Selamat Datang Di Emye Private Blog
Membaca, mendengar, dan menterjemahkan Al Qur'an
Sedikit Bigraphy Singkat tentang Aku.
Title

Bapakku

Bapakku yang Sangat Tegas Akan Sesuatu yang Dia Anggap Fundamental, Berprinsip Kuat. Sangat Religius. Jawa Banyumasan. Gualakeee Poll, hehehe...

Read More
Title

Ibuku

Ibuku.., Seorang Wanita yang Sangat Kuat, Tegar dan Banyak Akal. Bisa Menjadi Seorang Ibu Sekaligus "seorang ayah" Juga. Smart dalam bertahan hidup, Sabar di Keseharian, Walau Galak Tapi Pemaaf... Saluut Untukmu Mah...!

Read More
Title

Aku Yang...

Inilah Yang Dulu Selalu Mencari Masalah, dan Terkena Masalah dan Hampir Terkubur Karenanya.. Berharap Maaf dariNYA, Kedua Orangtuaku dan Juga Kalian Semua.. Do'akan RidhoNYA Untukku ya.. Terimakasih Untuk Kalian Semua...

Read More
Title

Rumahku Hidupku..No Place Like Home

Di Sinilah Awal Semua Kisahku.., Di Awali Dengan Kasih Sayang dan Pengharapan dan Di Jalani Dengan Kegilaan lalu Berakhir dengan Keterpurukan. No More Fly..No More Sky and No More Cry...

Read More
Title

Seberkas CahayaNYA...

Menunggu dan Berharap Banyak dariNYA... Jawaban dan Ampunan Setelah Doa-doa yang Kutambatkan.. Setiap Detik, Setiap Saat Sebelum Saat Akhir Hidupku Tiba...

Read More
Title

Pikirkan Dulu!

Pikirkan dan Pertimbangkan Semua Pilihan. Karena Kau Harus Memilih, Gunakan Kata Hatimu. Ambil Apa Yang Baik Dari Kisahku Kawan.. Semua Hikmah. Sekarang atau Tidak Sama Sekali..!!!?

Read More

Sejarah Hidup Rasulullah Muhammad SAW

October 19, 2011
 
BAGIAN KETIGAPULUH SATU: PEMAKAMAN RASUL                 (2/2)
 Muhammad Husain Haekal
 
 Sementara kaum Muslimin sedang berlainan pendapat  -  kemudian
 kembali  sependapat  lagi  dalam melantik Abu Bakr dalam Ikrar
 Saqifa  kemudian  Ikrar  Umum  -  jenazah  Nabi  masih   tetap
 ditempatnya   di   atas   ranjang  kematian  dikelilingi  oleh
 kerabat-kerabat dan pihak keluarga.

 Selesai memberikan ikrar kepada Abu Bakr orang segera bergegas
 lagi  hendak  menyelenggarakan pemakaman Rasulullah. Dalam hal
 di  mana  akan  dimakamkan,  orang  masih  berbeda   pendapat.
 Kalangan Muhajirin berpendapat akan dimakamkan di Mekah, tanah
 tumpah darahnya dan di tengah-tengah  keluarganya.  Yang  lain
 berpendapat  supaya  dimakamkan  di  Bait'l-Maqdis (Yerusalem}
 karena para nabi sebelumnya di  sana  dimakamkan.  Saya  tidak
 tahu  bagaimana  orang-orang ini berpendapat demikian, padahal
 Bait'l-Maqdis pada waktu itu masih di tangan Rumawi dan  sejak
 kejadian  Mu'ta  dan  Tabuk,  Rumawi dengan pihak Islam sedang
 dalam permusuhan, sehingga Rasulullah menyiapkan pasukan Usama
 untuk mengadakan pembalasan.
 
