Selamat Datang Di Emye Private Blog
Membaca, mendengar, dan menterjemahkan Al Qur'an
Sedikit Bigraphy Singkat tentang Aku.
Title

Bapakku

Bapakku yang Sangat Tegas Akan Sesuatu yang Dia Anggap Fundamental, Berprinsip Kuat. Sangat Religius. Jawa Banyumasan. Gualakeee Poll, hehehe...

Read More
Title

Ibuku

Ibuku.., Seorang Wanita yang Sangat Kuat, Tegar dan Banyak Akal. Bisa Menjadi Seorang Ibu Sekaligus "seorang ayah" Juga. Smart dalam bertahan hidup, Sabar di Keseharian, Walau Galak Tapi Pemaaf... Saluut Untukmu Mah...!

Read More
Title

Aku Yang...

Inilah Yang Dulu Selalu Mencari Masalah, dan Terkena Masalah dan Hampir Terkubur Karenanya.. Berharap Maaf dariNYA, Kedua Orangtuaku dan Juga Kalian Semua.. Do'akan RidhoNYA Untukku ya.. Terimakasih Untuk Kalian Semua...

Read More
Title

Rumahku Hidupku..No Place Like Home

Di Sinilah Awal Semua Kisahku.., Di Awali Dengan Kasih Sayang dan Pengharapan dan Di Jalani Dengan Kegilaan lalu Berakhir dengan Keterpurukan. No More Fly..No More Sky and No More Cry...

Read More
Title

Seberkas CahayaNYA...

Menunggu dan Berharap Banyak dariNYA... Jawaban dan Ampunan Setelah Doa-doa yang Kutambatkan.. Setiap Detik, Setiap Saat Sebelum Saat Akhir Hidupku Tiba...

Read More
Title

Pikirkan Dulu!

Pikirkan dan Pertimbangkan Semua Pilihan. Karena Kau Harus Memilih, Gunakan Kata Hatimu. Ambil Apa Yang Baik Dari Kisahku Kawan.. Semua Hikmah. Sekarang atau Tidak Sama Sekali..!!!?

Read More

Sejarah Hidup Rasulullah Muhammad SAW

October 18, 2011
BAGIAN KESEPULUH: HIJRAH                                 (2/2)
 Muhammad Husain Haekal
 
 Mereka   yakin   itu   adalah   Muhammad  dan  beberapa  orang
 sahabatnya. Waktu itu Suraqa b. Malik b. Ju'syum hadir.
 
 "Ah,  mereka  itu  Keluarga  sianu,"  katanya  dengan   maksud
 mengelabui  orang  itu,  sebab  dia  sendiri  ingin memperoleh
 hadiah seratus ekor unta. Sebentar ia  masih  tinggal  bersama
 orang-orang itu. Tetapi kemudian ia segera pulang ke rumahnya.
 Disiapkannya  senjatanya  dan  disuruhnya   orang   membawakan
 kudanya  ke  tengah-tengah  wadi  supaya waktu ia keluar nanti
 tidak dilihat orang.  Selanjutnya  dikendarainya  kudanya  dan
 dipacunya ke arah yang disebutkan orang itu tadi.
 
 Sementara  itu  Muhammad  dan  kedua temannya sudah mengaso di
 bawah naungan sebuah  batu  besar,  sekadar  beristirahat  dan
 menghilangkan  rasa  lelah  sambil  makan-makan dan minum, dan
 sekadar mengembalikan tenaga dan kekuatan baru.
 
 Matahari sudah mulai bergelincir, Muhammad dan  Abu  Bakr  pun
 sudah  pula  mulai  memikirkan  akan menaiki untanya mengingat
 bahwa jaraknya dengan Suraqa sudah makin  dekat.  Dan  sebelum
 itu  kuda  Suraqa  sudah  dua kali tersungkur karena terlampau
 dikerahkan. Tetapi setelah penunggang kuda itu  melihat  bahwa
 ia  sudah  hampir berhasil dan menyusul kedua orang itu - lalu
 akan membawa mereka kembali ke Mekah atau membunuh mereka bila
 mencoba  membela  diri  -  ia lupa kudanya yang sudah dua kali
 tersungkur  itu,  karena  saat  kemenangan  rasanya  sudah  di
 tangan.  Akan  tetapi  kuda  itu tersungkur sekali lagi dengan
 keras  sekali,  sehingga   penunggangnya   terpelanting   dari
 punggung   binatang  itu  dan  jatuh  terhuyung-huyung  dengan
 senjatanya. Lalu diramalkan oleh Suraqa bahwa itu suatu alamat
 buruk  dan  dia  percaya  bahwa  sang  dewa  telah melarangnya
 mengejar sasarannya itu dan bahwa dia akan berada dalam bahaya
 besar  apabila  sampai keempat kalinya ia terus berusaha juga.
 Sampai di situ ia berhenti dan hanya memanggil-manggil:
 
 "Saya Suraqa bin Ju'syum! Tunggulah,  saya  mau  bicara.  Demi
 Allah,  tuan-tuan  jangan  menyangsikan  saya. Saya tidak akan
 melakukan sesuatu yang akan merugikan tuan-tuan."
 
