Selamat Datang Di Emye Private Blog
Membaca, mendengar, dan menterjemahkan Al Qur'an
Sedikit Bigraphy Singkat tentang Aku.
Title

Bapakku

Bapakku yang Sangat Tegas Akan Sesuatu yang Dia Anggap Fundamental, Berprinsip Kuat. Sangat Religius. Jawa Banyumasan. Gualakeee Poll, hehehe...

Read More
Title

Ibuku

Ibuku.., Seorang Wanita yang Sangat Kuat, Tegar dan Banyak Akal. Bisa Menjadi Seorang Ibu Sekaligus "seorang ayah" Juga. Smart dalam bertahan hidup, Sabar di Keseharian, Walau Galak Tapi Pemaaf... Saluut Untukmu Mah...!

Read More
Title

Aku Yang...

Inilah Yang Dulu Selalu Mencari Masalah, dan Terkena Masalah dan Hampir Terkubur Karenanya.. Berharap Maaf dariNYA, Kedua Orangtuaku dan Juga Kalian Semua.. Do'akan RidhoNYA Untukku ya.. Terimakasih Untuk Kalian Semua...

Read More
Title

Rumahku Hidupku..No Place Like Home

Di Sinilah Awal Semua Kisahku.., Di Awali Dengan Kasih Sayang dan Pengharapan dan Di Jalani Dengan Kegilaan lalu Berakhir dengan Keterpurukan. No More Fly..No More Sky and No More Cry...

Read More
Title

Seberkas CahayaNYA...

Menunggu dan Berharap Banyak dariNYA... Jawaban dan Ampunan Setelah Doa-doa yang Kutambatkan.. Setiap Detik, Setiap Saat Sebelum Saat Akhir Hidupku Tiba...

Read More
Title

Pikirkan Dulu!

Pikirkan dan Pertimbangkan Semua Pilihan. Karena Kau Harus Memilih, Gunakan Kata Hatimu. Ambil Apa Yang Baik Dari Kisahku Kawan.. Semua Hikmah. Sekarang atau Tidak Sama Sekali..!!!?

Read More

Sejarah Hidup Rasulullah Muhammad SAW

October 18, 2011
BAGIAN KESEBELAS: TAHUN PERTAMA DI YATHRIB1              (3/4)
 Muhammad Husain Haekal
 
 Begitu setianya ia, sehingga  bila  ada  orang  menyebut  nama
 Khadijah,  selalu  menimbulkan kenangan yang indah baginya. Di
 sinilah Aisyah berkata: "Saya tidak pernah iri  hati  terhadap
 seorang   wanita  seperti  terhadap  Khadijah,  bilamana  saja
 mendengar  ia  mengenangkannya."  Ketika  ada  seorang  wanita
 datang   ia   menyambutnya   begitu  gembira  dan  ditanyainya
 baik-baik. Bila wanita itu sudah pergi,  ia  berkata:  "Ketika
 masih  ada Khadijah ia suka mengunjungi kami." Bahwa mengingat
 hubungan  baik  masa  lampau  adalah  termasuk  iman.   Begitu
 halusnya  perasaannya, begitu lembutnya hatinya, ia membiarkan
 cucunya bermain-main dengan dia ketika ia  sembahyang.  Bahkan
 ia bersembahyang dengan Umama, puteri Zainab puterinya, sambil
 dibawa di atas bahunya; bila  ia  sujud  diletakkan,  bila  ia
 berdiri dibawanya lagi.
 
 Kebaikan   dan   kasih-sayang   yang   sudah   menjadi   sendi
 persaudaraan itu, yang dalam peradaban dunia  modern  sekarang
 juga  menjadi  dasar  bagi  seluruh  umat  manusia tidak hanya
 terbatas sampai  di  situ  saja,  melainkan  melampaui  sampai
 kepada binatang juga. Dia sendiri yang bangun membukakan pintu
 untuk seekor kucing yang sedang berlindung di tempat itu.  Dia
 sendiri  yang  merawat  seekor  ayam jantan yang sedang sakit;
 kudanya dielus-elusnya dengan lengan bajunya. Bila  dilihatnya
 Aisyah   naik  seekor  unta,  karena  menemui  kesukaran  lalu
 binatang itu ditarik-tariknya,  iapun  ditegurnya:  "Hendaknya
 kau berlaku lemah-lembut." Kasih-sayangnya itu meliputi segala
 hal, dan selalu memberi perlindungan kepada  siapa  saja  yang
 memerlukannya.
 