 Kaum  Muslimin  tak dapat menyetujui pendapat ini, juga mereka
 tidak setuju Nabi dimakamkan di Mekah. Mereka ini  berpendapat
 supaya  Nabi dimakamkan di Medinah, kota yang telah memberikan
 perlindungan dan pertolongan, dan kota yang mula-mula bernaung
 di  bawah  bendera  Islam.  Mereka  berunding,  di  mana  akan
 dimakamkan?  Satu  pihak  mengatakan:  dimakamkan  di  mesjid,
 tempat  dia memberi khotbah dan bimbingan serta memimpin orang
 sembahyang, dan  menurut  pendapat  mereka  supaya  dimakamkan
 ditempat  mimbar  atau di sampingnya. Tetapi pendapat demikian
 ini kemudian ditolak, mengingat adanya keterangan berasal dari
 Aisyah,  bahwa  ketika  Nabi  sedang  dalam  sakit  keras,  ia
 mengenakan kain selubung  hitam,  yang  sedang  ditutupkan  di
 mukanya,  kadang  dibukakan  sambil ia berkata: "Laknat6 Tuhan
 kepada suatu golongan yang mempergunakan  pekuburan  nabi-nabi
 sebagai mesjid."
 
 Kemudian  Abu  Bakr  tampil  memberikan keputusan kepada orang
 ramai itu dengan mengatakan:
 
 "Saya dengar Rasulullah s.a.w.  berkata      Setiap  ada  nabi
 meninggal, ia dimakamkan di tempat dia meninggal."
 
 Lalu  diambil  keputusan, bahwa pada letak tempat tidur ketika
 Nabi meninggal itu, di tempat itulah akan digali.

 Selanjutnya yang bertindak memandikan Nabi  ialah  keluarganya
 yang  dekat. Yang pertama sekali Ali b. Abi Talib, lalu 'Abbas
 b. 'Abd'l-Muttalib serta kedua  puteranya,  Fadzl  dan  Qutham
 serta Usama b. Zaid. Usama b. Zaid dan Syuqran, pembantu Nabi,
 bertindak menuangkan air sedang Ali yang memandikannya berikut
 baju  yang  dipakainya.  Mereka  tidak mau melepaskan baju itu
 dari (badan) Nabi. Dalam pada itu mereka juga mendapatkan Nabi
 begitu harum, sehingga Ali berkata: "Demi ibu bapaku! Alangkah
 harumnya engkau di waktu hidup dan di waktu mati."
 
 Karena itu juga  beberapa  Orientalis  ada  yang  berpendapat,
 bahwa  bau  harum  itu  disebabkan  Nabi selama hidupnya biasa
 memakai wangi-wangian. Ia menganggap wangi-wangian  itu  sudah
 menjadi barang kesukaannya dalam kehidupan dunia ini.
 
 Selesai dimandikan dengan mengenakan baju yang dipakainya itu,
 Nabi dikafani dengan tiga lapis pakaian: dua Shuhari7 dan satu
 pakaian  jenis  burd  hibara dengan sekali dilipatkan. Selesai
 penyelenggaraan dengan cara  demikian,  jenazah  dibiarkan  di
 tempatnya.   Pintu-pintu   kemudian  dibuka  untuk  memberikan
 kesempatan kepada kaum Muslimin, yang memasuki tempat itu dari
 jurusan  mesjid, untuk mengelilingi serta melepaskan pandangan
 perpisahan dan memberikan doa selawat  kepada  Nabi.  Kemudian
 mereka  keluar lagi dengan membawa perasaan duka dan kepahitan
 yang dalam sekali, yang sangat menekan hati.
 
