Selamat Datang Di Emye Private Blog
Membaca, mendengar, dan menterjemahkan Al Qur'an
Sedikit Bigraphy Singkat tentang Aku.
Title

Bapakku

Bapakku yang Sangat Tegas Akan Sesuatu yang Dia Anggap Fundamental, Berprinsip Kuat. Sangat Religius. Jawa Banyumasan. Gualakeee Poll, hehehe...

Read More
Title

Ibuku

Ibuku.., Seorang Wanita yang Sangat Kuat, Tegar dan Banyak Akal. Bisa Menjadi Seorang Ibu Sekaligus "seorang ayah" Juga. Smart dalam bertahan hidup, Sabar di Keseharian, Walau Galak Tapi Pemaaf... Saluut Untukmu Mah...!

Read More
Title

Aku Yang...

Inilah Yang Dulu Selalu Mencari Masalah, dan Terkena Masalah dan Hampir Terkubur Karenanya.. Berharap Maaf dariNYA, Kedua Orangtuaku dan Juga Kalian Semua.. Do'akan RidhoNYA Untukku ya.. Terimakasih Untuk Kalian Semua...

Read More
Title

Rumahku Hidupku..No Place Like Home

Di Sinilah Awal Semua Kisahku.., Di Awali Dengan Kasih Sayang dan Pengharapan dan Di Jalani Dengan Kegilaan lalu Berakhir dengan Keterpurukan. No More Fly..No More Sky and No More Cry...

Read More
Title

Seberkas CahayaNYA...

Menunggu dan Berharap Banyak dariNYA... Jawaban dan Ampunan Setelah Doa-doa yang Kutambatkan.. Setiap Detik, Setiap Saat Sebelum Saat Akhir Hidupku Tiba...

Read More
Title

Pikirkan Dulu!

Pikirkan dan Pertimbangkan Semua Pilihan. Karena Kau Harus Memilih, Gunakan Kata Hatimu. Ambil Apa Yang Baik Dari Kisahku Kawan.. Semua Hikmah. Sekarang atau Tidak Sama Sekali..!!!?

Read More

Sejarah Hidup Rasulullah Muhammad SAW

October 19, 2011
BAGIAN KEDUAPULUH SATU: KHAIBAR DAN UTUSAN KEPADA RAJA-RAJA
 Muhammad Husain Haekal                                   (1/4)
 
    Islam dan reformasi sosial - Khamr di haramkan -
    Utusan-utusan Muhammad kepada raja-raja - Muslimin dan
    orang-orang Yahudi - Ekspedisi Khaibar - Penumpasan
    terakhir atas kekuasaan Yahudi - Jawaban raja-raja
    kepada utusan-utusan Nabi - Menantikan 'Umrah
    Pengganti.
 
 MUHAMMAD dan kaum Muslimin kembali lagi dari Hudaibiya  menuju
 Medinah,  setelah tiga minggu persetujuan antara mereka dengan
 Quraisy itu selesai - yaitu persetujuan yang menyatakan  bahwa
 untuk  tahun ini mereka tidak akan masuk Mekah, dan baru tahun
 berikutnya mereka boleh masuk. Mereka kembali  dengan  membawa
 suatu  perasaan  dalam  hati.  Ada  sebagian mereka yang masih
 beranggapan bahwa isi  persetujuan  itu  tidak  sesuai  dengan
 harga diri kaum Muslimin, sampai akhirnya datang Surah al-Fath
 sementara mereka sedang dalam  perjalanan  itu  dan  Nabi  pun
 telah  pula membacakannya kepada mereka. Sekarang yang menjadi
 pikiran Muhammad  selama  tinggal  di  Hudaibiya  dan  setelah
 kembali  pulang,  ialah  apa  yang  harus  dilakukannya  dalam
 menambah   ketabahan   hati    sahabat-sahabatnya    disamping
 memperluas  penyebaran  dakwah.  Akhirnya  ia berpendapat akan
 mengutus  orang-orang  kepada  Heraklius,  Kisra,   Muqauqis1,
 Najasyi  (Negus)  di  Abisinia,  kepada Harith al-Ghassani dan
 kepada penguasa Kisra di Yaman. Bersamaan dengan itu  dianggap
 perlu sekali menumpas samasekali kekuasaan Yahudi dari seluruh
 jazirah Arab.

