Selamat Datang Di Emye Private Blog
Membaca, mendengar, dan menterjemahkan Al Qur'an
Sedikit Bigraphy Singkat tentang Aku.
Title

Bapakku

Bapakku yang Sangat Tegas Akan Sesuatu yang Dia Anggap Fundamental, Berprinsip Kuat. Sangat Religius. Jawa Banyumasan. Gualakeee Poll, hehehe...

Read More
Title

Ibuku

Ibuku.., Seorang Wanita yang Sangat Kuat, Tegar dan Banyak Akal. Bisa Menjadi Seorang Ibu Sekaligus "seorang ayah" Juga. Smart dalam bertahan hidup, Sabar di Keseharian, Walau Galak Tapi Pemaaf... Saluut Untukmu Mah...!

Read More
Title

Aku Yang...

Inilah Yang Dulu Selalu Mencari Masalah, dan Terkena Masalah dan Hampir Terkubur Karenanya.. Berharap Maaf dariNYA, Kedua Orangtuaku dan Juga Kalian Semua.. Do'akan RidhoNYA Untukku ya.. Terimakasih Untuk Kalian Semua...

Read More
Title

Rumahku Hidupku..No Place Like Home

Di Sinilah Awal Semua Kisahku.., Di Awali Dengan Kasih Sayang dan Pengharapan dan Di Jalani Dengan Kegilaan lalu Berakhir dengan Keterpurukan. No More Fly..No More Sky and No More Cry...

Read More
Title

Seberkas CahayaNYA...

Menunggu dan Berharap Banyak dariNYA... Jawaban dan Ampunan Setelah Doa-doa yang Kutambatkan.. Setiap Detik, Setiap Saat Sebelum Saat Akhir Hidupku Tiba...

Read More
Title

Pikirkan Dulu!

Pikirkan dan Pertimbangkan Semua Pilihan. Karena Kau Harus Memilih, Gunakan Kata Hatimu. Ambil Apa Yang Baik Dari Kisahku Kawan.. Semua Hikmah. Sekarang atau Tidak Sama Sekali..!!!?

Read More

Sejarah Hidup Rasulullah Muhammad SAW

October 19, 2011
 
BAGIAN KEDUAPULUH SATU: KHAIBAR DAN UTUSAN KEPADA RAJA-RAJA
 Muhammad Husain Haekal                                   (2/4)
 
 Tindakan Muhammad mengirim utusan-utusan itu memang  luarbiasa
 sekali menakjubkan. Betapa tidak! Belum selang tigapuluh tahun
 sesudah   itu   daerah-daerah   tempat    Muhammad    mengirim
 utusan-utusannya  itu  telah  dimasuki  oleh kaum Muslimin dan
 sebagian  besar  mereka  telah  beragama  Islam.  Akan  tetapi
 ketakjuban  akan  segera  hilang  bila kita ingat, bahwa kedua
 imperium raksasa ini, yang telah mengemudikan  jalannya  dunia
 masa  itu,  dengan  peradabannya  yang telah menguasai seluruh
 dunia, mereka  ini  saling  memperebutkan  kemenangan  materi,
 sementara  kekuatan  rohani  keduanya sudah rontok dan hilang.
 Persia sendiri sudah terbagi antara paganisma  dan  Mazdaisma.
 Demikian  juga  agama  Kristen di Bizantium sudah goyah sekali
 karena adanya pelbagai macam aliran  sekta  dan  golongan.  Ia
 sudah  tidak lagi merupakan suatu ajaran yang utuh, yang dapat
 menggerakkan dan memberi tenaga hidup ke dalam  jiwa  manusia.
 Malahan  ia  sudah  berbalik  menjadi  sekadar upacara-upacara
 serta  tradisi  yang  dielu-elukan  oleh  pemuka-pemuka  agama
 kedalam  pikiran  orang-orang  awam  supaya  dapat  mereka itu
 dikuasai dan diperkuda. Sedang ajaran baru  yang  dibawa  oleh
 Muhammad  dasarnya adalah kekuatan rohani yang murni. Ia dapat
 mengangkat martabat  manusia  ke  tingkat  yang  lebih  tinggi
 sesuai  dengan sifat kemanusiaannya. Apabila materi dan rohani
 itu bertemu, kepentingan yang bersifat sementara  bertentangan
 dengan  yang  abadi  sifatnya,  maka  segala  materi  dan yang
 bersifat sementara itu akan kalah adanya.
 