 Ruangan itu telah menjadi penuh kembali tatkala  kemudian  Abu
 Bakr dan Umar masuk melakukan sembahyang bersama-sama Muslimin
 yang  lain,  tanpa  ada  yang  bertindak  selaku  imam   dalam
 sembahyang  itu.  Setelah orang duduk kembali dan keadaan jadi
 sunyi, Abu Bakr berkata:
 
 "Salam kepadamu  ya  Rasulullah,  beserta  rahmat  dan  berkah
 Tuhan.8   Kami  bersaksi,  bahwa  Nabi  dan  Rasulullah  telah
 menyampaikan risalah Tuhan,  telah  berjuang  di  jalan  Allah
 sampai Tuhan memberikan pertolongan untuk kemenangan agama. Ia
 telah menunaikan janjinya, dan menyuruh orang menyembah  hanya
 kepada Allah tidak bersekutu."
 
 Pada  setiap  kata  yang diucapkan oleh Abu Bakr disambut oleh
 Muslimin dengan penuh syahdu dan khusyu: Amin! Amin!

 Selesai bagian laki-laki melakukan sembahyang, setelah  mereka
 keluar,  masuk  pula kaum wanita, dan setelah mereka, kemudian
 masuk pula anak-anak. Semua mereka itu, masing-masing  membawa
 hati  yang pedih, perasan duka dan sedih menekan kalbu, karena
 mereka harus berpisah dengan Rasulullah, penutup para nabi.

 Di hadapan saya sekarang - setelah lampau  seribu  tiga  ratus
 tahun  yang lalu - terbentang sebuah lukisan peristiwa khidmat
 dan syahdu  yang  telah  memenuhi  hati  saya,  dengan  segala
 kerendahan   hati  dan  hormat.  Tubuh  yang  terbungkus  kini
 terletak dalam sebuah sudut, dalam ruangan yang nantinya  akan
 menjadi  sebuah  makam,  dan  ruangan yang tadinya dihuni oleh
 orang yang mengenal makna  hidup,  orang  yang  penuh  rahmat,
 penuh  cahaya.  Tubuh  yang  suci ini, yang telah mengajak dan
 membimbing orang ke jalan yang benar,  dan  yang  buat  mereka
 telah  menjadi  teladan  tertinggi  tentang  arti kebaikan dan
 kasih sayang, tentang  ketangkasan  dan  harga  diri,  tentang
 keadilan dan kesadaran dalam menghadapi kekejaman serta segala
 tindakan tirani.
 
 Orang yang banyak itu kini lalu  dengan  perasaan  yang  sudah
 remuk-redam,  dengan hati yang sendu, hati yang tersayat pilu.
 Setiap  pria,  setiap  wanita,  setiap  anak-anak  -  terhadap
 laki-laki  yang sekarang memilih tempatnya di sisi Tuhan itu -
 mengenangkannya sebagai ayah, sebagai kawan setia dan sahabat,
 sebagai  Nabi dan Rasulullah. Betapakah perasaan yang sekarang
 sedang rimbun memenuhi kalbu  yang  penuh  semarak  iman  itu,
 kalbu yang penuh prihatin akan rahasia hari esok setelah Rasui
 wafat?!  Lukisan  peristiwa  khidmat  inilah   yang   sekarang
 terbentang  di  hadapan  saya.  Saya  lihat  diri  saya sedang
 tercengang menatapnya, dengan sepenuh hati akan keagungan yang
 penuh  syahdu  dan  khidmat  ini; hampir-hampir saya tak dapat
 melepaskan diri.

 Sudah sepantasnya pula  apabila  kaum  Muslimin  jadi  kuatir.
 Sejak   diumumkannya  berita  kematian  Nabi  di  Medinah  dan
 kemudian tersebar pula sampai kepada kabilah-kabilah  Arab  di
 sekitar  kota,  pihak  Yahudi dan Nasrani segera memasang mata
 dan  telinga,   sifat-sifat   munafik   mulai   timbul,   iman
 orang-orang  Arab  yang  masih lemah mulai pula guncang. Dalam
 pada itu orang-orang Mekah juga sudah siap-siap akan  berbalik
 dari  Islam,  bahkan  sudah  mau  bertindak demikian, sehingga
 'Attab b. Asid wakil Nabi di Mekah  merasa  kuatir  dan  tidak
 menampakkan  diri  kepada  mereka. Tepat sekali Suhail b. 'Amr
 yang berada di tengah-tengah mereka itu ketika ia  tampil  dan
 berkata  -  setelah  menerangkan  kematian  Nabi - bahwa Islam
 sekarang  sudah  bertambah  kuat,   dan   siapa   yang   masih
 menyangsikan  kami,  kami  penggal  lehernya. Kemudian katanya
 lagi:
 