 Pada  waktu  itu  ajaran  Islam  sebenarnya   sudah   mencapai
 kematangannya,  sehingga  ia menjadi suatu agama untuk seluruh
 umat manusia, yang tidak  lagi  terbatas  hanya  pada  masalah
 tauhid    serta    segala    konsekwensinya    seperti   dalam
 masalah-masalah ibadat' tetapi juga sudah meluas dan  meliputi
 segala macam kehidupan sosial. Hal ini sesuai dengan kebesaran
 konsep  tauhid  itu  dan  membuat  pembawanya  dapat  mencapai
 kematangan  hidup  insani  serta terlaksananya cita-cita hidup
 yang    lebih    tinggi.    Oleh    karena    itu     turunlah
 peraturan-peraturan  yang  berhubungan  dengan masalah-masalah
 kemasyarakatan.

 Penulis-penulis riwayat hidup Nabi berbeda  pendapat  mengenai
 kapan  diturunkannya  larangan khamr (minuman keras). Ada yang
 mengatakan dalam tahun ke empat Hijrah. Tetapi sebagian  besar
 mengatakan  dalam  masa  Hudaibiya.  Idea  larangan  khamr ini
 sosial sifatnya, yang tak ada hubungannya dengan  tauhid  dari
 segi  tauhid  an  sich.  Bukti  yang lebih jelas dalam hal ini
 ialah, bahwa larangan itu disebutkan dalam Qur'an baru sekitar
 duapuluh tahun kemudian setelah kerasulan Nabi, dan selama itu
 pula Muslimin tetap minum khamr sampai datangnya larangan. Dan
 bukti  yang  lebih  jelas  lagi  dalam  hal  ini  ialah, bahwa
 larangan   itu    tidak    sekaligus    turunnya,    melainkan
 berangsur-angsur   sehingga  kaum  Muslimin  dapat  mengurangi
 kebiasaan itu sedikit  demi  sedikit.  Bilamana  larangan  itu
 kemudian  datang,  maka mereka pun berhenti minum. Dalam suatu
 sumber tentang Umar bin'l-Khattab disebutkan, bahwa ketika  ia
 bertanya  tentang  khamr itu ia berkata: "Ya Allah, berikanlah
 penjelasannya kepada kami." Lalu turun ayat ini:
 
 "Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi.  Katakanlah,
 dalam  keduanya  itu  terdapat  dosa  besar  dan  juga  banyak
 manfaatnya buat  manusia,  tetapi  dosanya  lebih  besar  dari
 manfaatnya." (Qur'an, 2: 219)
 
 Oleh karena sesudah turunnya ayat ini kaum Muslimin belum juga
 mau berhenti, bahkan dari  mereka  ada  yang  sepanjang  malam
 minum  sampai  berlimpah-limpah,  sehingga  bila  mereka pergi
 sembahyang sudah tidak tahu lagi apa yang mereka baca, kembali
 lagi  Umar  berkata:  "Ya Allah, jelaskanlah kepada kami hukum
 khamr itu, sebab ini  menyesatkan  pikiran  dan  harta,"  maka
 turun ayat ini:
 
 "Orang-orang yang beriman. Janganlah kamu melakukan sembahyang
 sementara kamu dalam keadaan mabuk  supaya  kamu  ketahui  apa
 yang kamu baca." (Qur'an, 4: 43)
 
 Pada waktu itu muazzin Rasul pada waktu sembahyang berseru:
 
 "Orang yang mabuk jangan ikut sembahyang!"
 