 Disamping semua itu, baik Persia  mau  pun  Bizantium,  dengan
 besarnya  kekuasaan  yang  ada  pada mereka, sebenarnya mereka
 sudah sama-sama kehilangan tenaga  inisiatif  dan  kreatifnya.
 Dalam bidang pemikiran, dalam mengembangkan selera dan bekerja
 mereka hanya sekedar meniru dan meneruskan  yang  ada.  Segala
 macam  pembaruan  dianggap  bid'ah (menyimpang dari agama) dan
 setiap penyimpangan adalah sesat.

 Masyarakat manusia seperti pribadi manusia dan seperti  setiap
 makhluk hidup juga, ia selalu berkembang setiap hari. Kalau ia
 masih muda belia,  maka  perkembangannya  bersifat  membentuk,
 membangun  dan  menambaqh  vitalitas  dalam  hidupnya sendiri.
 Dengan demikian, hidupnya itu akan menyusut terus-menerus,  ia
 akan   meluncur   turun  sampai  ke  dasarnya  yang  terakhir.
 Masyarakat manusia yang sudah meluncur turun sampai kedasarnya
 itu,  nasibnya akan dibentuk dalam bentuk yang baru samasekali
 oleh unsur dari luar dengan segala kesemarakan hidupnya. Unsur
 dari  luar yang penuh dengan tenaga hidup yang bersemarak itu,
 di samping Persia dan  Bizantium,  adanya  bukan  di  bilangan
 Tiongkok  atau  India,  juga  bukan  di  tengah-tengah  Eropa,
 melainkan unsur itu ialah Muhammad sendiri.
 
 Sudah wajar sekali bila ajarannya yang  segar  bersemarak  itu
 akan  dapat  mengembalikan  denyutan  hidup  baru  yang  penuh
 vitalitas ke dalam jiwa yang sedang mengalami kehancuran  dari
 dalam  itu,  yang  disebabkan  oleh pengaruh tradisi agama dan
 takhayul, yang sudah hidup berakar menggantikan kedudukan iman
 dan  akidah. Kerdip iman baru yang telah menyinari kalbu Rasul
 itu, kekuatan jiwanya yang sudah  melampaui  segala  kekuatan,
 itulah   yang   memberikan   ilham  kepadanya  untuk  mengirim
 utusan-utusan mengajak pembesar-pembesar  dunia  itu  mengenal
 ajaran  Islam,  sebagai agama yang benar, agama yang sempurna,
 agama Allah Yang Maha Agung. Mengajak  mereka  mengenal  agama
 yang  akan  membebaskan  pikiran manusia supaya dapat menilai,
 akan membebaskan jantung orang supaya dapat  menyadari,  dapat
 berpikir.  Dalam  sistem hidup berakidah dan bermasyarakat, ia
 telah meletakkan kaidah-kaidah umum  buat  manusia  yang  akan
 merupakan keseimbangan antara kemampuan rohani dengan kekuatan
 materi  yang  akan  dapat   menguasai   jiwa.   Dengan   jalan
 keseimbangan  itu  manusia  akan  dapat mencapai tujuan berupa
 kekuatan dalam menghadapi hidup, suatu  kekuatan  yang  bersih
 dari  segala  kelemahan  dan  kecongkakan  hati. Dengan sistem
 masyarakat demikian itu manusia akan  sampai  ke  tempat  yang
 lebih   baik  seperti  yang  diharapkan,  setelah  ia  melalui
 pelbagai  macam  proses  evolusinya  di  tengah-tengah   semua
 makhluk alam ini.

