Selamat Datang Di Emye Private Blog
Membaca, mendengar, dan menterjemahkan Al Qur'an
Sedikit Bigraphy Singkat tentang Aku.
Title

Bapakku

Bapakku yang Sangat Tegas Akan Sesuatu yang Dia Anggap Fundamental, Berprinsip Kuat. Sangat Religius. Jawa Banyumasan. Gualakeee Poll, hehehe...

Read More
Title

Ibuku

Ibuku.., Seorang Wanita yang Sangat Kuat, Tegar dan Banyak Akal. Bisa Menjadi Seorang Ibu Sekaligus "seorang ayah" Juga. Smart dalam bertahan hidup, Sabar di Keseharian, Walau Galak Tapi Pemaaf... Saluut Untukmu Mah...!

Read More
Title

Aku Yang...

Inilah Yang Dulu Selalu Mencari Masalah, dan Terkena Masalah dan Hampir Terkubur Karenanya.. Berharap Maaf dariNYA, Kedua Orangtuaku dan Juga Kalian Semua.. Do'akan RidhoNYA Untukku ya.. Terimakasih Untuk Kalian Semua...

Read More
Title

Rumahku Hidupku..No Place Like Home

Di Sinilah Awal Semua Kisahku.., Di Awali Dengan Kasih Sayang dan Pengharapan dan Di Jalani Dengan Kegilaan lalu Berakhir dengan Keterpurukan. No More Fly..No More Sky and No More Cry...

Read More
Title

Seberkas CahayaNYA...

Menunggu dan Berharap Banyak dariNYA... Jawaban dan Ampunan Setelah Doa-doa yang Kutambatkan.. Setiap Detik, Setiap Saat Sebelum Saat Akhir Hidupku Tiba...

Read More
Title

Pikirkan Dulu!

Pikirkan dan Pertimbangkan Semua Pilihan. Karena Kau Harus Memilih, Gunakan Kata Hatimu. Ambil Apa Yang Baik Dari Kisahku Kawan.. Semua Hikmah. Sekarang atau Tidak Sama Sekali..!!!?

Read More

Sejarah Hidup Rasulullah Muhammad SAW

October 18, 2011
BAGIAN KEENAMBELAS: PENGARUH UHUD                        (2/2)
 Muhammad Husain Haekal
 
 Setelah dijelaskan maksud kedatangannya, mereka memperlihatkan
 sikap gembira dan dengan  senang  hati  bersedia  mengabulkan.
 Akan   tetapi,   sementara   sebagian   mereka   sedang  asyik
 bercakap-cakap  dengan  dia,  dilihatnya  yang   lain   sedang
 berkomplot.  Salah seorang dari mereka pergi menyisih ke suatu
 tempat dan tampaknya mereka sedang mengingatkan kematian  Ka'b
 b.  Asyraf.  Salah  seorang dari mereka itu ('Amr b. Jihasy b.
 Ka'b) tampak memasuki rumah tempat Muhammad sedang duduk-duduk
 bersandar  di  dinding. Ketika itulah ia merasa curiga sekali,
 lebih-lebih lagi karena persekongkolan mereka  dan  percakapan
 mereka itu telah didengarnya.
 
 Dengan  demikian,  diam-diam  ia  menarik diri dari tempat itu
 dengan  meninggalkan  sahabat-sahabatnya.  Mereka  menduga  ia
 pergi untuk suatu urusan.
 
 Sebaliknya  pihak  Yahudi, mereka jadi kebingungan. Tidak tahu
 lagi mereka; apa yang harus mereka katakan, dan apa pula  yang
 harus  mereka perbuat terhadap sahabat-sahabat Muhammad. Kalau
 mereka ini yang akan mereka jerumuskan niscaya  Muhammad  akan
 mengadakan   pembalasan   keras.  Jika  mereka  biarkan  saja,
 kalau-kalau  persekongkolan  mereka  terhadap   Muhammad   dan
 sahabat-sahabatnya  tetap tak akan terbongkar. Dengan demikian
 perjanjian mereka dengan pihak Muslimin  tetap  berlaku.  Jadi
 sekarang  mereka  berusaha  meyakinkan  tamu-tamu Muslimin itu
 yang mungkin akan dapat menghilangkan rasa  kecurigaan  mereka
 tanpa samasekali menyebut-nyebut hal tersebut.
 
