Selamat Datang Di Emye Private Blog
Membaca, mendengar, dan menterjemahkan Al Qur'an
Sedikit Bigraphy Singkat tentang Aku.
Title

Bapakku

Bapakku yang Sangat Tegas Akan Sesuatu yang Dia Anggap Fundamental, Berprinsip Kuat. Sangat Religius. Jawa Banyumasan. Gualakeee Poll, hehehe...

Read More
Title

Ibuku

Ibuku.., Seorang Wanita yang Sangat Kuat, Tegar dan Banyak Akal. Bisa Menjadi Seorang Ibu Sekaligus "seorang ayah" Juga. Smart dalam bertahan hidup, Sabar di Keseharian, Walau Galak Tapi Pemaaf... Saluut Untukmu Mah...!

Read More
Title

Aku Yang...

Inilah Yang Dulu Selalu Mencari Masalah, dan Terkena Masalah dan Hampir Terkubur Karenanya.. Berharap Maaf dariNYA, Kedua Orangtuaku dan Juga Kalian Semua.. Do'akan RidhoNYA Untukku ya.. Terimakasih Untuk Kalian Semua...

Read More
Title

Rumahku Hidupku..No Place Like Home

Di Sinilah Awal Semua Kisahku.., Di Awali Dengan Kasih Sayang dan Pengharapan dan Di Jalani Dengan Kegilaan lalu Berakhir dengan Keterpurukan. No More Fly..No More Sky and No More Cry...

Read More
Title

Seberkas CahayaNYA...

Menunggu dan Berharap Banyak dariNYA... Jawaban dan Ampunan Setelah Doa-doa yang Kutambatkan.. Setiap Detik, Setiap Saat Sebelum Saat Akhir Hidupku Tiba...

Read More
Title

Pikirkan Dulu!

Pikirkan dan Pertimbangkan Semua Pilihan. Karena Kau Harus Memilih, Gunakan Kata Hatimu. Ambil Apa Yang Baik Dari Kisahku Kawan.. Semua Hikmah. Sekarang atau Tidak Sama Sekali..!!!?

Read More

Sejarah Hidup Rasulullah Muhammad SAW

October 18, 2011
BAGIAN PERTAMA: ARAB PRA-ISLAM                           (3/4)
 Muhammad Husain Haekal
 
 Setelah surat Kaisar sampai ke tangan Najasyi, ia  mengirimkan
 bersama  orang  Yaman  itu  -  yang  membawa surat - sepasukan
 tentara di bawah pimpinan Aryat (Harith) dan Abraha  al-Asyram
 salah  seorang prajuritnya. Aryat menyerbu Kerajaan Yaman atas
 nama penguasa Abisinia. Ia  memerintah  Yaman  ini  sampai  ia
 dibunuh  oleh  Abraha yang kemudian menggantikan kedudukannya.
 Abraha inilah  yang  memimpin  pasukan  gajah,  dan  dia  yang
 kemudian  menyerbu  Mekah  guna  menghancurkan  Ka'bah  tetapi
 gagal, seperti yang akan terlihat nanti dalam pasal berikut.
 
 Anak-anak Abraha  kemudian  menguasai  Yaman  dengan  tindakan
 sewenang-wenang.  Melihat  bencana  yang  begitu  lama menimpa
 penduduk, Saif bin Dhi Yazan  pergi  hendak  menemui  Maharaja
 Rumawi.  Ia mengadukan hal itu kepadanya dan memintanya supaya
 mengirimkan penguasa lain dan Rumawi ke Yaman.  Tetapi  karena
 adanya perjanjian persekutuan antara Kaisar Yustinianus dengan
 Najasyi tidak mungkin ia dapat memenuhi  permintaan  Saif  bin
 Dhi  Yazan  itu.  Oleh karena itu Saif meninggalkan Kaisar dan
 pergi  menemui  Nu'man  bin'l-Mundhir  selaku  Gubernur   yang
 diangkat oleh Kisra untuk daerah Hira dan sekitarnya di Irak.3
 
 Nu'man  dan  Saif  bin Dhi Yazan bersama-sama datang menghadap
 Kisra Parvez. Waktu itu ia sedang duduk dalam Ruangan  Resepsi
 (Iwan Kisra) yang megah dihiasi oleh lukisan-lukisan bimasakti
 pada bagian tahta itu. Di tempat musim  dinginnya  bagian  ini
 dikelilingi  dengan  tabir-tabir dari bulu binatang yang mewah
 sekali. Di tengah-tengah itu bergantungan  lampu-lampu  kendil
 terbuat  daripada  perak  dan  emas dan diisi penuh dengan air
 tawar. Di atas tahta itulah  terletak  mahkotanya  yang  besar
 berhiaskan  batu  delima, kristal dan mutiara bertali emas dan
 perak, tergantung dengan rantai dari  emas  pula.  Ia  sendiri
 memakai  pakaian serba emas. Setiap orang yang memasuki tempat
 itu akan merasa terpesona  oleh  kemegahannya.  Demikian  juga
 halnya dengan Saif bin Dhi Yazan.
 