 Sekalipun   yang  demikian  ini  membawa  akibat  berkurangnya
 minuman itu dan dari segi ini pula  pengaruhnya  cukup  besar,
 sehingga  sudah banyak dari mereka itu yang mengurangi minuman
 khamr sedapat mungkin, namun beberapa waktu  kemudian  kembali
 Umar berkata lagi:
 
 "Ya  Allah,  jelaskanlah kepada kami hukum khamr itu, jelaskan
 dengan  tegas,  sebab  ini  menyesatkan  pikiran  dan  harta."
 Sebenarnya   tepat   sekali  Umar  berkata  begitu,  mengingat
 orang-orang Arab - termasuk juga  kaum  Musliminnya  -  dengan
 minuman  demikian  itu  mereka  jadi kacau, saling bertengkar,
 saling menarik janggut dan saling  memukul  kepala  satu  sama
 lain.
 
 Pernah  ada  orang  dari  kalangan mereka itu mengadakan pesta
 makan  minum.  Setelah  mereka  dalam  keadaan  mabuk,   pihak
 Muhajirin  dan  Anshar  mulai  saling  adu  mulut.  Yang  satu
 menunjukkan sikap  fanatiknya  kepada  Muhajirin  sedang  yang
 fanatik  kepada  Anshar  mengambil sebatang tulang kepala unta
 yang mereka  makan  lalu  dipukulkan  kehidung  salah  seorang
 Muhajirin.  Ada  lagi  dua  kelompok  suku sedang mabuk-mabuk.
 Mereka saling bertengkar,  lalu  saling  bertikaman.  Diantara
 mereka timbul rasa benci-membenci, sedang sebelum itu hubungan
 mereka hidup rukun dan saling cinta-mencintai.  Ketika  itulah
 firman Tuhan ini turun:
 
 "Orang-orang   yang   beriman!  Bahwasanya  khamr,  perjudian,
 berhala, mengadu nasib dengan  panah,  adalah  perbuatan  keji
 yang  termasuk  perbuatan  setan.  Hindarilah  itu supaya kamu
 beruntung. Tentu setan bermaksud hendak menimbulkan permusuhan
 dan   kebencian  di  kalangan  kamu  dengan  jalan  khamr  dan
 perjudian itu, merintangi kamu dari mengingat Allah  dan  dari
 sembahyang. Maka maukah kamu menghentikan?" (Qur'an, 5 90-91)
 
 Ketika  ada  pelarangan  khamr,  waktu  itu Anas yang bertugas
 sebagai pelayan. Setelah didengarnya ada orang yang menyerukan
 bahwa minuman itu dilarang, cepat-cepat cairan itu dibuangnya.
 Tetapi ada orang-orang yang  bagi  mereka  soal  larangan  ini
 belum jelas, mereka berkata: mungkinkah khamr itu keji padahal
 sudah di perut si anu dan si fulan, yang sudah terbunuh  dalam
 perang  Uhud, juga dalam perut si anu dan si anu yang terbunuh
 dalam perang Badr? Maka firman Tuhan ini turun:
 
 "Tiada berdosa orang-orang yang beriman dan  yang  mengerjakan
 perbuatan-perbuatan  yang  baik,  karena  makanan  yang  telah
 mereka makan dahulu, asal saja mereka  tetap  memelihara  diri
 dari     kejahatan,     tetap    beriman    dan    mengerjakan
 perbuatan-perbuatan yang baik. Kemudian mereka tetap  bertakwa
 dan  beriman  kemudian  bertakwa  dan  berbuat kebaikan. Tuhan
 menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan." (Qur'an, 5: 93)
 
 Segala perhuatan baik dan kasih sayang yang dianjurkan  Islam,
 mengajak  orang  selalu  melakukan amal kebaikan, latihan jiwa
 dan watak yang terdapat dalam ibadat, fungsi ruku'  dan  sujud
 dalam  sembahyang  yang  telah  mcnghapuskan kecongkakan hati,
 semua  itu   merupakan   pelengkapan   yang   wajar   terhadap
 agama-agama  yang  sebelumnya  dan yang menyebabkan ajaran ini
 tertuju kepada semua umat manusia.