 "Penduduk Mekah! Kamu adalah orang yang terakhir masuk  Islam,
 maka  janganlah  jadi  orang  yang pertama murtad! Demi Allah.
 Tuhanlah  yang  akan  menyelesaikan  soal  ini.  Seperti  kata
 Rasulullah s.a.w. - Belum jugakah mereka sadar dari kemurtadan
 mereka itu?"

 Ada dua  cara  orang-orang  Arab  ketika  itu  dalam  menggali
 kuburan: pertama cara orang Mekah yang menggali kuburan dengan
 dasarnya yang rata; kedua cara  orang  Medinah  yang  menggali
 kuburan  dengan  dasarnya  yang  dilengkungkan.  Abu  'Ubaidah
 bin'l-Jarrah misalnya, ia menggali cara  orang  Mekah,  sedang
 Abu  Talha  Zaid  b. Sahl menggali kuburan cara orang Medinah.
 Keluarga Nabi juga memperbincangkan cara mana kuburan itu akan
 digali.   'Abbas   paman   Nabi  segera  mengutus  dua  orang,
 masing-masing supaya memanggil Abu 'Ubaida dan Abu Talha. Yang
 diutus  kepada  Abu  'Ubaida kembali tidak bersama dengan yang
 dipanggil,   sedang   yang   diutus   kepada   Talha    datang
 bersama-sama.   Maka  makam  Rasulullah  digali  menurut  cara
 Medinah.
 
 Bilamana hari sudah senja, dan setelah kaum  Muslimin  selesai
 menjenguk tubuh yang suci itu serta mengadakan perpisahan yang
 terakhir, keluarga Nabi sudah siap pula  akan  menguburkannya.
 Mereka  menunggu  sampai  tengah  malam. Kemudian sehelai syal
 berwarna merah yang biasa dipakai Nabi dihamparkannya di dalam
 kuburan  itu.  Lalu ia diturunkan dan dikebumikan ke tempatnya
 yang terakhir oleh mereka yang telah  memandikannya.  Di  atas
 itu  lalu  dipasang  bata mentah kemudian kuburan itu ditimbun
 dengan tanah.
 
 Dalam hal  ini  Aisyah  berkata:  "Kami  mengetahui  pemakaman
 Rasulullah  s.a.w.  ialah  setelah mendengar suara-suara sekop
 pada tengah malam itu."
 
 Fatimah juga berkata seperti itu.
 
 Upacara pemakaman itu terjadi pada malam Rabu  14  Rabiulawal,
 yakni dua hari setelah Rasul berpulang ke rahmatullah.

 Sesudah  itu  Aisyah tinggal menetap di rumahnya dalam ruangan
 yang berdampingan dengan ruangan makam Nabi. Ia merasa bahagia
 di samping tetangga yang sangat mulia itu.
 
 Setelah Abu Bakr wafat ia dimakamkan di samping Nabi, demikian
 juga  Umar  menyusul  dimakamkan  di  sebelahnya   lagi.   Ada
 disebutkan,  bahwa Aisyah berziarah ke ruangan makam itu tidak
 mengenakan kudung, sebab  sebelum  Umar  dimakamkan,  di  sana
 hanya  ayah dan suaminya. Tetapi setelah juga Umar dimakamkan,
 setiap ia masuk selalu  berkudung  dengan  mengenakan  pakaian
 lengkap.

