Selamat Datang Di Emye Private Blog
Membaca, mendengar, dan menterjemahkan Al Qur'an
Sedikit Bigraphy Singkat tentang Aku.
Title

Bapakku

Bapakku yang Sangat Tegas Akan Sesuatu yang Dia Anggap Fundamental, Berprinsip Kuat. Sangat Religius. Jawa Banyumasan. Gualakeee Poll, hehehe...

Read More
Title

Ibuku

Ibuku.., Seorang Wanita yang Sangat Kuat, Tegar dan Banyak Akal. Bisa Menjadi Seorang Ibu Sekaligus "seorang ayah" Juga. Smart dalam bertahan hidup, Sabar di Keseharian, Walau Galak Tapi Pemaaf... Saluut Untukmu Mah...!

Read More
Title

Aku Yang...

Inilah Yang Dulu Selalu Mencari Masalah, dan Terkena Masalah dan Hampir Terkubur Karenanya.. Berharap Maaf dariNYA, Kedua Orangtuaku dan Juga Kalian Semua.. Do'akan RidhoNYA Untukku ya.. Terimakasih Untuk Kalian Semua...

Read More
Title

Rumahku Hidupku..No Place Like Home

Di Sinilah Awal Semua Kisahku.., Di Awali Dengan Kasih Sayang dan Pengharapan dan Di Jalani Dengan Kegilaan lalu Berakhir dengan Keterpurukan. No More Fly..No More Sky and No More Cry...

Read More
Title

Seberkas CahayaNYA...

Menunggu dan Berharap Banyak dariNYA... Jawaban dan Ampunan Setelah Doa-doa yang Kutambatkan.. Setiap Detik, Setiap Saat Sebelum Saat Akhir Hidupku Tiba...

Read More
Title

Pikirkan Dulu!

Pikirkan dan Pertimbangkan Semua Pilihan. Karena Kau Harus Memilih, Gunakan Kata Hatimu. Ambil Apa Yang Baik Dari Kisahku Kawan.. Semua Hikmah. Sekarang atau Tidak Sama Sekali..!!!?

Read More

Sejarah Hidup Rasulullah Muhammad SAW

October 19, 2011
 
BAGIAN KEDUAPULUH EMPAT: PEMBEBASAN MEKAH                (1/3)
 Muhammad Husain Haekal
 
    Pengaruh Mu'ta - Quraisy melanggar Perjanjian Hudaibiya
    - Khuza'a meminta bantuan Nabi - Utusan Abu Sufyan
    kepada Nabi - Sepuluh ribu Muslimin siap ke Mekah -
    Harapan Muhammad tanpa pertumpahan darah membebaskan
    Mekah - Abbas berangkat menemui Abu Sufyan - Muslimin
    datang membebaskan - Muhammad memaafkan musuhnya semua
    - Ka'bah dibersihkan dari berhala - Islamnya penduduk
    Mekah.
 
 DI BAWAH pimpinan Khalid  bin'l-Walid  pasukan  Muslimin  kini
 kembali  pulang  setelah  terjadi  peristiwa Mu'ta itu. Mereka
 kembali  tidak  membawa   kemenangan,   juga   tidak   membawa
 kekalahan. Mereka kembali pulang dengan senang hati.
 
 Penarikan  mundur ini setelah - Zaid b. Haritha, Ja'far b. Abi
 Talib dan Abdullah b. Rawaha tewas - telah meninggalkan  kesan
 yang  berlain-lainan  sekali  pada  pihak  Rumawi,  pada pihak
 Muslimin yang tinggal di Medinah dan  pada  pihak  Quraisy  di
 Mekah.  Rumawi  merasa  gembira sekali dengan penarikan mundur
 pasukan Muslimin itu. Mereka  sudah  merasa  bersyukur,  sebab
 pertempuran   itu  tidak  sampai  berlangsung  lama,  meskipun
 tentara Rumawi terdiri dari seratus ribu menurut satu  sumber,
 -  atau  dua  ratus ribu menurut sumber yang lain, - sementara
 pasukan Muslimin terdiri dari  tiga  ribu  orang.  Kegembiraan
 pihak  Rumawi  itu  -  baik disebabkan oleh ketangkasan Khalid
 bin'l-Walid  dalam  bertahan  mati-matian  dengan  kekuatannya
 dalam  mengadakan  serangan, sehingga ia menghabiskan sembilan
 pedang  yang  patah  di  tangannya  ketika  bertempur  setelah
 tewasnya   tiga   sahabatnya   itu,   atau   disebabkan   oleh
 kecerdikannya dalam mengatur dan membagi-bagi pasukannya  pada
 hari  kedua  dan  yang  telah menimbulkan hiruk-pikuk sehingga
 pihak Rumawi mengira bahwa bala bantuan telah didatangkan dari
 Medinah   -   namun   kabilah-kabilah  Arab  yang  tinggal  di
 perbatasan dengan Syam sangat kagum  sekali  melihat  tindakan
 Muslimin ketika itu.