 Adakah   Muhammad   akan   mengirim   utusan-utusannya  kepada
 raja-raja itu kalau ia masih kuatir akan adanya  pengkhianatan
 pihak Yahudi yang tinggal di sebelah utara Medinah? Memang dia
 sudah membuat perjanjian Hudaibiya. Dari pihak  Quraisy  sudah
 aman,  dari  sebelah  selatan  juga  sudah  aman.  Tetapi dari
 sebelah utara  ia  tidak  akan  merasa  aman  sekiranya  nanti
 Heraklius  atau  Kisra  datang meminta bantuan Yahudi Khaibar,
 atau juga dendam lama  dalam  hati  mereka  itu  akan  bangkit
 kembali,  akan  mengingatkan mereka kepada Banu Quraidza, Banu
 Nadzir  dan  Banu  Qainuqa,  saudara-saudara  mereka  seagama.
 Perkampungan  mereka  oleh  Muhammad telah dikosongkan setelah
 dikepung dan  terjadi  pertempuran  serta  pertumpahan  darah.
 Orang-orang  Yahudi  memusuhinya  lebih  sengit  lagi daripada
 Quraisy, sebab mereka lebih bertahan dengan agama  mereka  itu
 daripada  Quraisy. Juga di kalangan mereka orang cerdik pandai
 lebih banyak daripada di kalangan Quraisy. Memang tidak  mudah
 mengadakan   perjanjian   perdamaian   dengan  mereka  seperti
 perdamaian  Hudaibiya,  juga  ia  tidak  akan  merasa   tenang
 terhadap mereka melihat permusuhan yang terjadi dahulu, mereka
 sebagai pihak yang tidak pernah menang.  Wajar  sekali  mereka
 akan  mengadakan  pembalasan bila saja mereka mendapatkan bala
 bantuan dari pihak  Heraklius.  Jadi  kalau  begitu  kekuasaan
 orang-orang  Yahudi  itu  harus  juga  ditumpas  sampai habis,
 sehingga samasekali mereka tidak  akan  bisa  lagi  mengadakan
 perlawanan   di   negeri-negeri   Arab.   Dan  hal  ini  harus
 cepat-cepat  dilaksanakan,  sebelum  ada  waktu   yang   cukup
 terluang  buat mereka guna meminta bantuan pihak Ghatafan atau
 kabilah-kabilah lain yang membantu mereka dan sedang  memusuhi
 Muhammad.
 
 Yang demikian inilah yang harus dilaksanakan.
 
 Sekembalinya  dari  Hudaibiya - menurut sebuah sumber ia hanya
 tinggal limabelas malam, sumber lain  menyatakan  satu  bulan.
 Disuruhnya  supaya  orang bersiap-siap untuk menyerbu Khaibar,
 dengan syarat hanya mereka yang ikut ke  Hudaibiya  saja  yang
 boleh  menyerbu, juga harus sukarela tanpa ada rampasan perang
 yang akan dibagikan.
 
 Sebanyak seribu  enam  ratus  orang  dengan  seratus  kavaleri
 Muslimin  itu  sekarang  berangkat  lagi. Mereka semua percaya
 akan adanya pertolongan Tuhan, mereka masih ingat akan  firman
 Tuhan dalam Surah Al-Fath yang turun semasa Hudaibiya.
 
 "Orang-orang  yang tinggal di belakang itu akan berkata ketika
 kamu berangkat mengambil harta rampasan perang:  Biarlah  kami
 turut  bersama-sama  kamu.  Mereka  hendak  mengubah  perintah
 Tuhan. Katakanlah: Kamu tidak akan  turut  bersama-sama  kami.
 Begitulah Allah telah menyatakan sejak dulu. Nanti mereka akan
 berkata lagi: Tetapi kamu dengki kepada  kami.  Tidak.  Mereka
 yang mengerti hanya sedikit saja." (Qur'an, 48: 15)
 
 Jarak  antara  Khaibar  dengan Medinah itu mereka tempuh dalam
 waktu tiga hari. Dengan tiada mereka rasakan ternyata malamnya
 mereka  telah  berada  di depan perbentengan Khaibar. Keesokan
 harinya  bila  pekerja-pekerja  Khaibar  berangkat  kerja   ke
 ladang-ladang  dengan  membawa  sekop  dan  keranjang, setelah
 melihat   pasukan   Muslimin,    mereka    berlarian    sambil
 berteriak-teriak:
 
 "Muhammad dengan pasukannya!"
 
 Ketika mendengar suara mereka itu Rasul berkata:
 
 "Khaibar  binasa. Apabila kami sampai di halaman golongan ini,
 maka pagi  itu  amat  buruk  buat  mereka  yang  telah  diberi
 peringatan itu."

 Akan  tetapi  Yahudi  Khaibar  memang  sudah  menanti-nantikan
 Muhammad akan menyerang mereka.  Mereka  ingin  mencari  jalan
 membebaskan  diri.  Sebagian  mereka  ini ada yang menyarankan
 supaya cepat-cepat dibentuk sebuah  blok,  yang  terdiri  dari
 mereka  dan  Yahudi  Wadi'l-Qura dan Taima, yang akan langsung
 menyerbu Yathrib (Medinah) tanpa  menggantungkan  diri  kepada
 kabilah-kabilah  Arab  yang  lain.  Sedang  yang sebagian lagi
 berpendapat  supaya  masuk  saja   bersekutu   dengan   Rasul,
 kalau-kalau kebencian terhadap mereka dapat terhapus dari hati
 kaum Muslimin - terutama dari pihak  Anshar  -  setelah  dalam
 kenyataan  Huyayy  b.  Akhtab  dan  segolongan  Yahudi lainnya
 terlibat dalam  usaha  menghasut  kabilah-kabilah  Arab  untuk
 menyerang  Medinah  dan  secara  kekerasan  mengadakan  perang
 Parit. Akan tetapi semangat kedua belah pihak sudah  memuncak,
 sehingga  sebelum  terjadi  perang  pihak Muslimin sudah lebih
 dulu    berhasil    menewaskan    pemimpin-pemimpin    Khaibar
 masing-masing  Sallam  b.  Abi'l-Huqaiq  dan Yasir ibn Razzam.
 Oleh karena golongan Yahudi selalu  mengadakan  kontak  dengan
 Ghatafan  tatkala  pertama  kali  tersiar berita Muhammad akan
 menyerang   mereka,   cepat-cepat   mereka   meminta   bantuan
 kabilah-kabilah  itu.  Mengenai  Ghatafan ini, para ahli masih
 berbeda pendapat: Jadikah kabilah ini memberikan bala bantuan,
 ataukah  pasukan  Muslimin  sudah  memutuskan  hubungan dengan
 Khaibar?
 