 Setelah kedua orang itu berhenti melihat kepadanya, dimintanya
 kepada Muhammad supaya menulis sepucuk surat kepadanya sebagai
 bukti bagi kedua belah pihak. Dengan permintaan Nabi, Abu Bakr
 lalu  menulis surat itu di atas tulang atau tembikar yang lalu
 dilemparkannya kepada Suraqa.
 
 Setelah diambilnya oleh Suraqa surat itu  ia  kembali  pulang.
 Sekarang,  bila  ada  orang  mau  mengejar  Muhajir  Besar itu
 olehnya  dikaburkan,   sesudah   tadinya   ia   sendiri   yang
 mengejarnya.
 
 Muhammad   dan   kawannya  itu  kini  berangkat  lagi  melalui
 pedalaman Tihama dalam panas terik  yang  dibakar  oleh  pasir
 sahara.  Mereka  melintasi  batu-batu karang dan lembah-lembah
 curam. Dan sering pula mereka tidak mendapatkan  sesuatu  yang
 akan  menaungi  diri mereka dari letupan panas tengah hari tak
 ada  tempat  berlindung  dari  kekerasan  alam  yang  ada   di
 sekitarnya,  tak ada keamanan dari apa yang mereka takuti atau
 dari  yang  akan  menyerbu  mereka  tiba-tiba,   selain   dari
 ketabahan  hati  dan  iman  yang begitu mendalam kepada Tuhan.
 Keyakinan  mereka  besar  sekali  akan  kebenaran  yang  telah
 diberikan Tuhan kepada RasulNya itu.
 
 Selama  tujuh  hari  terus-menerus mereka dalam keadaan serupa
 itu. Mengaso di bawah panas membara musim kemarau dan berjalan
 lagi  sepanjang  malam  mengarungi  lautan padang pasir. Hanya
 karena adanya ketenangan hati kepada Tuhan  dan  adanya  kedip
 bintang-bintang yang berkilauan dalam gelap malam itu, membuat
 hati dan perasaan mereka terasa lebih aman.
 
 Bilamana kedua orang itu sudah memasuki  daerah  kabilah  Banu
 Sahm  dan  datang  pula  Buraida  kepala kabilah itu menyambut
 mereka, barulah perasaan kuatir dalam  hatinya  mulai  hilang.
 Yakin sekali mereka pertolongan Tuhan itu ada.
 
 Jarak mereka dengan Yathrib kini sudah dekat sekali.
 
 Selama  mereka  dalam  perjalanan yang sungguh meletihkan itu,
 berita-berita tentang hijrah Nabi  dan  sahabatnya  yang  akan
 menyusul  kawan-kawan  yang  lain,  sudah  tersiar di Yathrib.
 Penduduk kota ini sudah mengetahui,  betapa  kedua  orang  ini
 mengalami    kekerasan   dari   Quraisy   yang   terus-menerus
 membuntuti. Oleh karena itu semua kaum Muslimin tetap  tinggal
 di  tempat  itu  menantikan  kedatangan Rasulullah dengan hati
 penuh  rindu  ingin  melihatnya,  ingin   mendengarkan   tutur
 katanya.  Banyak  di  antara  mereka  itu  yang  belum  pernah
 melihatnya, meskipun sudah mendengar  tentang  keadaannya  dan
 mengetahui  pesona  bahasanya  serta  keteguhan  pendiriannya.
 Semua itu membuat mereka rindu  sekali  ingin  bertemu,  ingin
 melihatnya. Orangpun sudah akan dapat mengira-ngirakan, betapa
 dalamnya hati mereka itu terangsang tatkala mengetahui,  bahwa
 orang-orang  terkemuka  Yathrib  yang sebelum itu belum pernah
 melihat  Muhammad  sudah  menjadi  pengikutnya  hanya   karena
 mendengar  dari  sahabat-sahabatnya  saja,  kaum Muslimin yang
 gigih melakukan dakwah Islam dan sangat  mencintai  Rasulullah
 itu.
 
 Sa'id b. Zurara dan Mush'ab b. 'Umair sedang duduk-duduk dalam
 salah sebuah kebun  Banu  Zafar.  Beberapa  orang  yang  sudah
 menganut  Islam  juga  berkumpul  di sana. Berita ini kemudian
 sampai kepada Sa'd b. Mu'adh dan 'Usaid b. Hudzair, yang  pada
 waktu     itu    merupakan    pemimpin-pemimpin    golongannya
 masing-masing.
 