 Tetapi  sahabat-sahabat  Muhammad  setelah  lama  menunggunya,
 mereka pun pergi  pula  mencarinya.  Tatkala  ada  orang  yang
 datang  dari  Medinah  dijumpai, tahulah mereka bahwa Muhammad
 sudah sampai di kota itu dan langsung menuju ke mesjid. Mereka
 pun juga pergi ke sana. Ia menceritakan kepada mereka mengenai
 apa yang telah menimbulkan kecurigaan dari sikap orang  Yahudi
 itu  serta  maksud mereka yang hendak mengkhianatinya. Barulah
 mereka menyadari apa  yang  telah  mereka  lihat  itu.  Mereka
 percaya  akan  ketajaman  pandangan  Rasul serta akan apa yang
 telah diwahyukan kepadanya.
 
 Kemudian Nabi memanggil Muhammad b. Maslama, dan katanya:
 
 "Pergilah kepada Yahudi Banu Nadzir dan katakan kepada mereka,
 bahwa Rasulullah mengutus aku kepada kamu sekalian supaya kamu
 keluar dari negeri ini. Kamu telah melanggar  perjanjian  yang
 sudah  kubuat  dengan kamu dengan maksudmu hendak mengkhianati
 aku.  Aku  memberikan  waktu   sepuluh   hari   kepada   kamu.
 Barangsiapa  yang  masih  terlihat  sesudah itu akan dipenggal
 lehernya."
 
 Yahudi Banu Nadzir sekarang merasa putus asa dan  kebingungan.
 Atas  keterangan  itu  mereka  tidak  dapat membela diri lagi,
 mereka tidak menjawab apa-apa lagi; kecuali katanya kepada Ibn
 Maslama:
 
 "Muhammad,  kami  tidak menduga hal ini akan datang dari orang
 golongan Aus." Ini adalah suatu  isyarat  tentang  persekutuan
 mereka  dengan  pihak  Aus dahulu dalam perang dengan Khazraj,
 tetapi Ibn Maslama hanya menjawab:
 
 "Hati orang sudah berubah."

 Selama beberapa hari golongan ini sudah  bersiap-siap.  Tetapi
 dalam  pada  itu  tiba-tiba  datang  pula  dua  orang  suruhan
 Abdullah b. Ubayy dengan mengatakan: "Jangan  ada  orang  yang
 mau  meninggalkan  rumah-rumah  kamu  dan  harta  benda  kamu.
 Tetaplah bertahan dalam benteng kamu sekalian. Dari golonganku
 sendiri  ada  dua ribu orang dan selebihnya dari golongan Arab
 yang akan bergabung dengan kita dalam benteng dan mereka  akan
 bertahan  sampai  titik  darah  penghabisan, sebelum ada pihak
 lain menyentuh kamu."

 Banu Nadzir mengadakan perundingan atas keterangan  Ibn  Ubayy
 itu.  Mereka tambah bingung. Ada yang samasekali tidak percaya
 kepada Ibn Ubayy. Bukankah dulu  pernah  ia  menjanjikan  Banu
 Qainuqa'   seperti   yang  dijanjikannya  kepada  Banu  Nadzir
 sekarang, tetapi tiba waktunya ia cuci tangan  dan  menghilang
 meninggalkan   mereka?  Juga  mereka  mengetahui,  bahwa  Banu
 Quraidza takkan dapat membela mereka  mengingat  adanya  suatu
 perjanjian  dengan pihak Muhammad. Disamping itu, kalau mereka
 keluar dari kampung mereka itu ke Khaibar atau ke tempat  lain
 yang  berdekatan  mereka  masih  akan dapat kembali ke Yathrib
 bila kurma mereka nanti sudah  berbuah;  mereka  akan  memetik
 buah  kurma  itu  lalu kembali ke tempat mereka semula. Mereka
 tidak akan mengalami banyak kerugian
 
 "Tidak," kata Huyayy b. Akhtab pemimpin  mereka.  "Malah  kita
 yang  harus  mengirim  pesan kepada Muhammad: bahwa kita tidak
 akan meninggalkan kampung kita dan harta-benda kita.  Terserah
 apa  yang  akan diperbuat. Kita hanya tinggal memperbaiki kubu
 kita; kita akan memasuki tempat ini  sesuka  hati  kita.  Kita
 akan  membiasakan  memakai  jalan-jalan  kita,  kita pindahkan
 batu-batu ke tempat itu. Persediaan makanan  kita  cukup  buat
 setahun,  air  pun  tidak pernah terputus. Muhammad tidak akan
 mengepung kita setahun penuh."
 