 Lepas dari apakah Ghatafan ini sampai  membantu  pihak  Yahudi
 atau malah menjauhkan diri setelah Muhammad menjanjikan hendak
 memberikan harta rampasan  perang  nanti,  namun  kenyataannya
 peperangan  ini merupakan perang terbesar yang pernah terjadi;
 mengingat  pula  kelompok-kelompok  Yahudi  di   Khaibar   ini
 merupakan  koloni  Israil  yang  terkuat  yang paling kaya dan
 paling  besar  pula  persenjataannya.  Disamping   itu   pihak
 Muslimin  pun  sudah  yakin  sekali, bahwa selama Yahudi tetap
 menjadi duri dalam daging seluruh  jazirah,  maka  selama  itu
 pula  persaingan  antara agama Musa dengan agama baru ini akan
 jadi panjang tanpa dapat mencapai suatu  penyelesaian.  Dengan
 demikian mereka terjun menyabung nyawa tanpa ragu-ragu lagi.
 
 Sebaliknya  pihak  Quraisy  dan  seluruh jazirah Arab berbaris
 menonton peperangan ini. Dari kalangan Quraisy sampai ada yang
 berani  bertaruh  mengenai kesudahan perang itu dan siapa pula
 yang  akan  menang.  Kebanyakan  Quraisy  mengharapkan   pihak
 Muslimin   akan   mengalami   kehancuran,   melihat   kukuhnya
 benteng-benteng Khaibar yang sudah terkenal serta letaknya  di
 atas  batu-batu karang dan gunung, disamping pengalaman mereka
 yang cukup lama dalam medan perang.

 Dengan persiapan senjata yang  cukup  kaum  Muslimin  sekarang
 sudah berada di depan perbentengan Khaibar. Yahudi juga sedang
 berunding dengan sesama  mereka.  Pemimpin  mereka  Sallam  b.
 Misykam  menyarankan,  supaya  harta-benda  dan sanak keluarga
 mereka dimasukkan ke dalam benteng Watih  dan  Sulalim,  bahan
 makanan  dan  perlengkapan  dimasukkan ke dalam benteng Na'im,
 perajurit dan barisan penggempur dimasukkan ke  dalam  benteng
 Natat  dan  Sallam  b.  Misykam  sendiri  bersama-sama mereka,
 mengerahkan mereka dalam peperangan.
 
 Sekarang kedua belah pihak sudah berhadap-hadapan  di  sekitar
 benteng  Natat dan pertempuran mati-matian sudah pula dimulai.
 Dalam hal ini sampai ada yang berkata:  "Yang  luka-luka  dari
 pihak  Muslimin  sebanyak limapuluh orang. Apalagi jumlah yang
 luka-luka dari pihak Yahudi."
 
 Setelah Sallam b. Misykam  tewas,  maka  pimpinan  pasukan  di
 pegang oleh Harith b. Abi Zainab. Ia keluar dari benteng Na'im
 itu dengan maksud hendak menggempur  pasukan  Muslimin  Tetapi
 oleh  Khazraj  ia  dapat dihalau dan dipaksa kembali mundur ke
 bentengnya. Pihak Muslimin lalu memperketat  kepungannya  atas
 benteng-benteng  Khaibar  itu  sedang pihak Yahudi mati-matian
 mempertahankan  dengan  keyakinan,  bahwa   kekalahan   mereka
 menghadapi Muhammad berarti suatu penumpasan terakhir terhadap
 Banu Israil di negeri-negeri Arab.
 