 Karena peristiwa itu pula salah seorang pemimpin mereka (Farwa
 b. 'Amr al-Judhami, seorang komandan pasukan Rumawi)  langsung
 menyatakan  diri  masuk  Islam.  Akan  tetapi,  atas  perintah
 Heraklius dia kemudian ditangkap  dengan  tuduhan  berkhianat.
 Sungguh  pun  begitu  Heraklius  masih bersedia membebaskannya
 kembali asal saja ia  mau  kembali  ke  dalam  pangkuan  agama
 Nasrani,  bahkan  ia  bersedia  mengembalikannya  pada jabatan
 semula sebagai komandan  pasukan.  Tetapi  Farwa  menolak  dan
 tetap   menolak  dengan  tetap  bertahan  dalam  keislamannya,
 sehingga akhirnya ia dibunuh  juga.  Tetapi  karena  itu  pula
 Islam  makin  luas  tersebar  di kalangan kabilah-kabilah Najd
 yang berbatasan dengan Irak  dan  Syam.  Ketika  itu  di  sana
 Rumawi sedang berada dalam puncak kekuasaannya.
 
 Dengan bertambah banyaknya orang masuk ke dalam agama baru ini
 Kerajaan Bizantium  makin  goyah  kedudukannya,  sehingga  ada
 penguasa  Heraklius,  yang  bertugas  membayar  gaji  militer,
 ketika itu berkata lantang kepada orang-orang Arab  Syam  yang
 ikut  dalam  perang; "Lebih baik kalian menarik diri. Kerajaan
 dengan  susah  payah  baru  dapat   membayar   gaji   angkatan
 perangnya. Untuk makanan anjingnya pun sudah tidak ada."
 
 Tidak  heran  kalau  mereka  lalu  meninggalkan  kerajaan  dan
 meninggalkan angkatan perangnya. Sebaliknya,  agama  baru  ini
 makin  cemerlang sinarnya memancar dihadapan mereka, yang akan
 mengantarkan mereka kepada kebenaran yang lebih  tinggi,  yang
 akan  menjadi  tujuan  umat manusia. Itu pula sebabnya, selama
 waktu itu saja ribuan orang telah masuk  Islam,  yang  terdiri
 dari  kabilah  Sulaim dengan pemimpinnya Al-'Abbas ibn Mirdas,
 kabilah-kabilah  Asyja'  dan  Ghatafan   yang   dahulu   sudah
 bersekutu  dengan  Yahudi  sampai hancurnya Yahudi di Khaibar,
 demikian  juga  kabilah-kabilah  'Abs,  Dhubyan  dan   Fazara.
 Peristiwa  Mu'ta  ini jugalah yang telah imemudahkan persoalan
 bagi Muslimin di bagian utara  Medinah  sampai  ke  perbatasan
 Syam  itu,  dan  ini  pula  yang  telah  membuat  Islam  lebih
 terpandang dan lebih kuat.
 
 Akan tetapi buat Muslimin yang tinggal di Medinah  pengaruhnya
 lain  lagi.  Bilamana  mereka  melihat  Khalid  dan pasukannya
 kembali dari perbatasan Syam  tidak  membawa  kemenangan  atas
 pasukan   Heraklius,  mereka  bersorak-sorak  mengatakan:  "He
 orang-orang pelarian! Kamu lari dari  jalan  Allah!"  Beberapa
 orang anggota pasukan itu merasa demikian malu sampai ada yang
 tidak berani keluar rumah, supaya jangan  lagi  diperolok-olok
 oleh  anak-anak  dan  pemuda-pemuda  Muslimin  dengan  tuduhan
 melarikan diri itu.
 