 "Temui dua orang itu," kata Said kepada 'Usaid,  "yang  datang
 ke  daerah  kita  ini  dengan  maksud  supaya orang-orang yang
 hina-dina di kalangan kita dapat  merendahkan  keluarga  kita.
 Tegur  mereka  itu  dan  cegah.  Sebenarnya Said b. Zurara itu
 masih  sepupuku  dari  pihak  ibu,  jadi  saya   tidak   dapat
 mendatanginya."
 
 'Usaidpun   pergi   menegur  kedua  orang  itu.  Tapi  Mush'ab
 menjawab:
 
 "Maukah kau duduk dulu dan mendengarkan?" katanya. "Kalau  hal
 ini  kau setujui dapatlah kauterima, tapi kalau tidak kausukai
 maukah kau lepas tangan?"
 
 "Adil kau,"  kata  'Usaid,  seraya  menancapkan  tombaknya  di
 tanah.  Ia  duduk dengan mereka sambil mendengarkan keterangan
 Mush'ab, yang  ternyata  sekarang  ia  sudah  menjadi  seorang
 Muslim.  Bila ia kembali kepada Sa'd wajahnya sudah tidak lagi
 seperti ketika berangkat. Hal ini membuat Sa'd jadi marah. Dia
 sendiri  lalu pergi menemui dua orang itu. Tetapi kenyataannya
 ia seperti temannya juga.
 
 Karena  pengaruh  kejadian  itu  Sa'd   lalu   pergi   menemui
 golongannya dan berkata kepada mereka:
 
 "Hai  Banu 'Abd'l-Asyhal. Apa yang kamu ketahui tentang diriku
 di tengah-tengah kamu sekalian?"
 
 "Pemimpin  kami,  yang  paling  dekat  kepada   kami,   dengan
 pandangan dan pengalaman yang terpuji," jawab mereka.
 
 "Maka  kata-katamu, baik wanita maupun pria bagiku adalah suci
 selama kamu beriman kepada Allah dan RasulNya."
 
 Sejak itu seluruh suku 'Abd'l-Asyhal, pria  dan  wanita  masuk
 Islam.
 
 Tersebarnya  Islam  di Yathrib dan keberanian kaum Muslimin di
 kota itu sebelum hijrah Nabi ke tempat tersebut sama sekali di
 luar  dugaan  kaum  Muslimin  Mekah.  Beberapa pemuda Muslimin
 dengan  tidak  ragu-ragu  mempermainkan  berhala-berhala  kaum
 musyrik  di  sana.  Seseorang  yang  bernama  'Amr bin'l-Jamuh
 mempunyai sebuah patung berhala  terbuat  daripada  kayu  yang
 dinamainya  Manat,  diletakkan di daerah lingkungannya seperti
 biasa dilakukan oleh kaum bangsawan. 'Amr ini  adalah  seorang
 pemimpin  Banu Salima dan dari kalangan bangsawan mereka pula.
 Sesudah pemuda-pemuda golongannya itu masuk Islam  malam-malam
 mereka mendatangi berhala itu lalu di bawanya dan ditangkupkan
 kepalanya ke dalam sebuah lubang yang  oleh  penduduk  Yathrib
 biasa dipakai tempat buang air.
 
 Bila  pagi-pagi  berhala  itu tidak ada 'Amr mencarinya sampai
 diketemukan lagi,  kemudian  dicucinya  dan  dibersihkan  lalu
 diletakkannya    kembali   di   tempat   semula,   sambil   ia
 menuduh-nuduh  dan   mengancam.   Tetapi   pemuda-pemuda   itu
 mengulangi lagi perbuatannya mempermainkan Manat 'Amr itu, dan
 diapun setiap hari mencuci  dan  membersihkannya.  Setelah  ia
 merasa    kesal    karenanya,    diambilnya    pedangnya   dan
 digantungkannya pada berhala itu seraya ia berkata: "Kalau kau
 memang berguna, bertahanlah, dan ini pedang bersama kau."
 
 Tetapi  keesokan  harinya  ia  sudah kehilangan lagi, dan baru
 diketemukannya kembali dalam  sebuah  sumur  tercampur  dengan
 bangkai anjing. Pedangnya sudah tak ada lagi.
 
 Sesudah   kemudian   ia  diajak  bicara  oleh  beberapa  orang
 pemuka-pemuka masyarakatnya dan sesudah  melihat  dengan  mata
 kepala   sendiri   betapa  sesatnya  hidup  dalam  syirik  dan
 paganisma itu, yang hakekatnya akan mencampakkan jiwa  manusia
 ke  dalam  jurang  yang  tak  patut lagi bagi seorang manusia,
 iapun masuk Islam.
 
