk Islam dan hal ini
    disampaikannya kepada Nabi, Nabi berkata: "Salman, mereka
    itu penghuni neraka." Hal ini sangat berkesan sekali pada
    Salman. Maka turunlah ayat ini "Orang-orang yang berirnan
    dari pengikut-pengikut Yahudi," dan seterusnya. Ada lagi
    yang berpendapat bahwa Tuhan telah menghapus ayat
    tersebut dengan firmanNya: "Barangsiapa menerima agama
    selain Islam ia tidak akan diterima." Tetapi Ibn Jarir
    menambahkan: "Apa yang kita sebutkan menurut penafsiran
    yang pertama itu lebih mirip dengan keadaan wahyu menurut
    lahirnya saja, sebab Tuhan tidak mengkhususkan ganjaran
    itu atas perbuatan baik, dengan yang sebagian beriman dan
    yang lain tidak. Predikat dengan kata-kata 'Orang yang
    beriman kepada Allah dan hari kemudian' meliputi semua
    yang disebutkan dalam ayat pertama itu. Barangkali dapat
    juga disebutkan - untuk memperkuat pendapat Ibn Jarir
    mengenai ulasan ayat "Barangsiapa menerima agama selain
    Islam, ia tidak akan diterima," - bahwa itu ditujukan
    kepada orang-orang Islam yang memilih agama lain setelah
    mereka dilahirkan secara Islam atau sesudah beriman
    kepada ajaran Islam. Sebaliknya yang dilahirkan tidak
    sebagai Muslim, ajakan dan ajaran Islam tidak sampai
    kepadanya seperti apa adanya, maka halnya sama dengan
    mereka yang sebelum datangnya kerasulan Muhammad atau
    yang semasa dengan itu tapi belum mengetahui tentang
    ajaran itu dengan sebenarnya. [Lihat tafsir at-Tabarr
    (Jami'l Bayan) Jilid Satu hal. 253 - 257].
 
 ---------------------------------------------
 S E J A R A H    H I D U P    M U H A M M A D
 
 oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
 diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah
 
 Penerbit PUSTAKA JAYA
 Jln. Kramat II, No. 31 A, Jakarta Pusat
 Cetakan Kelima, 1980
 
 Seri PUSTAKA ISLAM No.1

0 komentar:

Post a Comment

Just select text on the page and get instant translation from Google Translate!
Google Translate Client