 Tetapi  ini  bukan  sikap  kasih-sayang  karena lemah atau mau
 menyerah, juga bersih dari segala sifat  mau  menghitung  jasa
 atau  sikap  tinggi  diri. Ini adalah persaudaraan dalam Tuhan
 antara Muhammad dengan semua mereka  yang  berhubungan  dengan
 dia.  Disinilah  dasar  peradaban  Islam  yang  berbeda dengan
 sebahagian besar peradaban-peradaban  lain.  Islam  menekankan
 pada  keadilan  disamping  persaudaraan  itu,  dan berpendapat
 bahwa tanpa adanya keadilan  ini  persaudaraan  tidak  mungkin
 ada.
 
 "Barangsiapa  menyerang  kamu, seranglah dengan yang seimbang,
 seperti mereka menyerang kamu." (Qur'an, 2: 194)
 
 "Dengan hukum qishash berarti kelangsungan  hidup  bagi  kamu,
 hai orang-orang yang mengerti." (Qur'an, 2: 179)
 
 Sifatnya  harus  untuk  mempertahankan jiwa semata-mata dengan
 kemauan yang bebas sepenuhnya dan  untuk  mencari  rida  Tuhan
 tanpa   ada  maksud  lain.  Itulah  sumber  persaudaraan  yang
 meliputi segala kebaikan dan kasih-sayang. Ini harus bersumber
 juga  dari  jiwa  yang  kuat,  tidak  mengenal menyerah selain
 kepada Allah, dan dengan  ketaatan  kepadaNya  ia  tidak  pula
 merasa  lemah.  Tak  ada  rasa  takut akan menyelinap ke dalam
 hatinya  kecuali  dari  perbuatan  maksiat  atau   dosa   yang
 dilakukannya. Dan jiwa itu tidak akan jadi kuat kalau ia masih
 di bawah kekuasaan yang lain dan tidak akan jadi kuat kalau ia
 masih   di   bawah   kekuasaan   hawa-nafsunya.  Muhammad  dan
 sahabat-sahabatnya  telah  hijrah  dari  Mekah  supaya  jangan
 berada  di  bawah kekuasaan Quraisy dan jangan ada jiwa mereka
 yang akan jadi lemah karenanya. Jiwa itu akan menyerah  kepada
 kekuasaan  hawa-nafsu  kalau sudah jasmani yang dapat berkuasa
 kedalam rohani dan akal pikiran dapat dikalahkan oleh kehendak
 nafsu.  Dan  akhirnya  kehidupan  materi  ini  juga yang dapat
 menguasai hidup kita, padahal kita sudah tidak memerlukan yang
 demikian,  sebab  ini  memang  sudah berada di bawah kekuasaan
 kita.
 
 Di sini Muhammad adalah contoh kekuatan jiwa yang ideal sekali
 atas  kehidupan  ini,  suatu  kekuatan  yang membuat dia sudah
 tidak peduli lagi akan  memberikan  segala  yang  ada  padanya
 kepada   orang  lain.  Itu  sebabnya  sampai  ada  orang  yang
 mengatakan:  Dalam  memberi   Muhammad   sudah   tidak   takut
 kekurangan. Dan supaya jangan ada sesuatu dalam hidup ini yang
 dapat menguasainya, sebaliknya dia yang harus menguasai,  maka
 ia  keras  sekali  menahan  diri dalam arti hidup materi, sama
 kerasnya dengan keinginannya hendak mengetahui segala  rahasia
 yang  ada  dalam  hidup  materi  itu, ingin mengetahui hakekat
 sesungguhnya tentang semua itu. Begitu jauhnya ia menahan diri
 sehingga  lapik tempat dia tidur hanya terdiri dari kulit yang
 diisi dengan serat. Makannya tak pernah kenyang. Tak pernah ia
 makan  roti  dari  tepung  sya'ir6  dua  hari  berturut-turut.
 Sebagian besar makannya adalah  bubur.7  Pada  hari-hari  yang
 lain  ia  makan  kurma. Jarang sekali ia dan keluarganya dapat
 makanan roti sop.8 Bukan sekali saja ia harus  menahan  lapar.
 Sudah  pernah  perutnya  diganjal  dengan  batu  untuk menahan
 teriakan rongga pencernaannya itu.
 