 Melihat Islam yang sudah mencapai martabat  begitu  tinggi  di
 Yathrib,  akan  mudah sekali orang menilai, betapa memuncaknya
 kerinduan  penduduk  kota  itu  ingin   menyambut   kedatangan
 Muhammad,  setelah  mereka  mengetahui  ia  sudah  hijrah dari
 Mekah. Setiap hari selesai sembahyang Subuh  mereka  pergi  ke
 luar  kota  menanti-nantikan  kedatangannya  sampai pada waktu
 matahari terbenam dalam hari-hari musim panas bulan Juli.
 
 Dalam pada itu ia sudah di Quba' - dua  farsakh  jauhnya  dari
 Medinah.  Empat  hari  ia tinggal di tempat itu, ditemani oleh
 Abu Bakr. Selama masa empat hari itu mesjid Quba' dibangunnya.
 Sementara  itu  datang  pula  Ali  b.  Abi-Talib ke tempat itu
 setelah mengembalikan barang-barang amanat -  yang  dititipkan
 kepada  Muhammad - kepada pemilik-pemiliknya di Mekah. Setelah
 itu ia sendiri meninggalkan Mekah, menempuh  perjalanannya  ke
 Yathrib dengan berjalan kaki. Malam hari ia berjalan, siangnya
 bersembunyi.   Perjuangan   yang   sangat    meletihkan    itu
 ditanggungnya  selama  dua  minggu penuh, yaitu untuk menyusul
 saudara-saudaranya seagama.
 
 Sementara  kaum  Muslimin  Yathrib  pada  suatu  hari   sedang
 menanti-nantikan seperti biasa tiba-tiba datang seorang Yahudi
 yang sudah mengetahui  apa  yang  sedang  mereka  lakukan  itu
 berteriak kepada mereka.
 
 "Hai, Banu Qaila1 ini dia kawan kamu datang!"
 
 Hari itu adalah hari Jum'at dan Muhammad berjum'at di Medinah.
 Di tempat itulah, ke dalam mesjid yang terletak di perut  Wadi
 Ranuna  itulah  kaum  Muslimin  datang, masing-masing berusaha
 ingin melihat serta mendekatinya. Mereka ingin memuaskan  hati
 terhadap orang yang selama ini belum pernah mereka lihat, hati
 yang sudah penuh cinta dan rangkuman iman akan risalahnya, dan
 yang selalu namanya disebut pada setiap kali sembahyang.
 
 Orang-orang  terkemuka  di  Medinah  menawarkan diri supaya ia
 tinggal pada mereka dengan  segala  persediaan  dan  persiapan
 yang  ada. Tetapi ia meminta maaf kepada mereka. Kembali ia ke
 atas unta  betinanya,  dipasangnya  tali  keluannya,  lalu  ia
 berangkat  melalui  jalan-jalan  di  Yathrib, di tengah-tengah
 kaum Muslimin yang ramai  menyambutnya  dan  memberikan  jalan
 sepanjang   jalan   yang  diliwatinya  itu.  Seluruh  penduduk
 Yathrib, baik  Yahudi  maupun  orang-orang  pagan  menyaksikan
 adanya  hidup  baru  yang  bersemarak  dalam  kota mereka itu,
 menyaksikan kehadiran seorang pendatang baru, orang besar yang
 telah  mempersatukan  Aus  dan Khazraj, yang selama itu saling
 bermusuhan, saling berperang. Tidak  terlintas  dalam  pikiran
 mereka  -  pada  saat  ini,  saat  transisi  sejarah yang akan
 menentukan tujuannya yang baru itu - akan memberikan kemegahan
 dan  kebesaran  bagi  kota  mereka,  dan yang akan tetap hidup
 selama sejarah ini berkembang.
 
 Dibiarkannya unta itu berjalan. Sesampainya ke  sebuah  tempat
 penjemuran   kurma   kepunyaan   dua  orang  anak  yatim  dari
 Banu'n-Najjar, unta itu  berlutut  (berhenti).  Ketika  itulah
 Rasul turun dari untanya dan bertanya:
 
 "Kepunyaan siapa tempat ini?" tanyanya.
 
 "Kepunyaan  Sahl  dan Suhail b. 'Amr," jawab Ma'adh b. 'Afra'.
 Dia adalah wali kedua anak yatim  itu.  Ia  akan  membicarakan
 soal  tersebut  dengan  kedua  anak  itu  supaya  mereka puas.
 Dimintanya kepada Muhammad  supaya  di  tempat  itu  didirikan
 mesjid.
 
 Muhammad  mengabulkan  permintaan tersebut dan dimintanya pula
 supaya di tempat itu didirikan mesjid dan tempat-tinggalnya.
 
 Catatan kaki:
 
 1 Aus dan Khazraj (A).
 

0 komentar:

Post a Comment

Just select text on the page and get instant translation from Google Translate!
Google Translate Client