 Tetapi sepuluh hari sudah lampau.  Mereka  tidak  juga  keluar
 dari perkampungan itu.
 
 Dengan  membawa  senjata  pihak Muslimin selama duabelas malam
 bertempur  melawan  mereka.  Ketika  itu  bila  sudah   tampak
 Muslimin  di jalan-jalan atau di rumah-rumah, mereka mundur ke
 rumah berikutnya  sesudah  rumah-rumah  itu  mereka  robohkan.
 Kemudian  Muhammad  memerintahkan sahabat-sahabatnya menebangi
 pohon-pohon  kurma  kepunyaan  orangorang  Yahudi  itu,   lalu
 membakarnya. Dengan demikian orang-orang Yahudi itu tidak akan
 terlalu  terikat  pada  harta-bendanya  lagi  dan  tidak  akan
 terlalu bersemangat mau berperang
 
 Dengan tidak sabar orang-orang Yahudi itu berteriak:
 
 "Muhammad!  Tuan  melarang  orang berbuat kerusakan. Tuan cela
 orang yang berbuat begitu.  Tetapi  kenapa  pohon-pohon  kurma
 ditebangi dan dibakar?!"
 
 Dalam hal ini firman Tuhan turun:
 
 "Mana  pun  pohon  kurma  yang  kamu  tebang atau kamu biarkan
 berdiri dengan batangnya, adalah dengan ijin Allah  juga,  dan
 karena  Ia  hendak  mencemoohkan  mereka  yang melanggar hukum
 itu."(Qur'an, 59: 5)

 Sia-sia saja rupanya pihak Yahudi itu menunggu adanya  bantuan
 dari  Abdullah  b.  Ubayy atau pertolongan yang mungkin datang
 dan salah satu golongan Arab.  Sekarang  mereka  yakin,  bahwa
 mereka  hanya  akan  beroleh  nasib  buruk  saja apabila terus
 bersitegang hendak berperang. Setelah  ternyata  mereka  dalam
 putus-asa dan ketakutan, mereka meminta damai kepada Muhammad,
 meminta  jaminan  keamanan  atas  harta-benda,   darah   serta
 anak-anak keturunan mereka; sampai mereka keluar dari Medinah.
 Muhammad pun mengabulkan permintaan mereka; asal mereka keluar
 dari  kota  itu:  Setiap  tiga orang diberi seekor unta dengan
 muatan harta-benda; persediaan makanan dan minuman sesuka hati
 mereka.  Di  luar itu tidak ada. Pihak Yahudi menerima. Mereka
 dipimpin oleh Huyayy b. Akhtab.
 
 Dalam perjalanan itu mereka ada yang berhenti di Khaibar, yang
 lain  meneruskan  perjalanan  sampai  ke  Adhri'at di bilangan
 Syam.  Harta-benda  yang  mereka  tinggalkan  menjadi   barang
 rampasan Muslimin yang terdiri dari hasil bumi, senjata berupa
 50 buah baju besi, 340 bilah pedang, di  samping  tanah  milik
 orang-orang  Yahudi itu. Tetapi tanah ini tidak dapat dianggap
 sebagai   rampasan   perang;   oleh   karenanya   tak    dapat
 dibagi-bagikan  kepada  kaum  Muslimin,  melainkan  khusus  di
 tangan  Rasulullah  yang  nantinya  akan  ditentukan   sendiri
 menurut    kebijaksanaannya.    Dan    tanah    itu   kemudian
 dibagi-bagikan kepada golongan Muhajirin yang pertama di  luar
 golongan   Anshar,  setelah  dikeluarkan  bagian  khusus  yang
 hasilnya akan menjadi hak fakir-miskin. Dengan  demikian  kaum
 Muhajirin  itu  tidak  perlu  lagi harus menerima bantuan kaum
 Anshar dan inipun sudah menjadi harta  kekayaan  mereka.  Dari
 pihak  Anshar  yang turut mendapat bagian hanya Abu Dujana dan
 Sahl b. Hunaif, yang sudah terdaftar sebagai orang miskin.
 
 Muhammad memberikan bagian kepada mereka  ini  seperti  kepada
 kaum Muhajirin.
 