 Itulah yang sudah biasa dikenal tentang makannya, meskipun ini
 tidak  berarti  ia  pantang  sekali-sekali  makan makanan yang
 enak-enak.  Juga  ia  dikenal  suka  sekali  makan  kaki  anak
 kambing, labu, madu dan manisan.
 
 Begitu  juga  kesederhanaannya  dalam hal pakaian sama seperti
 dalam  makanan.  Suatu  hari  ada  seorang  wanita  memberikan
 sehelai  pakaian  kepadanya  yang  memang  diperlukan.  Tetapi
 kemudian diminta oleh orang lain yang juga memerlukannya  guna
 mengkafani  mayat.  Pakaian  itu diberikannya. Pakaiannya yang
 dikenal terdiri dari sebuah baju dalam  dan  baju  luar,  yang
 terbuat   dari   wol,   katun   atau  sebangsa  serat.  Tetapi
 sekali-sekali ia tidak menolak memakai  pakaian  dari  tenunan
 Yaman  sebagai  pakaian  yang  mewah  sesuai dengan acara bila
 memang menghendaki demikian. Juga alas  kaki  yang  dipakainya
 sederhana  sekali.  Tak  pernah ia memakai sepatu selain waktu
 mendapat  hadiah  dari  Najasyi  berupa  sepasang  sepatu  dan
 seluar.
 
 Sungguhpun  begitu dalam hal menahan diri dan menjauhi masalah
 duniawi bukanlah berarti ia hidup menyiksa diri. Cara ini juga
 tidak sesuai dengan ajaran agama. Dalam Qur'an dapat dibaca:
 
 "Makanlah  dari  makanan  yang  baik  yang  sudah Kami berikan
 kepadamu." (Qur'an, 2: 57)
 
 "Dan tempuhlah kebahagiaan akhirat seperti yang  dianugerahkan
 Allah  kepadamu, tapi juga jangan kaulupakan kebahagiaan hidup
 duniawi. Dan berbuatlah kebaikan  kepada  orang  lain  seperti
 Allah telah berbuat baik kepadamu." (Qur'an, 28: 77)
 
 Dan  dalam  hadis:  "Berbuatlah  untuk duniamu seolah-olah kau
 akan hidup selama-lamanya, dan berbuat  pula  untuk  akhiratmu
 seolah-olah kau akan mati besok."
 
 Akan  tetapi  Muhammad  ingin  memberikan  teladan yang begitu
 tinggi kepada manusia tentang arti kekuatan  dalam  menghadapi
 hidup  itu,  suatu  kekuatan  yang  tak dapat dipengaruhi oleh
 perasaan lemah,  tak  dapat  diperbudak  oleh  kekayaan,  oleh
 harta-benda,  oleh  kekuasaan  atau  oleh  apa  saja yang akan
 menguasainya,  selain  Allah.  Persaudaraan  yang   didasarkan
 kepada  kekuatan,  yang  manifestasinya  telah  diberikan oleh
 Muhammad sebagai teladan tertinggi  seperti  yang  sudah  kita
 lihat  itu,  adalah persaudaraan murni yang sungguh ikhlas dan
 mulia, suatu persaudaraan  yang  bersih  samasekali.  Sebabnya
 ialah   karena   adanya  rasa  keadilan  yang  terjalin  dalam
 kasih-sayang dan karena yang bersangkutan hanya didorong  oleh
 kemauan  sendiri  yang bebas mutlak. Tetapi, oleh karena Islam
 menyertakan rasa keadilan  disamping  rasa  kasih-sayang  itu,
 maka  ia  juga  menyertakan  maaf disamping keadilan itu, maaf
 yang dapat diberikan bila mampu.  Rasa  kasih-sayang  demikian
 itu   hendaklah  dengan  hati  terbuka  dan  benar-benar,  dan
 hendaklah  dengan   tujuan   mau   mencapai   perbaikan   yang
 sungguh-sungguh.
 