 Kisra   menanyakan   maksud   kedatangannya  itu  dan  Saifpun
 bercerita tentang kekejaman Abisinia di Yaman. Sungguhpun pada
 mulanya Kisra Parvez ragu-ragu, tetapi kemudian ia mengirimkan
 juga pasukannya di bawah pimpinan Wahraz (Syahrvaraz?),  salah
 seorang  keluarga  ningrat  Persia  yang paling berani. Persia
 telah  mendapat  kemenangan  dan  orang-orang  Abisinia  dapat
 diusir dari Yaman yang sudah didudukinya selama 72 tahun itu.
 
 Sejak  itulah  Yaman  berada  di  bawah  kekuasaan Persia, dan
 ketika Islam  lahir  seluruh  daerah  Arab  itu  berada  dalam
 naungan agama baru ini.
 
 Akan  tetapi  orang-orang asing yang telah menguasai Yaman itu
 tidak langsung di bawah kekuasaan Raja  Persia.  Terutama  hal
 itu  terjadi  setelah  Syirawih  (Shiruya  Kavadh II) membunuh
 ayahnya, Kisra Parvez, dan dia sendiri  menduduki  takhta.  Ia
 membayangkan  -  dengan  pikirannya yang picik itu bahwa dunia
 dapat  dikendalikan  sekehendaknya   dan   bahwa   kerajaannya
 membantu  memenuhI  kehendaknya  yang sudah hanyut dalam hidup
 kesenangan itu. Masalah-masalah kerajaan  banyak  sekali  yang
 tidak  mendapat  perhatian karena dia sudah mengikuti nafsunya
 sendiri. Ia pergi memburu dalam  suatu  kemewahan  yang  belum
 pernah   terjadi  Ia  berangkat  diiringi  oleh  pemuda-pemuda
 ningrat berpakaian merah, kuning  dan  lembayung,  dikelilingi
 oleh pengiring-pengiring yang membawa burung elang dan harimau
 yang sudah dijinakkan dan ditutup moncongnya; oleh budak-budak
 yang  membawa  wangi-wangian, oleh pengusir-pengusir lalat dan
 pemain-pemain musik. Supaya merasa dirinya dalam suasana musim
 semi  sekalipun  sebenarnya  dalam musim dingin yang berat, ia
 beserta  rombongannya  duduk  di  atas  permadani  yang  lebar
 dilukis  dengan  lorong-lorong, ladang dan kebun yang ditanami
 bunga-bungaan   aneka   warna,   dan   dilatarbelakangi   oleh
 semak-semak, hutan hijau serta sungai-sungai berwarna perak.
 
 Tetapi    sungguhpun    Syirawih    begitu    jauh   mengikuti
 kesenangannya,  kerajaan  Persia  tetap  dapat  mempertahankan
 kemegahannya,  dan  tetap  merupakan  lawan yang kuat terhadap
 kekuasaan Bizantium dan penyebaran Kristen.  Sekalipun  dengan
 naik   tahtanya   Syirawih   ini   telah  mengurangi  kejayaan
 kerajaannya, ia telah memberi kesempatan kepada kaum  Muslimin
 memasuki negerinya dan menyebarkan Islam.
 
 Yaman  yang telah dijadikan gelanggang pertentangan sejak abad
 ke-4 itu sebenarnya telah meninggalkan bekas yang dalam sekali
 dalam   sejarah   Semenanjung   Arab   dari   segi   pembagian
 penduduknya.  Disebutkan  bahwa  Bendungan  Ma'rib  yang  oleh
 suku-bangsa   Himyar   telah   dimanfaatkan  untuk  keuntungan
 negerinya, telah hancur pula dilanda banjir besar.  Disebabkan
 oleh  adanya  pertentangan  yang  terus-menerus  itu, lalailah
 mereka  yang  harus  selalu   mengawasi   dan   memeliharanya.
 Bendungan  itu  lapuk  dan  tidak  tahan  lagi menahan banjir.
 Dikatakan juga, bahwa setelah  Rumawi  melihat  Yaman  menjadi
 pusat  pertentangan antara kerajaannya dengan Persia dan bahwa
 perdagangannya  terancam  karena   pertentangan   itu,   iapun
 menyiapkan  armadanya  menyeberangi  Laut Merah - antara Mesir
 dengan  negeri-negeri  Timur  yang   jauh   -   guna   menarik
 perdagangan  yang  dibutuhkan  oleh negerinya. Dengan demikian
 tidak perlu lagi ia menempuh jalan kafilah.
 