 Dari  golongan  Yahudi  Banu Nadzir sendiri tak ada yang masuk
 Islam kecuali dua  orang.  Mereka  masuk  Islam  karena  harta
 mereka, yang kemudian mereka peroleh kembali.
 
 Tidak begitu sulit orang akan menilai arti kemenangan Muslimin
 serta pengosongan Banu Nadzir dari Medinah itu,  setelah  kita
 kemukakan  betapa  Rasul  .a.s.  memperhitungkan, bahwa adanya
 mereka  di  tempat  itu   akan   memberikan   semangat   dalam
 menimbulkan  bibit-bibit  fitnah,  akan  mengajak  orang-orang
 munafik itu mengangkat  kepala  setiap  mereka  melihat  pihak
 Muslimin  mendapat  bencana  dan  mengancam  timbulnya  perang
 saudara bila saja ada musuh menyerang kaum Muslimin.
 
 Tentang perginya Banu Nadzir itu Surah Hasyr (59) ini turun:
 
 "Tidakkah engkau perhatikan orang-orang yang bersikap munafik,
 yang  berkata  kepada saudara-saudaranya yang tak beriman dari
 kalangan Ahli Kitab: Kalau kamu diusir  keluar,  niscaya  kami
 pun  akan keluar bersama kamu, dan tidak sekali-kali kami akan
 dipengaruhi oleh siapa pun  menghadapi  persoalanmu  ini;  dan
 kalau kamu dipengaruhi niscaya kami pun akan membelamu. Tetapi
 Tuhan  mengetahui,  bahwa  mereka  adalah   pendusta   belaka.
 Kalaupun  mereka ini diusir keluar, mereka pun tidak akan ikut
 bersama-sama keluar, juga kalau mereka ini  diperangi,  mereka
 pun  tidak  akan  turut  membantu.  dan kalaupun mereka sampai
 membantu, niscaya mereka akan  lari  mengundurkan  diri;  lalu
 mereka  ini  tidak  mendapat  pertolongan.  Sungguh dalam hati
 mereka kamu sangat ditakuti lebih dari Allah. Demikian itulah,
 sebab  mereka  adalah  golongan yang tidak mengerti." (Qur'an,
 59: 11-13)
 
 Kemudian  Surah  itu  dilanjutkan  dengan  memberi  keterangan
 tentang   iman  dan  kekuasaannya.  Iman  hanya  kepada  Allah
 semata-mata. Bagi jiwa  manusia,  yang  tahu  harga  diri  dan
 kehormatan dirinya, yang dikenalnya hanyalah kekuasaan Tuhan.
 
 "Dialah  Allah. Tiada tuhan selain Dia. Maha mengetahui segala
 yang gaib dan yang nyata. Dia Pengasih dan  Penyayang.  Dialah
 Allah.  Tiada tuhan selain Dia. Maha Raja, Maha Kudus. Pembawa
 Keselamatan, Keamanan, Penjaga  segalanya,  Maha  Kuasa,  Maha
 Perkasa,  Maha  Agung. Maha Suci Allah dari segala yang mereka
 persekutukan.  Dialah  Allah.  Pencipta,  Pengatur,  Pembentuk
 rupa,  PadaNyalah  ada  Asma  Yang  Indah.  Segala yang ada di
 langit dan di bumi berbakti kepadaNya.  Dan  Dia  Maha  Kuasa,
 Maha Bijaksana." (Qur'an, 59: 22 - 24)

 Sampai  pada  waktu  dikosongkannya  Medinah dari Banu Nadzir,
 yang menjadi sekretaris Nabi ketika itu  ialah  orang  Yahudi.
 Hal  ini  dimaksudkan  untuk memudahkan pengiriman surat-surat
 dalam bahasa Ibrani dan  Asiria.  Tetapi  setelah  orang-orang
 Yahudi  keluar,  Nabi  jadi kuatir kalau jabatan yang memegang
 rahasianya itu bukan di  tangan  orang  Islam.  Dari  kalangan
 pemuda  Islam  di  Medinah  dimintanya  Zaid  b. Thabit supaya
 mempelajari kedua bahasa tersebut, yang  dalam  segala  urusan
 kemudian  ia  akan menjadi sekretaris Nabi. Dan Zaid b. Thabit
 inilah yang telah mengumpulkan Qur'an pada masa  khilafat  Abu
 Bakr,  dan  dia  pula  yang  kembali dan mengawasi pengumpulan
 Qur'an  tatkala  terjadi  perbedaan  cara  membaca  pada  masa
 pemerintahan  Usman.  Lalu  yang  dipakai hanya Mushhaf Usman,
 yang lain dibakar.
 