 Inilah   dasar  yang  telah  diletakkan  oleh  Muhammad  dalam
 membangun peradaban baru  itu,  yang  dengan  jelas  tersimpul
 dalam  cerita  yang  diambil  dari Ali bin Abi Talib ketika ia
 bertanya kepada Rasulullah tentang sunahnya,  dengan  dijawab:
 "Ma'rifat  adalah  modalku, akal-pikiran sumber agamaku, cinta
 adalah dasar hidupku, rindu kendaraanku, berzikir kepada Allah
 adalah  kawan dekatku, keteguhan perbendaharaanku, duka adalah
 kawanku, ilmu adalah senjataku,  ketabahan  adalah  pakaianku,
 kerelaan  sasaranku,  faqr  adalah  kebanggaanku, menahan diri
 adalah    pekerjaanku,    keyakinan    makananku,    kejujuran
 perantaraku, ketaatan adalah ukuranku, berjihad perangaiku dan
 hiburanku adalah dalam sembahyang."

 Ajaran-ajaran  Muhammad  serta  teladan  dan  bimbingan   yang
 diberikannya  telah  meninggalkan  pengaruh  yang dalam sekali
 kedalam  jiwa  orang,  sehingga  tidak  sedikit   orang   yang
 berdatangan menyatakan masuk Islam, dan kaum Musliminpun makin
 bertambah kuat di Medinah. Ketika  itulah  orang-orang  Yahudi
 mulai  memikirkan  kembali posisi mereka terhadap Muhammad dan
 sahabat-sahabatnya.  Mereka  dengan   dia   telah   mengadakan
 perjanjian.  Mereka  bermaksud  ingin  merangkulnya  ke  pihak
 mereka dan supaya ketahanan  mereka  bertambah  kuat  terhadap
 orang-orang Kristen. Dan dia lebih kuat dari mereka itu semua,
 ajarannya  bertambah  kuat.  Malah  sekarang   ia   memikirkan
 orang-orang  Quraisy  yang telah mengusirnya dan mengusir kaum
 Muhajirin  dari  Mekah  serta  godaan  mereka  terhadap   kaum
 Muslimin   yang   dapat  mereka  goda  dari  agamanya.  Adakah
 orang-orang  Yahudi  itu  akan  membiarkan   dakwahnya   terus
 tersebar  dan  kekuasaan  rohaninya makin meluas, dengan cukup
 puas berada disampingnya dalam aman sentosa yang berarti  akan
 menarnbah  keuntungan  dan  kekayaan dalam perdagangan mereka?
 Barangkali  memang  akan  begitu  kalau  mereka  yakin   bahwa
 dakwahnya  itu  tidak  akan  sampai  kepada orang-orang Yahudi
 sendiri dan tidak akan sampai meluas kepada orang-orang  awam,
 sedang  ajaran  mereka  yang berlaku ialah tidak akan mengakui
 adanya seorang nabi yang bukan dari Keluarga Israil.
 
 Akan  tetapi  ada  seorang  rabbi  yang  cerdik-pandai,  yaitu
 Abdullah  b.  Sallam  yang telah berhubungan dengan Nabi iapun
 lalu memeluk Islam; dan dianjurkannya pula  keluarganya.  Lalu
 merekapun bersama-sama memeluk agama Islam.
 
 Tetapi  Abdullah  bin  Sallam  masih  merasa  kuatir  akan ada
 kata-kata yang tidak biasa yang akan  dilontarkan  orang-orang
 Yahudi  jika  mereka  mengetahui ia sudah menganut Islam. Maka
 dimintanya kepada Nabi untuk menanyai mereka  tentang  dirinya
 itu  sebelum mereka mengetahui bahwa dia sudah Islam. Ternyata
 mereka berkata: dia pemimpin  kami,  pendeta  kami  dan  orang
 cerdik-pandai  kami. Setelah Abdullah berhadapan dengan mereka
 dan sekarang jelas  sudah  sikapnya,  bahkan  mengajak  mereka
 menganut  ajaran  Islam, merekapun merasa kuatir akan nasibnya
 itu nanti. Maka di seluruh perkampungan Yahudi itu iapun mulai
 difitnah  dan diumpat dengan kata-kata yang tak senonoh. Dalam
 hal ini mereka lalu sepakat akan berkomplot terhadap  Muhammad
 menolak  kenabiannya.  Secepat  itu  pula sisa-sisa orang yang
 masih musyrik dari kalangan Aus dan Khazraj serta mereka  yang
 pura-pura masuk Islam segera menggabungkan diri dengan mereka,
 baik karena mau mengejar keuntungan  materi  atau  karena  mau
 menyenangkan golongannya atau pihak yang berpengaruh
 