 Begitu   selesai  kaum  Muslimin  menyelenggarakan  pemakaman
 Rasulullah, Abu Bakr memerintahkan  pasukan  Usama  yang  akan
 menyerbu  Syam  segera diteruskan sebagai pelaksanaan apa yang
 telah diperintahkan oleh Rasulullah. Ada  juga  kaum  Muslimin
 yang  merasa  tidak  setuju  dengan  itu,  seperti yang pernah
 terjadi ketika Nabi sedang sakit.  Umar  termasuk  orang  yang
 tidak  setuju.  Ia  berpendapat  supaya  kaum  Muslimin  tidak
 bercerai-berai.  Mereka  harus   tetap   di   Medinah,   sebab
 dikuatirkan  akan  terjadi  hal-hal  yang kurang menyenangkan.
 Tetapi dalam melaksanakan perintah Rasul Abu Bakr tidak pernah
 ragu-tagu.  Dia  pun  menolak  pendapat orang yang mengusulkan
 supaya mengangkat seorang komandan yang lebih tua usianya dari
 Usama dan lebih berpengalaman dalam perang.
 
 Dengan  demikian  pasukan di Jurf itu tetap disiapkan di bawah
 pimpinan Usama, dan Abu Bakr pergi melepaskannya.  Ketika  itu
 dimintanya kepada Usama supaya Umar dibebaskan dari tugas itu.
 Ia perlu tinggal  di  Medinah  supaya  dapat  memberi  nasehat
 kepada Abu Bakr.
 
 Belum  selang  duapuluh  hari setelah tentara berangkat, pihak
 Muslimin sudah  dapat  menyerang  Balqa'.  Usama  telah  dapat
 mengadakan  pembalasan  buat  kaum  Muslimin  dan ayahnya yang
 telah terbunuh di Mu'ta dulu. Dalam  peristiwa  yang  gemilang
 itu  semboyan  perang yang diucapkan ialah: "Untuk kemenangan,
 matilah!"9
 
 Dengan demikian baik  Abu  Bakr  mau  pun  Usama  telah  dapat
 melaksanakan  perintah  Nabi. Ia kembali dengan pasukannya itu
 ke  Medinah  didahului  panji  yang   oleh   Rasulullah   dulu
 diserahkan di tangannya      dengan  menunggang kuda yang juga
 dulu dipakai ayahnya di Mu'ta sampai tewasnya.

 Setelah Nabi berpulang, Fatimah  puterinya  minta  kepada  Abu
 Bakr  tanah peninggalan Nabi di Fadak dan di Khaibar diberikan
 kepadanya. Tetapi Abu Bakr menjawab dengan kata-kata  ayahnya:
 "Kami  para  nabi tidak mewariskan.10 Apa yang kami tinggalkan
 buat sedekah." Kemudian kata Abu Bakr kepada Fatimah:
 
 "Kalau  ayahmu  dulu  memang  sudah  menghibahkan  harta   ini
 kepadamu, maka usulmu itu saya terima, dan saya laksanakan apa
 yang dimintanya itu." Tetapi Fatimah  menjawab  bahwa  tentang
 itu  ayahnya  tidak  berkata apa-apa kepadanya hanya Umm Aiman
 yang mengatakan kepadanya  bahwa  yang  demikian  itulah  yang
 dimaksudkan.  Dalam  hal  ini Abu Bakr menekankan supaya Fadak
 dan  Khaibar  tetap  dikembalikan  ke  baitulmal  untuk   kaum
 Muslimin.