 Sebaliknya di mata Quraisy, akibat Mu'ta  itu  dipandang  oleh
 mereka   sebagai  suatu  kehancuran  dan  pukulan  berat  buat
 Muslimin, sehingga tak ada lagi orang  yang  mau  menghiraukan
 mereka   atau  menganggap  penting  segala  perjanjian  dengan
 mereka.    Biarlah    keadaan    kembali    seperti    sebelum
 'umrat'l-qadza'.   Biarlah  keadaan  kembali  seperti  sebelum
 Perjanjian Hudaibiya. Biarlah orang-orang Quraisy kembali lagi
 menyerang  kaum  Muslimin  dan  siapa  saja yang masih terikat
 perjanjian dengan mereka tanpa harus merasa takut ada tindakan
 hukum dari Muhammad.

 Perdamaian  Hudaibiya  antara  lain  sudah  menentukan,  bahwa
 barangsiapa  yang  ingin  masuk  kedalam  persekutuan   dengan
 Muhammad  boleh  saja,  dan  barangsiapa  ingin  masuk kedalam
 persekutuan  dengan  pihak  Quraisy  juga  boleh.  Ketika  itu
 Khuza'a  masuk  bersekutu  dengan  Muhammad  sedang  Banu Bakr
 dengan pihak Quraisy. Sebenarnya antara  Khuza'a  dengan  Banu
 Bakr  ini  sudah lama timbul permusuhan yang baru reda setelah
 ada perjanjian Hudaibiya, masing-masing kabilah  menggabungkan
 diri dengan pihak yang mengadakan perdamaian itu.
 
 Dengan  adanya  peristiwa  yang  telah  terjadi  di Mu'ta itu,
 sekarang terbayang oleh Quraisy bahwa Muslimin pasti mengalami
 kehancuran.  Sudah  terbayang  oleh Banu'd-Dil, sebagai bagian
 dari Banu Bakr  b.  'Abd  Manat,  bahwa  sekarang  sudah  tiba
 waktunya akan membalas dendam lamanya kepada Khuza'a, ditambah
 lagi memang ada segolongan orang dari pihak Quraisy yang  ikut
 mendorong,  diantaranya 'Ikrima b. Abi Jahl dan beberapa orang
 pemimpin Quraisy  lainnya  yang  sekalian  memberikan  bantuan
 senjata.

 Malam  itu pihak Khuza'a sedang berada di tempat pangkalan air
 milik mereka sendiri yang bernama al-Watir,  oleh  pihak  Banu
 Bakr  mereka  diserang  dengan  tiba-tiba  sekali dan beberapa
 orang dari pihak Khuza'a dibunuh.  Sekarang  Khuza'a  lari  ke
 Mekah,  berlindung  kepada  keluarga  Budail  b. Warqa, dengan
 mengadukan  perbuatan  Quraisy  dan  Banu  Bakr   yang   telah
 melanggar  perjanjian dengan Rasulullah itu. Untuk itu 'Amr b.
 Salim dari Khuza'a cepat-eepat pula pergi ke Medinah. Dan bila
 ia  sudah  menghadap  Muhammad  yang  ketika  itu sedang dalam
 mesjid dengan beberapa orang, diceritakannya  apa  yang  telah
 terjadi itu dan ia meminta pertolongannya.
 
 "'Amr b. Salim, mesti engkau dibela," kata Rasulullah.
 
 Sesudah itu Budail b. Warqa, bersama beberapa orang dari pihak
 Khuza'a kemudian berangkat pula ke Medinah. Mereka  melaporkan
 kepada  Nabi mengenai nasib yang mereka alami itu serta adanya
 dukungan Quraisy kepada Banu  Bakr.  Melihat  apa  yang  telah
 dilakukan  Quraisy dengan merusak perjanjian itu, maka tak ada
 jalan lain menurut Nabi, Mekah harus dibebaskan. Untuk itu  ia
 bermaksud  mengutus  orang  kepada  kaum  Muslimin  di seluruh
 jazirah supaya bersiap-siap menantikan  panggilan  yang  belum
 mereka ketahui apa tujuannya panggilan demikian itu.