 Sekarang  mulai  terjadi  suatu perang polemik antara Muhammad
 dengan orang-orang Yahudi,  yang  ternyata  lebih  bengis  dan
 lebih  licik  daripada perang polemik yang dulu pernah terjadi
 antara dia dengan orang-orang Quraisy di Mekah.  Dalam  perang
 yang  terjadi  di Yathrib ini semua orang Yahudi berdiri dalam
 satu barisan  menyerang  Muhammad  dan  risalahnya,  menyerang
 sahabat-sahabatnya,   kaum   Muhajirin   dan   Anshar,  dengan
 mengadakan intrik-intrik, tindakan  bermuka-muka  dengan  ilmu
 yang  ada  pada mereka tentang sejarah dan peristiwa-peristiwa
 masa lampau mengenai para nabi dan rasul-rasul.
 
 Mereka mengadakan intrik melalui pendeta-pendeta  mereka  yang
 pura-pura  Islam  dan yang dapat bergaul ke tengah-tengah kaum
 Muslimin dengan pura-pura sangat takwa sekali,  yang  kemudian
 lalu  sekali-kali  memperlihatkan  kesangsian dan keraguannya.
 Mereka itu memajukan pertanyaan-pertanyaan kepada  Muhammad  ,
 yang  mereka  kira  akan  dapat menggoncangkan iman umat Islam
 kepadanya dan kepada  ajaran  kebenaran  yang  dibawanya  itu.
 Kemudian  orang-orang  Aus  dan  Khazraj  yang  juga  Islamnya
 pura-pura, menggabungkan diri dengan orang-orang Yahudi  dalam
 memajukan    pertanyaan-pertanyaan   dan   dalam   menimbulkan
 perselisihan di kalangan kaum Muslimin.  Begitu  keras  kepala
 mereka  itu  sampai  ada  diantara  orang  Yahudi sendiri yang
 mengingkari isi Taurat - padahal mereka percaya kepada  Allah,
 baik  kalangan Keluarga Israil maupun orang-orang musyrik yang
 mempergunakan berhala-berhala untuk  mendekatkan  diri  mereka
 kepada  Tuhan. Misalnya mereka bertanya kepada Muhammad: Kalau
 Allah itu sudah  menciptakan  makhluk  ini,  lalu  siapa  yang
 menciptakan  Allah?  Muhammad  hanya  menjawab  mereka  dengan
 firman Tuhan:
 
 "Katakan: Allah Satu cuma. Allah itu Abadi dan  Mutlak.  Tidak
 beranak.  Dan  tidak  pula diperanakkan. Dan tiada satu apapun
 yang menyerupaiNya." (Qur'an, 112: 1-4)
 
 Pihak Muslimin sekarang menyadari keadaan musuh mereka,  sudah
 mengetahui  tujuan  usaha  mereka itu. Ada terlihat pada suatu
 hari mereka dalam mesjid sedang berbicara antara sesama mereka
 dengan   berbisik-bisik.   Muhammad   meminta   supaya  mereka
 dikeluarkan dari dalam mesjid itu  dengan  paksa.  Tetapi  ini
 tidak  membuat  mereka  jera melakukan tipu-muslihat dan masih
 terus berusaha hendak menjerumuskan kaum Muslimin. Ketika  ada
 beberapa   orang   dari   golongan   Aus  dan  Khazraj  sedang
 duduk-duduk bersama-sama salah seorang dari  mereka  [Syas  b.
 Qais]  lewat.  Ia jadi panas hati melihat dua puak ini menjadi
 rukun. Dalam hatinya ia  berkata:  masyarakat  Banu  Qaila  di
 negeri  ini  sudah  bersatu. Kita takkan berarti apa-apa kalau
 pemuka-pemuka mereka sudah sepakat. Seorang pemuda Yahudi yang
 pernah   dengan   mereka   dulu  dimintanya  supaya  mengambil
 kesempatan ini dengan menyebut-nyebut kembali peristiwa Bu'ath
 dahulu  serta  bagaimana  pula  pihak  Aus  dapat  mengalahkan
 Khazraj. Pemuda itu pun lalu bicara. Ternyata hal  ini  memang
 menimbulkan  ingatan  masa  lampau pada kedua puak itu. Mereka
 lalu bersitegang, saling membanggakan diri  dan  hanyut  dalam
 pertengkaran.  "Kalau  kamu  mau  kita  boleh  kembali seperti
 dulu," kata mereka satu sama lain.
 