 Pada waktu  itu  Heraklius  dan  Kisra  masing-masing  sebagai
 kepala  kerajaan  Rumawi  dan  Persia,  dua buah kerajaan yang
 terkuat  pada  zamannya  merupakan  dua   orang   yang   telah
 menentukan   jalannya   politik   dunia  serta  nasib  seluruh
 penduduknya. Perang antara dua kerajaan ini berkecamuk  dengan
 kemenangan  yang selalu silih berganti seperti yang sudah kita
 lihat. Pada  mulanya  Persia  adalah  pihak  yang  menang.  Ia
 menguasai   Palestina  dan  Mesir,  menaklukkan  Bait'l-Maqdis
 (Yerusalem) dan berhasil membawa Salib Besar (The True Cross).
 Kemudian  giliran Persia mengalami kekalahan lagi. Panji-panji
 Bizantium kembali berkibar lagi di  Mesir,  di  Suria  dan  di
 Palestina,  dan  Heraklius berhasil mengen-balikan salib itu -
 setelah  ia  bernadar  -  bahwa  kalau   ia   telah   mencapai
 kemenangan,  ia  akan  berziarah  ke Yerusalem dengan berjalan
 kaki dan mengembalikan salib ke tempatnya.
 
 Kalau saja orang ingat  akan  kedudukan  kedua  kerajaan  itu,
 orang akan dapat mengira-ngirakan betapa besarnya dua nama itu
 telah dapat menimbulkan kegentaran dan ketakutan  dalam  hati.
 Tiada   sebuah   kerajaan  pun  yang  pernah  berpikir  hendak
 melawannya. Yang terlintas dalam pikiran  orang  ialah  hendak
 membina   persahabatan   dengan   kedua  kerajaan  itu.  Kalau
 kerajaan-kerajaan dunia yang terkenal  pada  waktu  itu  sudah
 begitu  semua  keadaannya,  maka tidak aneh bila negeri-negeri
 Arab itu pun akan demikian pula. Yaman dan Irak waktu  itu  di
 bawah  pengaruh  Persia,  sedang Mesir sampai ke Syam di bawah
 pengaruh  Heraklius.  Pada  waktu  itu   Hijaz   dan   seluruh
 semenanjung  jazirah  terkurung dalam lingkaran pengaruh kedua
 kemaharajaan itu. Kehidupan orang Arab  pada  masa  itu  hanya
 tergantung  pada soal perdagangan dengan Yaman dan Syam. Dalam
 hal ini perlu sekali mereka mengambil hati Kisra dan Heraklius
 supaya  kekuasaan  kedua  kerajaan  itu  jangan sampai merusak
 perdagangan mereka. Di samping itu kehidupan orang-orang  Arab
 itu   tidak   lebih   daripada   kabilah-kabilah,  yang  dalam
 bermusuhan, kadang keras, kadang lunak. Tak ada sesuatu ikatan
 diantara  mereka  yang  akan merupakan suatu kesatuan politik,
 yang akan dapat  mereka  pikirkan  dalam  menghadapi  pengaruh
 kedua kerajaan raksasa itu.
 
 Oleh  karena  itu  mengherankan  sekali  jika  pada  waktu itu
 Muhammad berpikir hendak mengirimkan  utusan-utusannya  kepada
 kedua  penguasa  besar itu - juga kepada Ghassan. Yaman, Mesir
 dan Abisinia. Diajaknya mereka itu meinganut  agamanya,  tanpa
 ia merasa kuatir akan segala akibat yang mungkin timbul karena
 tindakannya itu, dan yang  mungkin  juga  akan  dapat  membawa
 seluruh  negeri Arab itu tunduk dibawah cengkeraman Persia dan
 Bizantium.
 
 Akan tetapi kenyataannya  Muhammad  tidak  ragu-ragu  mengajak
 semua  raja-raja  itu  menganut  agama yang benar. Bahkan pada
 suatu hari ia pergi menemui sahabat-sahabatnya dan berkata:
 
 "Saudara-saudara. Tuhan mengutus saya  adalah  sebagai  rahmat
 kepada   seluruh   umat   manusia.  Janganlah  saudara-saudara
 berselisih  pendapat  tentang  saya,  seperti  kaum  Hawariyun
 (pengikut-pengikut Almasih) tentang Isa anak Mariam."
 