 Hal ini  berlangsung  selama  beberapa  hari.  Kemudian  Rasul
 menyerahkan  bendera  kepada  Abu Bakr supaya memasuki benteng
 Na'im. Tetapi setelah terjadi  pertempuran  ia  kembali  tanpa
 berhasil  menaklukkan  benteng itu. Keesokan harinya pagi-pagi
 Rasui menugaskan Umar bin'l-Khattab. Tetapi dia pun  mengalami
 nasib  yang  sama  seperti Abu Bakr. Sekarang Ali b. Abi Talib
 yang dipanggilnya seraya katanya:
 
 "Pegang bendera ini dan bawa  terus  sampai  Tuhan  memberikan
 kemenangan kepadamu."

 Ali  berangkat  membawa  bendera  itu. Setelah ia berada dekat
 dari benteng, penghuni benteng itu  keluar  menghadapinya  dan
 seketika  itu  juga  pertempuran  pun  terjadi.  Salah seorang
 Yahudi  dapat  memukulnya  dan  perisai  yang   di   tangannya
 terlempar.  Tetapi Ali segera menyambar daun pintu yang ada di
 benteng dan dengan memperisaikan  daun  pintu  yang  masih  di
 tangan  itu  ia  terus  bertempur.  Benteng itu akhirnya dapat
 didobraknya. Kemudian daun pintu  tadi  dijadikannya  jembatan
 dan  dengan  "jembatan"  ini  kaum  Muslimin dapat menyeberang
 masuk ke dalam benteng itu. Akan tetapi benteng Na'im ini baru
 jatuh  setelah komandannya, Harith b. Abi Zainab terbunuh. Hal
 ini menunjukkan betapa sebenarnya pihak Yahudi itu mati-matian
 bertempur  dan  betapa  pula  pihak  Muslimin juga mati-matian
 mengepung dan menyerbu.
 
 Setelah  benteng  Na'im   jatuh,   sekarang   pihak   Muslimin
 menaklukkan   benteng   Qamush   setelah  lebih  dulu  terjadi
 pertempuran sengit. Oleh karena persediaan bahan makanan  pada
 mereka  (Muslimin)  sudah  tidak  mencukupi  lagi terpaksa ada
 beberapa orang yang datang kepada Muhammad mengeluh, dan minta
 sesuatu  sekadar dapat menyambung hidup, dan oleh karena tidak
 ada sesuatu yang dapat diberikannya kepada  mereka  itu,  maka
 mereka  diijinkan  makan  daging  kuda.  Dalam  pada itu salah
 seorang dari pihak  Muslimin  melihat  ada  sekawanan  kambing
 memasuki  salah  satu  benteng  Yahudi  itu.  Dua ekor kambing
 diantaranya dapat mereka tangkap,  lalu  mereka  sembelih  dan
 mereka makan bersama-sama.
 
 Akan  tetapi,  setelah  mereka  menaklukkan  benteng  Sha'b b-
 Mu'adh, kebutuhan mereka sekarang sudah tidak begitu  mendesak
 lagi,  sebab  ternyata  di tempat ini persediaan makanan cukup
 banyak,  yang  akan  memungkinkan   lagi   mereka   meneruskan
 perjuangan  melawan  Yahudi dan mengepung benteng-benteng yang
 ada lainnya. Sementara itu  tidak  sejengkal  tanah  pun  atau
 sebuah  benteng pun mau diserahkan kepada pihak Yahudi sebelum
 mereka benar-benar mempertahankannya secara heroik dan setelah
 dengan  segala  tenaga  mereka  berusaha  membendung  serangan
 Muslimin itu. Dengan terlebih dulu menyiapkan persenjataan dan
 perlengkapan  untuk  berperang,  tiba-tiba keluar Marhab orang
 Yahudi  itu  dari  salah  satu  benteng  sambil   ia   membaca
 sajak-sajak ini:
 
    Khaibar sudah mengenal
    Akulah Marhab
    Memanggul senjata pahlawan teruji
    Kadang menetak sekali memukul
    Bila singa sudah muncul
    Maka ia pun menggeram murka
    Pertahananku
    Inilah pertahanan tak terkalahkan
    Segala serangan terlumpuhkan oleh si pendekar
 
 Mendengar itu Muhammad berseru kepada sahabat-sahabatnya:
 
 "Siapa yang akan menjawab ini."
 
 Saat itu juga Muhammad b. Maslama menjawab:
 
 "Saya  ya Rasulullah. Saya yang harus berontak menuntut balas.
 Saudara saya kemarin dibunuh."
                                     (bersambung ke bagian 3/4)
 

0 komentar:

Post a Comment

Just select text on the page and get instant translation from Google Translate!
Google Translate Client