 Peristiwa ini sampai juga kepada Muhammad.  Ia  pergi  menemui
 mereka   dengan  beberapa  orang  sahabat,  dan  diingatkannya
 mereka, bahwa Islam telah  mempersatukan  dan  membuat  mereka
 benar-benar  bersaudara,  saling mencintai. Sementara ia masih
 di tengah-tengah mereka,  merekapun  menangis,  mereka  saling
 berpeluk-pelukan.  Mereka  semua  berdoa bermohon ampun kepada
 Tuhan.
 
 Polemik antara Muhammad dengan orang-orang  Yahudi  itu  sudah
 sampai   dipuncaknya,   sebagaimana  oleh  Qur'an  sudah  pula
 diperlihatkan.  Pada  permulaan  Surah  al-Baqara  (2)  sampai
 dengan  ayat  81, dan sebahagan besar Surah an-Nisa' (4) semua
 menyebutkan tentang orang-orang  Ahli  Kitab  itu  dan  betapa
 mereka mengingkari isi-Kitab Suci mereka sendiri. Mereka telah
 mendapat kutukan keras karena pembangkangan  dan  pengingkaran
 mereka itu:
 
 "Dan sesungguhnyalah Kami telah mendatangkan Al-Kitab (Taurat)
 kepada Musa, dan sesudah itu lalu Kami susul pula dengan  para
 rasul,  dan Kami telah memberikan bukti-bukti kebenaran kepada
 Isa anak Maryam dan Kami perkuat dia dengan Ruh  Suci.  Adakah
 setiap  datang seorang rasul kepadamu membawa sesuatu yang tak
 sesuai dengan kehendak hatimu, lalu  kamu  bersikap  sonmbong?
 Sebagian  kamu dustakan dan yang sebagian lagi kamu bunuh? Dan
 mereka berkata: 'hati kami sudah tertutup.' Tetapi Tuhan telah
 mengutuk  mereka  karena  keingkaran  mereka juga. Karena itu,
 sedikit sekali mereka yang beriman. Dan setelah kepada  mereka
 didatangkan  Kitab  dari  Allah, yang membenarkan apa yang ada
 pada mereka,  karena  sebelum  itu  mereka  minta  didatangkan
 kemenangan   terhadap  orang-orang  yang  masih  ingkar,  maka
 setelah  yang  mereka  ketahui  itu  berada  di  tengah-tengah
 mereka,  merekapun  juga  tidak  mempercayainya.  Karena  itu,
 kutukan Allah menimpa oranz-orang yang ingkar  itu."  (Qur'an,
 2: 87-89)
 
 Begitu  memuncaknya polemik antara orang-orang Yahudi dan kaum
 Muslimin  itu,  sehingga  acapkali  -  sekalipun   sudah   ada
 perjanjian  antara  mereka  -  permusuhan  itu  terjadi sampai
 dengan main tangan. Sebagai contoh - sekedar sebagai ukuran  -
 kita   sudah  mengenal  Abu  Bakr,  yang  begitu  lemah-lembut
 perangainya, dengan kesabarannya yang luarbiasa. Ketika itu ia
 sedang   bicara  dengan  seorang  orang  Yahudi  yang  bernama
 Finhash,  yang  diajaknya  menganut  Islam.   Tetapi   Finhash
 menjawab:  "Abu  Bakr, bukan kita yang membutuhkan Tuhan, tapi
 Dia yang butuh kepada  kita.  Bukan  kita  yang  meminta-minta
 kepadaNya,  tetapi  Dia  yang  meminta-minta kepada kita. Kita
 tidak memerlukanNya, tapi Dia yang memerlukan kita. Kalau  Dia
 kaya,  tentu Ia tidak akan minta dipinjami harta kita, seperti
 yang  didakwakan  oleh  pemimpinmu  itu.  Ia  melarang  kalian
 menjalankan  riba,  tapi kita akan diberi jasa. Kalau Ia kaya,
 tentu Ia tidak akan menjalankan ini."
 