 Suasana Medinah  jadi  tenteram  setelah  Yahudi  Banu  Nadzir
 keluar.  Pihak  Muslimin  tidak  lagi  merasa  takut  terhadap
 orang-orang  munafik.  Bahkan  kaum  Muhajirin  bersuka   hati
 memperoleh  tanah  bekas orang-orang Yahudi itu. Juga kalangan
 Anshar  turut  gembira  karena  Muhajirin  sudah  tidak   lagi
 bergantung pada bantuan mereka. Hati mereka semua merasa lega.
 Dalam suasana yang begitu  tenang,  aman  dan  tenteram,  baik
 Muhajirin  maupun  Anshar,  semua  mereka merasa senang. Dalam
 pada mereka dalam  keadaan  demikian,  setelah  berlalu  waktu
 setahun   sejak   peristiwa   Uhud,   teringat  oleh  Muhammad
 'alaihi'sh  shalatu  was-salam  -  ucapan  Abu  Sufyan:  "Yang
 sekarang  ini  untuk peristiwa perang Badr. Sampai jumpa tahun
 depan!"  serta  ajakannya  kepada  Muhammad  untuk  mengadakan
 perang Badr lagi. Tetapi tahun itu sedang terjadi musim kering
 (paceklik). Harapan Abu  Sufyan  ialah  sekiranya  perang  itu
 diadakan dalam waktu lain saja.
 
 Untuk  itu  diutusnya  Nusaim  (b.  Mas'ud)  ke Medinah dengan
 mengatakan  kepada  pihak  Muslimin,   bahwa   Quraisy   telah
 mengerahkan  tentaranya  begitu  besar  yang belum ada taranya
 dalam sejarah Arab; sudah siap  akan  memerangi  mereka,  akan
 menghancur-luluhkan  mereka  sehingga tidak akan tersisa lagi.
 Tampaknya kaum Muslimin pun mau menghindari bahaya itu. Banyak
 diantara  mereka yang memperlihatkan keengganan pergi ke Badr.
 Tetapi Muhammad jadi marah karena sikap lemah  dan  mau  surut
 itu.  Ia  bersumpah  mengatakan  kepada  mereka, bahwa ia akan
 pergi juga ke Badr walaupun seorang diri.

 Melihat kejengkelan yang luar  biasa  itu  segala  sikap  maju
 mundur  dan  perasaan takut-takut segera lenyap. Kaum Muslimin
 sekarang siap memanggul senjata dan berangkat ke  Badr.  Dalam
 hal  ini  pimpinan  kota  Medinah  oleh Nabi diserahkan kepada
 Abdullah b. Abdullah b. Ubayy b. Salul.
 
 Muslimin  yang  sudah  sampai  di  Badr,  sekarang  menantikan
 kedatangan Quraisy. Mereka sudah siap bertempur. Demikian juga
 pihak Quraisy dengan pimpinan Abu Sufyan sudah pula  berangkat
 dari Mekah dengan kekuatan 2000 orang. Tetapi sesudah dua hari
 perjalanan  tampaknya  Abu  Sufyan  mau  kembali  pulang.   Ia
 memanggil-manggil teman-temannya sambil katanya:
 
 "Saudara-saudara dari Quraisy, sebenarnya yang cocok buat kita
 hanyalah dalam musim subur, sedang sekarang kita  dalam  musim
 kering.  Saya  sendiri mau kembali pulang. Maka pulang sajalah
 kamu sekalian."
 
 Mereka itu kembali pulang.
 