 "Rasulullah,"      kata     sahabat-sahabatnya.     "Bagaimana
 pengikut-pengikut Isa itu berselisih pendapat?"
 
 "Ia  mengajak  mereka  kepada  apa  yang  seperti  saya   ajak
 saudara-saudara.  Orang  yang  diutusnya ke tempat yang dekat,
 orang itu menerima dan dengan senang hati. Tetapi  orang  yang
 diutusnya  ke  tempat  yang  jauh, muka orang itu terpaksa dan
 segan-segan."
 
 Kemudian dikatakannya kepada mereka  bahwa  ia  akan  mengutus
 orang-orang  kepada  Heraklius, kepada Kisra, Muqauqis, Harith
 al-Ghassani raja Hira, Harith al-Himyari raja Yaman dan kepada
 Najasi  di  Abisinia.  Akan  diajaknya mereka itu masuk Islam.
 Sahabat-sahabatnya menyatakan mereka bersedia  melakukan  itu.
 Lalu   dibuatnya   sebentuk  cincin  dari  perak  bertuliskan:
 "Muhammad Rasulullah."
 
 Isi surat-surat yang dikirimkan itu seperti contoh  yang  kita
 kemukakan kepada pembaca, yaitu suratnya kepada Heraklius yang
 berbunyi:
 
 "Dengan nama Allah,  Pengasih  dan  Penyayang.  Dari  Muhammad
 hamba  Allah kepada Heraklius pembesar Rumawi. Salam sejahtera
 kepada orang yang sudi mengikut petunjuk yang benar.
 
 Kemudian daripada itu. Dengan ini saya mengajak tuan  menuruti
 ajaran Islam. Terimalah ajaran Islam, tuan akan selamat. Tuhan
 akan memberi pahala dua kali kepada tuan. Kalau tuan mengelak,
 maka  dosa  orang-orang  arisiyin2 menjadi tanggungiawab tuan.
 Wahai orang-orang Ahli Kitab. Marilah sama-sama kita berpegang
 pada  kata  yang sama antara kami dan kamu yakni bahwa tak ada
 yang  kita  sembah  selain   Allah   dan   kita   tidak   akan
 mempersekutukanNya  dengan  apa  pun,  bahwa  yang satu takkan
 mengambil yang lain menjadi tuhan selain Allah.  Tetapi  kalau
 mereka  mengelak  juga,  katakanlah kepada mereka, saksikanlah
 bahwa kami ini orang-orang Islam."
 
 Surat kepada Heraklius  itu  kemudian  dibawa  oleh  Dihya  b.
 Khalifa,  surat  kepada Kisra dibawa oleh Abdullah b. Hudhafa,
 surat  kepada  Najasyi  oleh  'Amr  b.  Umayya,  surat  kepada
 Muqauqis oleh Hatib b. Abi Balta'a, surat kepada penguasa Oman
 oleh 'Amr bin'l-'Ash, surat kepada penguasa Yamama oleh  Salit
 b.    'Amr,   surat   kepada   raja   Bahrain   oleh   al-'Ala
 bin'l-Hadzrami,  surat   kepada   Harith   al-Ghassani,   raja
 perbatasan  Syam,  oleh  Syuja'  b.  Wahb, surat kepada Harith
 al-Himyari, raja Yaman, oleh Muhajir b. Umayya.
 
 Mereka semua berangkat masing-masing  menuju  ke  tempat  yang
 telah  ditugaskan oleh Nabi. Mereka berangkat dalam waktu yang
 bersamaan  menurut  pendapat  sebagian  besar  penulis-penulis
 sejarah,  sebagian  lagi  berpendapat  mereka  berangkat dalam
 waktu berlain-lainan.
                                     (bersambung ke bagian 2/4)
 
 ---------------------------------------------

0 komentar:

Post a Comment

Just select text on the page and get instant translation from Google Translate!
Google Translate Client