 Maksud Finhash ini ditujukan kepada firman Tuhan:
 
 "Siapa yang mau meminjamkan kepada Allah suatu  pinjaman  yang
 baik,  Allah  akan selalu membalasnya dengan berlipat ganda."
 (Qur'an, 2: 145)
 
 Tetapi dalam hal ini Abu Bakr tidak  tahan  mendengar  jawaban
 itu. Ia marah. Ditamparnya muka Finhash itu keras-keras.
 
 "Demi  Allah,"  kata  Abu  Bakr,  "kalau  tidak  karena adanya
 perjanjian antara kami dengan  kamu  sekalian,  pasti  kupukul
 kepalamu. Engkaulah musuh Tuhan."
 
 Kemudian  Finhash  mengadukan  peristiwa ini kepada Nabi, tapi
 apa yang dikatakannya tentang  Tuhan  kepada  Abu  Bakr  tidak
 diakuinya. Dalam hal ini firman Tuhan menyebutkan:
 
 "Tuhan  sudah  mendengar  kata-kata  mereka  yang menyebutkan:
 Tuhan itu miskin, dan kamilah yang kaya.  Akan  Kami  tuliskan
 kata-kata  mereka  itu,  begitu juga perbuatan mereka membunuh
 nabi-nabi dengan tidak sepantasnya, dan rasakanlah siksa  yang
 membakar ini!" (Qur'an, 3: 181)
 
 Tidak  cukup  dengan  maksud  mau  menimbulkan  insiden antara
 Muhajirin dengan Anshar dan  antara  Aus  dengan  Khazraj  dan
 tidak   pula   cukup  dengan  membujuk  kaum  Muslimin  supaya
 meninggalkan  agamanya  dan  kembali  menjadi   syirik   tanpa
 mencoba-coba  mengajak  mereka  menganut  agama Yahudi, bahkan
 lebih dari itu  orang  Yahudi  itu  kini  berusaha  memperdaya
 Muhammad  sendiri. Pendekar-pendekar mereka, pemuka-pemuka dan
 pemimpin-pemimpin mereka datang menemuinya dengan  mengatakan:
 "Tuhan  sudah  mengetahui  keadaan kami, kedudukan kami. Kalau
 kami mengikut tuan, orang-orang Yahudipun akan juga  ikut  dan
 mereka  tidak  akan  menentang  kami.  Sebenarnya  antara kami
 dengan beberapa kelompok golongan kami timbul permusuhan. Lalu
 kami  datang ini minta keputusan tuan. Berilah kami keputusan.
 Kami akan ikut tuan dan percaya kepada tuan."
 
 Di sinilah firman Tuhan menyebutkan:
 
 "Dan  hendaklah  engkau  memutuskan  perkara  diantara  mereka
 menurut  apa yang sudah diturunkan Allah, dan jangan kauturuti
 hawa-nafsu mereka.  Berhati-hatilah  terhadap  mereka.  Jangan
 sampai  mereka  memperdayakan kau dari beberapa peraturan yang
 sudah  ditentukan  Tuhan   kepadamu.   Tetapi   kalau   mereka
 menyimpang,  ketahuilah,  Tuhan akan menurunkan bencana kepada
 mereka karena beberapa dosa mereka sendiri juga. Sesungguhnya,
 kebanyakan  manusia  itu adalah orang-orang fasik. Adakah yang
 mereka kehendaki itu hukum jahiliah? Dan hukum  siapakah  yang
 lebih  baik  daripada  hukum  Allah  bagi  mereka yang yakin?"
 (Qur'an, 5: 49-50)
 
                                     (bersambung ke bagian 4/4)
 

0 komentar:

Post a Comment

Just select text on the page and get instant translation from Google Translate!
Google Translate Client