 Tinggal lagi Muhammad dengan tentara Muslimin  selama  delapan
 hari  terus-menerus menantikan mereka, yang selama di Badr itu
 pula waktu  mereka  pergunakan  sambil  berdagang.  Dan  dalam
 perdagangan  itu  mereka  mendapat  laba.  Mereka  kembali  ke
 Medinah pun kemudian dengan gembira,  telah  mendapat  karunia
 dari Tuhan. Dalam Badr Terakhir itulah firman Tuhan ini turun:
 
 "Mereka yang berkata kepada teman-temannya, dan mereka sendiri
 tinggal di belakang:  'Sekiranya  mereka  itu  mengikut  kita,
 niscaya  mereka  takkan  mati  terbunuh.'  Katakanlah: Cobalah
 hindarkan dirimu dari kematian, kalau memang kamu  orang-orang
 yang  benar.  Jangan  kamu  kira  orang-orang yang terbunuh di
 jalan Allah itu sudah mati. Tidak!  Mereka  itu  hidup  dengan
 mendapat  bagian  dari  Tuhan.  Mereka  dalam  suasana gembira
 karena karunia yang diberikan Tuhan juga; mereka girang sekali
 terhadap mereka yang tidak ikut dan tinggal di belakang, bahwa
 mereka tidak merasa takut dan tidak pula  berdukacita.  Mereka
 girang  karena  karunia  dan nikmat Tuhan dan Tuhan tidak akan
 menghilangkan jasa orang-orang beriman, orang-orang yang telah
 memenuhi  panggilan,  Tuhan  dan  Rasul  meskipun mereka sudah
 mengalami malapetaka, orang-orang yang berbuat baik dan  dapat
 memelihara  diri  dari  kejahatan;  mereka  itulah  yang  akan
 mendapat pahala besar. Orang yang sudah berkata kepada mereka:
 'Sebenarnya  orang-orang  sudah berkumpul hendak melawan kamu.
 Karena itu hendaklah kamu takut kepada mereka. Tetapi hal  ini
 bahkan  menambah  kuat  iman  mereka,  dan jawab mereka: Cukup
 Tuhan bersama  kami  dan  Ia  Pelindung  yang  sebaik-baiknya.
 Mereka  kembali  mendapatkan  nikmat  dan  karunia dari Tuhan.
 Mereka tidak mengalami bencana, dan mereka mengikut  perkenaan
 Allah.  Dan  Allah  Maha  Pemberi  karunia  yang  besar.  Yang
 demikian    itu    hanyalah    setan    yang    menakut-nakuti
 pengikut-pengikutnya.  Jangan  kamu  takut kepada mereka, tapi
 takutlah  kepadaKu,   kalau   benar-benar   kamu   orang-orang
 beriman." (Qura'an, 3: 168 - 175)
 
 Dengan  demikian  perang  Badr yang terakhir benar-benar telah
 menghapus pengaruh perang Uhud samasekali. Buat Quraisy  hanya
 tinggal  lagi  menunggu  kesempatan  lain, dengan tetap mereka
 bergelimang dalam  kecemaran  karena  sifat  pengecutnya  yang
 tidak  kurang cemarnya dari kekalahan yang mereka derita dalam
 perang Badr pertama.
 
 Dengan pertolongan Tuhan itu Muhammad merasa lega  tinggal  di
 Medinah,  merasa  tenteram  hatinya karena kewibawaan Muslimin
 kini  telah  kembali.  Sungguhpun  begitu  ia  selalu  waspada
 terhadap  segala  tipu-muslihat  musuh,  selalu  awas-awas  ke
 segenap jurusan.

 Sementara  dalam  keadaan  demikian  itu,  tiba-tiba  terbetik
 berita,  bahwa  ada sebuah kelompok dari Ghatafan di Najd yang
 sedang bersepakat hendak memeranginya.  Dan  taktiknya  selalu
 dalam  hal  ini ialah menyergap musuh secara tiba-tiba sebelum
 musuh itu sempat  mengadakan  persiapan  mempertahankan  diri.
 Oleh  karena  itulah,  dengan  kekuatan  empat  ratus orang ia
 berangkat  menuju  Dhat'r-Riqa'.  Di  tempat  ini  pihak  Banu
 Muharib  dan  Banu  Tha'laba  dari  Ghatafan  sudah berkumpul.
 Begitu  ia  dilihat  oleh  mereka,   ia   langsung   melakukan
 penyerbuan  ke  tempat-tempat  mereka itu. Dengan meninggalkan
 kaum wanita dan harta, mereka lari tunggang-langgang. Apa yang
 dapat  dibawa  oleh  Muslimin  dibawanya,  dan  mereka kembali
 pulang ke Medinah.
 