 Sebaliknya  orang-orang yang dapat berpikir lebih bijaksana di
 kalangan Quraisy, mereka sudah dapat menduga bahaya  apa  yang
 akan  timbul  akibat  tindakan 'Ikrima dan kawan-kawannya dari
 kalangan  pemuda  itu.  Kini   persetujuan   Hudaibiya   sudah
 dilanggar,  dan  pengaruh Muhammad di seluruh jazirah sekarang
 sudah bertambah kuat. Sekiranya apa  yang  telah  terjadi  itu
 dipikirkan,  bahwa  pihak Khuza'a akan menuntut balas terhadap
 penduduk Mekah, pasti  Kota  Suci  itu  akan  sangat  terancam
 bahaya. Jadi apa yang harus mereka lakukan sekarang?
 
 Mereka  mengutus  Abu  Sufyan ke Medinah, dengan maksud supaya
 persetujuan itu diperkuat kembali dan  diperpanjang  waktunya.
 Barangkali  waktu  yang  sudah  itu  berlaku  untuk dua tahun,
 sekarang mereka mau supaya menjadi sepuluh tahun.

 Abu Sufyan, sebagai pemimpin mereka  dan  sebagai  orang  yang
 bijaksana  di  kalangan  mereka kini berangkat menuju Medinah.
 Ketika sampai di 'Usfan dalam  perjalanannya  itu  ia  bertemu
 dengan  Budail  b.  Warqa,  dan rombongannya. Ia kuatir Budail
 sudah menemui Muhammad dan melaporkan apa yang telah  terjadi.
 Hal   ini  akan  lebih  mempersulit  tugasnya.  Tetapi  Budail
 membantah bahwa ia telah menemui Muhammad. Sungguhpun  begitu,
 dari  kotoran  binatang  tunggangan  Budail itu ia mengetahui,
 bahwa orang itu memang dari Medinah. Oleh  karena  itulah,  ia
 tidak  akan  langsung  menemui  Muhammad lebih dulu, melainkan
 akan menuju ke rumah puterinya, Umm Habiba, isteri Nabi.
 
 Mungkin ia (Umm Habiba) memang  sudah  mengetahui  rasa  kasih
 sayang  Nabi  kepada  Quraisy meskipun ia belum mengetahui apa
 yang sudah menjadi keputusannya mengenai  Mekah.  Dan  mungkin
 juga semua Muslimin yang ada di Medinah demikian.
 
 Waktu  itu  Abu  Sutyan  sudah  akan duduk di lapik yang biasa
 diduduki  Nabi,  tapi  oleh  Umm  Habiba  lapik   itu   segera
 dilipatnya.  Lalu  oleh  ayahnya ia ditanya, melipat lapik itu
 karena ia sayang kepada ayah,  ataukah  karena  sayang  kepada
 lapik.
 
 "Ini  lapik  Rasulullah s.a.w.," jawabnya. "Ayah orang musyrik
 yang kotor. Saya tidak ingin ayah duduk di tempat itu."
 
 "Sungguh  engkau  akan  mendapat  celaka,  anakku,"  kata  Abu
 Sufyan. Lalu ia keluar dengan marah.

 Sesudah   itu  ia  pergi  menemui  Muhammad,  bicara  mengenai
 perjanjian serta  perpanjangan  waktunya.  Tetapi  Nabi  tidak
 memberikan  jawaban  samasekali.  Selanjutnya ia pergi menemui
 Abu Bakr supaya membicarakan maksudnya itu dengan Nabi. Tetapi
 Abu  Bakr  juga  menolak.  Sekarang  Umar  bin'l-Khattab  yang
 dijumpainya. Tetapi Umar memberikan jawaban yang cukup  keras:
 "Aku  mau  menjadi  perantara kamu kepada Rasulullah? Sungguh,
 kalau yang ada padaku hanya remah, pasti dengan itu  pun  akan
 kulawan  engkau."  Seterusnya ia menemui Ali b. Abi Talib, dan
 Fatimah ada di tempat itu. Dikemukakannya maksud kedatangannya
 itu  dan  dimintanya  supaya  ia  menjadi  perantaranya kepada
 Rasul. Tetapi Ali mengatakan dengan lemah-lembut bahwa tak ada
 orang  yang  akan  dapat  menyuruh  Muhammad  menarik  kembali
 sesuatu yang sudah menjadi  keputusannya.  Selanjutnya  utusan
 Quraisy itu meminta pertolongan Fatimah supaya Hasan - anaknya
 - berusaha memintakan perlindungan di kalangan khalayak ramai.
 
 "Tak ada orang akan berbuat demikian itu  dengan  maksud  akan
 dihadapkan kepada Rasulullah," jawab Fatimah.
 