 Demikianlah,  Muhammad pergi melepaskan dunia ini dengan tiada
 meninggalkan sesuatu kekayaan dunia  yang  fana  kepada  siapa
 pun.  Ia  pergi  melepaskan dunia ini seprti ketika ia datang.
 Sebagai peninggalan ia telah memberikan agama yang  lurus  ini
 kepada  umat manusia. Ia telah merintis jalan kebudayaan Islam
 yang maha besar, yang telah  menaungi  dunia  sebelumnya,  dan
 akan  menaungi  dunia  kemudian.  Ia  telah  menanamkan ajaran
 Tauhid, menempatkan ajaran  Tuhan  yang  tinggi  di  atas  dan
 ajaran  orang-orang  kafir  yang  rendah  di  bawah. Kehidupan
 paganisma dalam segala bentuk dan penampilannya telah  dikikis
 habis.  Manusia  sekarang  diajaknya  melakukan perbuatan yang
 baik dan takwa, bukan perbuatan dosa dan permusuhan.  Kemudian
 ia  meninggalkan  Kitabullah  buat manusia, sebagai rahmat dan
 petunjuk. Ia meninggalkan  teladan  yang  tinggi,  contoh  nan
 indah.  Contoh  terakhir  diberikannya  kepada  umat  manusia,
 ketika dalam sakit, ia berkata kepada orang banyak:
 
 "Wahai manusia! Barangsiapa punggungnya pernah  kucambuk,  ini
 punggungku, balaslah! Barangsiapa kehormatannya pernah kucela,
 ini kehormatanku, balaslah! Dan  barangsiapa  hartanya  pernah
 kuambil,   ini   hartaku,  ambillah!  Jangan  ada  yang  takut
 permusuhan, itu bukan bawaanku."
 
 Bilamana ada orang  yang  pernah  menuntut  uang  tiga  dirham
 kepadanya,  kepada orang itu diberikan pula gantinya. Kemudian
 ia melepaskan dunia ini  dengan  meninggalkan  warisan  rohani
 yang  agung,  yang selalu memancar di semesta dunia ini. Tuhan
 akan menyempurnakan ajaranNya, akan menolong agamaNya di  atas
 semua agama, sekali pun oleh orang-orang kafir tidak diakui.
 
 Semoga Allah memberi rahmat dan kedamaian kepadanya.
 
 Shallallahu 'alaihi wa sallam.
 
 Catatan kaki:
 
  1 Sejenis kain bersulam buatan Yaman.
    
  2 Diucapkan sebagai tanda cinta dan mendoakan. Lihat
    halaman 326 (A).
    
  3 Saqifa berarti 'serambi beratap' (N) (LA) atau
    'ruangan besar beratap' (LA), semacam balairung (A).
    
  4 Umara' jamak amir, harfiah 'yang memerintah,'
    pemimpin-pemimpin, dapat diartikan kepala-kepala
    negara; wuzana' jamak wazir 'yang memberi dukungan'
    (N), yakni 'para menteri' (A).
    
  5 Harfiah 'Saya kayu pasak tempat ternak bergerak dan
    setandan kurma yang bertopang,' yakni 'saya tempat
    orang yang mencari pengobatan dengan pendapatnya,
    seperti unta mengobati sakit gatalnya dengan
    bergaruk-garuk pada kayu pasak.' (N). Perumpamaan
    Melayu di atas berarti, saya yang memberi dua
    pertolongan dalam satu perjalanan.' (A)
    
  6 Dalam teks Hadis digunakan kata 'la'ana' dan
    'qatala,' yang menurut (N) dapat diartikan sama (A).
    
  7 Shuhari dan Shuhar nama sebuah desa di Yaman. Juga
    dikatakan dari kata shuhra, yakni warna merah muda.
    
  8 Assalamu'alaika, ya Rasulullah wa rahmatullahi wa
    barakatuhu
    
  9 'Ya manshur, amit!,' Harfiah: 'O yang menang, matilah'
    Menurut (N). ini berarti perintah mati sebagai
    optimisma kemenangan yang akan dicapai, juga dipakai
    sebagai sandi untuk saling kenal-mengenal dalam gelap
    malam (A).
    
 10 Aslinya dalam bentuk penderita atau obyek = tidak
    diwarisi (A).
 
 

0 komentar:

Post a Comment

Just select text on the page and get instant translation from Google Translate!
Google Translate Client