 Akan tetapi,  karena  dikuatirkan  pihak  musuh  akan  kembali
 menyerang  mereka,  siang  malam  mereka pun secara bergantian
 mengadakan penjagaan. Dalam pada itu dalam memimpin sembahyang
 juga  oleh  Muhammad  dilakukan dengan salat khauf.1 Dalam hal
 ini  sebagian  mereka  menghadap  ke  jurusan  musuh,   karena
 dikuatirkan kalau-kalau pihak musuh menyusul menyerang mereka,
 sementara mereka sedang bersembahyang dua raka'at bersama-sama
 Muhammad  itu. Akan tetapi selama itu tidak ada bayangan musuh
 yang tampak. Kemudian  Nabi  dan  sahabat-sahabat  kembali  ke
 Medinah  setelah  15 hari meninggalkan kota itu. Dengan sukses
 demikian ini mereka kembali dengan gembira sekali.

 Tidak lama sesudah itu Nabi pun  berangkat  lagi  dalam  suatu
 ekspedisi,  yakni ekspedisi Dumat'l-Jandal. Dumat'l-Jandal ini
 adalah sebuah wahah (oasis) pada perbatasan  Hijaz-Syam,  yang
 terletak pada pertengahan jalan antara Laut Merah dengan Teluk
 Persia.  Muhammad  sendiri   tidak   sampai   bertemu   dengan
 kabilah-kabilah  yang  ingin  dihadapinya  itu  dan  yang suka
 menyerang kafilah-kafilah di sana; sebab baru mereka mendengar
 namanya  saja,  mereka  sudah  ketakutan dan sudah kabur lebih
 dulu, dengan meninggalkan harta  benda  yang  kemudian  dibawa
 Muslimin sebagai barang ghanima (rampasan perang). Berdasarkan
 batas Dumat'l-Jandal secara geografis kita sudah dapat melihat
 betapa  luasnya  pengaruh Muhammad dan sahabat-sahabatnya itu,
 betapa  jauhnya  kekuasaan  mereka  dan  betapa  pula  seluruh
 jazirah  itu  merasa takut. Begitu juga kita melihat bagaimana
 Muslimin   itu   menanggung   segala   macam    beban    dalam
 ekspedisi-ekspedisi  itu,  dengan  tidak pedulikan panas terik
 yang rnembakar, tanah yang kering dan gersang, air yang  sukar
 diperoleh, bahkan maut sendiri pun tidak lagi mereka hiraukan.
 Hanya satu yang menggerakkan mereka sampai mencapai kemenangan
 dan  sukses  itu,  yang telah memberikan kekuatan moril kepada
 mereka, yaitu: keteguhan iman, iman yang  hanya  kepada  Allah
 semata-mata.
 
 Sekarang  tiba  waktunya buat Muhammad beristirahat di Medinah
 untuk selama beberapa bulan berikutnya,  sementara  menantikan
 Quraisy  sampai  tahun  depan  -  tahun  kelima  Hijrah  - dan
 menjalankan  perintah  Tuhan   menyelesaikan   suatu   susunan
 masyarakat  bagi  umat  Islam  yang  baru  tumbuh  itu,  suatu
 organisasi yang pada waktu itu meliputi  beberapa  ribu  orang
 dan  yang  kemudian  akan  meliputi jutaan bahkan ratusan juta
 umat  Islam.  Dalam  membuat  struktur  masyarakat   itu,   ia
 bertindak  dengan  cara  yang  begitu  cermat dan baik sekali,
 sejalan dengan  wahyu  Tuhan  yang  diberikan  kepadanya,  dan
 ditentukannya   sendiri  pula  mana-mana  yang  sesuai  dengan
 perintah dan  ajaran  wahyu  itu,  dengan  ketentuan-ketentuan
 terperinci  yang  oleh  sahabat-sahabat  pada waktu itu diberi
 tempat yang suci, dan  yang  selanjutnya  akan  tetap  berlaku
 begitu  sepanjang masa dan generasi; wahyu yang tiada dimasuki
 kepalsuan dari manapun juga, baik dari semula  maupun  sesudah
 itu.
 
 Catatan kaki:
 
  1 Shalat'l-khauf, harfiah salat ketakutan, yakni
    sembahyang darurat dalam keadaan bahaya. Syarat-syarat
    dan ketentuan-ketentuannya terdapat dalam buku-buku
    fikih (A).
 
 ---------------------------------------------

0 komentar:

Post a Comment

Just select text on the page and get instant translation from Google Translate!
Google Translate Client