 Sekarang  keadaannya  jadi  makin  gawat  buat  Abu Sufyan. Ia
 meminta pendapat Ali.
 
 "Sungguh saya tidak tahu, apa yang kiranya akan  berguna  buat
 kau,"  jawab Ali. "Tetapi engkau pemimpin Banu Kinana. Cobalah
 minta perlindungan kepada orang ramai; sesudah itu,  pulanglah
 ke  negerimu.  Saya kira ini tidak cukup memuaskan. Tapi hanya
 itu yang dapat saya usulkan kepadamu."
 
 Abu Sufyan lalu pergi ke mesjid dan  di  sana  ia  mengumumkan
 bahwa  ia  sudah meminta perlindungan khalayak ramai. Kemudian
 ia menaiki  untanya  dan  berangkat  pulang  ke  Mekah  dengan
 membawa perasaan kecewa karena rasa hina yang dihadapinya dari
 anaknya sendiri dan dari orang-orang  -  yang  sebelum  mereka
 hijrah - pernah mengharapkan belas-kasihannya.
 
 Abu   Sufyan   kembali   ke  Mekah.  Kepada  masyarakatnya  ia
 melaporkan segala yang  dialaminya  selama  di  Medinah  serta
 perlindungan  yang dimintanya dari masyarakat ramai atas saran
 Ali, dan bahwa Muhammad belum memberikan persetujuannya.
 
 "Sial!" kata mereka. "Orang itu lebih-lebih lagi mempermainkan
 kau."
 
 Lalu mereka kembali lagi mengadakan perundingan.

 Sebaliknya  Muhammad,  ia  berpendapat  tidak  akan memberikan
 kesempatan mereka  mengadakan  persiapan  untuk  memeranginya.
 Oleh  karena  ia  sudah percaya pada kekuatan sendiri dan pada
 pertolongan Tuhan kepadanya, ia berharap akan dapat  menyergap
 mereka  dengan  tiba-tiba,  sehingga  mereka tidak lagi sempat
 mengadakan perlawanan  dan  dengan  demikian  mereka  menyerah
 tanpa pertumpahan darah.
 
 Oleh  karena  itu  diperintahkannya supaya orang bersiap-siap.
 Dan setelah persiapan selesai,  diberitahukan  kepada  mereka,
 bahwa  kini ia siap berangkat ke Mekah, dan diperintahkan pula
 supaya mereka cepat-cepat.  Sementara  itu  ia  berdoa  kepada
 Tuhan  mudah-mudahan  Quraisy  tidak  sampai mengetahui berita
 perjalanan Muslimin itu.

 Ketika tentara Muslimin sudah siap-siap akan berangkat,  Hatib
 b. Abi Balta'a mengirim sepucuk surat di tangan seorang wanita
 dari Mekah, budak salah seorang Banu  'Abd'l-Muttalib  bernama
 Sarah  dengan  dlberi upah supaya surat itu disampaikan kepada
 pihak Quraisy,  yang  isinya  memberitahukan,  bahwa  Muhammad
 sedang   mengadakan   persiapan   hendak   menghadapi  mereka.
 Sebenarnya  Hatib  orang  besar  dalam  Islam.  Tapi   sebagai
 manusia,   dari   segi   kejiwaannya   ia  mempunyai  beberapa
 kelemahan, yang  kadang  cukup  menekan  jiwanya  sendiri  dan
 menghanyutkannya  kedalam  suatu  masalah  yang  memang  tidak
 dikehendakinya.  Masalah  ini  oleh   Muhammad   segera   pula
 diketahui.
 
 Cepat-cepat   disuruhnya   Ali   b.   Abi   Talib  dan  Zubair
 bin'l-'Awwam mengejar Sarah. Wanita itu disuruh  turun,  surat
 dicarinya di tempat barang tapi tidak juga diketemukan. Wanita
 itu diperingatkan, bahwa kalau surat  itu  tidak  dikeluarkan,
 merekalah yang akan membongkarnya. Melihat keadaan yang begitu
 sungguh-sungguh, wanita itu berkata: Lalulah.
 
 Kemudian  ia  membuka  ikatan  rambutnya  dan  surat  itu  pun
 dikeluarkan,  yang oleh kedua orang itu lalu dibawa kembali ke
 Medinah.
 
 Sekarang Hatib dipanggil oleh Muhammad dan ditanya  kenapa  ia
 sampai berbuat demikian.
 
 "Rasulullah,"  kata  Hatib.  "Demi  Allah,  saya tetap beriman
 kepada Allah  dan  kepada  Rasulullah.  Sedikit  pun  tak  ada
 perubahan  pada  diri saya. Akan tetapi saya, yang tidak punya
 hubungan keluarga atau kerabat dengan  mereka  itu,  mempunyai
 seorang  anak  dan  keluarga di tengah-tengah mereka. Maka itu
 sebabnya saya hendak menenggang mereka."
 
 "Rasulullah," sela Umar bin'l-Khattab. "Serahkan kepada  saya,
 akan saya penggal lehernya. Orang ini bermuka dua."
 
 "Dari  mana  engkau  mengetahui  itu, Umar," kata Rasulullall.
 "Kalau-kalau Allah sudah menempatkan dia  sebagai  orang-orang
 Badr  ketika  terjadi  Perang Badr." Lalu katanya: "Berbuatlah
 sekehendak kamu. Sudah kumaafkan kamu."
 
 Dan Hatib memang orang yang ikut  dalam  Perang  Badr.  Ketika
 itulah firman Tuhan datang:
 
 "Orang-orang  yang  beriman!  Janganlah musuhKu dan musuh kamu
 dijadikan   sahabat-sahabat   kamu,   dengan    memperlihatkan
 kasih-sayang kamu kepada mereka." (Qur'an, 60: 1)

 Sekarang  pasukan  tentara  Muslimin sudah mulai bergerak dari
 Medinah menuju Mekah, dengan tujuan membebaskan kota itu serta
 menguasai  Rumah  Suci, yang oleh Tuhan telah dijadikan tempat
 berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman.
 
 Pasukan ini bergerak dalam  suatu  jumlah  yang  belum  pernah
 dialami  oleh kota Medinah. Mereka terdiri dan kabilah-kabilah
 Sulaim,  Muzaina,  Ghatafan  dan   yang   lain,   yang   telah
 menggabungkan  diri,  baik  kepada  Muhajirin  atau pun kepada
 Anshar.  Mereka  berangkat  bersama-sama   dengan   mengenakan
 pakaian  besi. Mereka melingkar ke tengah-tengah padang sahara
 yang membentang luas itu, sehingga apabila kemah-kemah  mereka
 sudah  dikembangkan,  tertutup  belaka  oleh debu pasir sahara
 itu; sehingga karenanya orang takkan dapat melihatnya.  Mereka
 yang  terdiri  dari  ribuan  orang  itu telah mengadakan gerak
 cepat. Setiap mereka melangkah maju, kabilah-kabilah lain ikut
 menggabungkan  diri, yang berarti menambah jumlah dan menambah
 kekuatan pula. Semua mereka berangkat dengan kalbu yang  penuh
 iman,  bahwa  dengan  pertolongan  Allah  mereka akan mendapat
 kemenangan.  Perjalanan  ini  dipimpin  oleh  Muhammad  dengan
 pikiran dan perhatian tertuju hanya hendak memasuki Rumah Suci
 tanpa akan mengalirkan darah setetes sekalipun.
 
 Bila pasukan ini sudah sampai  di  Marr'z-Zahran1  dan  jumlah
 anggota  pasukan  sudah  mencapai  sepuluh  ribu  orang, pihak
 Quraisy  belum  juga  mendapat  berita.  Mereka  masih   dalam
 silang-sengketa,  bagaimana  caranya  akan  menangkis serangan
 dari Muhammad.
 
 Oleh Abbas b. 'Abd'l-Muttalib  -  paman  Nabi  ditinggalkannya
 mereka   itu   dalam  perdebatan  dan  dia  sendin  sekeluarga
 berangkat menemui Muhammad di Juhfa.2  Boleh  jadi  sudah  ada
 orang-orang  dari  Banu Hasyim yang sudah menerima berita atau
 semacam berita tentang kebenaran Nabi. Lalu  mereka  bermaksud
 menggabungkan diri tanpa akan mendapat sesuatu gangguan.
 
                                     (bersambung ke bagian 2/3)
 
 ---------------------------------------------
 S E J A R A H    H I D U P    M U H A M M A D
 
 

0 komentar:

Post a Comment

Just select text on the page and get instant translation from Google Translate!
Google Translate Client