 Mengenai peristiwanya, ahli-ahli  sejarah  sependapat,  tetapi
 mengenai  sebab  terjadinya  peristiwa  itu  mereka  berlainan
 pendapat. Peristiwanya ialah mengenai pindahnya kabilah Azd di
 Yaman  ke  Utara.  Semua  mereka sependapat tentang kepindahan
 ini,  sekalipun  sebagian  menghubungkannya   dengan   sepinya
 beberapa kota di Yaman karena mundurnya perdagangan yang biasa
 melalui tempat  itu.  Yang  lain  menghubung-hubungkan  kepada
 rusaknya   bendungan   Ma'rib,   sehingga   banyak  di  antara
 kabilah-kabilah yang pindah karena takut binasa. Tetapi apapun
 juga  kejadiannya, namun adanya imigrasi ini telah menyebabkan
 Yaman jadi  berhubungan  dengan  negeri-negeri  Arab  lainnya,
 suatu  hubungan keturunan dan percampuran yang sampai sekarang
 masih dicoba oleh para sarjana menyelidikinya.
 
 Apabila sistem politik di Yaman sudah  menjadi  kacau  seperti
 yang  dapat  kita  saksikan, yang disebabkan oleh keadaan yang
 menimpa  negeri  itu  serta  dijadikannya  tempat  itu   medan
 pertarungan,  maka  struktur  politik serupa itu tidak dikenal
 pada beberapa  negeri  Semenanjung  Arab  lainnya  waktu  itu.
 Segala  macam  sistem yang dapat dianggap sebagai suatu sistem
 politik  seperti  pengertian  kita   sekarang   atau   seperti
 pengertian  negara-negara  yang  sudah  maju pada masa itu, di
 daerah-daerah  seperti  Tihama,  Hijaz,  Najd  dan   sepanjang
 dataran  luas  yang  meliputi  negeri-negeri  Arab, pengertian
 demikian itu belum dikenal. Anak negeri pada masa  itu  bahkan
 sampai  sekarang adalah penduduk pedalaman yang tidak biasa di
 kota-kota. Mereka tidak betah tinggal menetap di suatu tempat.
 Yang   mereka   kenal   hanyalah   hidup   mengembara  selalu,
 berpindah-pindah mencari padang rumput dan menuruti  keinginan
 hatinya.   Mereka   tidak  mengenal  hidup  cara  lain  selain
 pengembaraan itu.
 
 Seperti  juga  ditempat-tempat  lain,  disinipun  dasar  hidup
 pengembaraan  itu  ialah  kabilah. Kabilah-kabilah yang selalu
 pindah dan mengembara itu tidak mengenal suatu peraturan  atau
 tata-cara  seperti  yang  kita  kenal.  Mereka  hanya mengenal
 kebebasan pribadi, kebebasan keluarga  dan  kebebasan  kabilah
 yang  penuh.  Sedang  orang  kota,  atas  nama tata-tertib mau
 mengalah  dan  membuang  sebagian  kemerdekaan  mereka   untuk
 kepentingan  masyarakat  dan  penguasa,  sebagai  imbalan atas
 ketenangan  dan  kemewahan  hidup   mereka.   Sedang   seorang
 pengembara  tidak  pedulikan  kemewahan,  tidak  betah  dengan
 ketenangan hidup menetap, juga tidak tertarik kepada apapun  -
 seperti  kekayaan  yang  menjadi  harapan  orang kota - selain
 kebebasannya yang mutlak. Ia hanya mau hidup  dalam  persamaan
 yang    penuh    dengan    anggota-anggota   kabilahnya   atau
 kabilah-kabilah  lain  sesamanya.  Dasar  kehidupannya   ialah
 seperti  makhluk-makhluk lain, mau survive, mau bertahan terus
 sehingga sesuai dengan kaidah-kaidah kehormatannya yang  sudah
 ditanamkan dalam hidup mengembara yang serba bebas itu.
 
 Oleh  karena  itu,  kaum  pengembara  tidak  menyukai tindakan
 ketidak adilan  yang  ditimpakan  kepada  mereka.  Mereka  mau
 melawannya   mati-matian,   dan  kalau  tidak  dapat  melawan,
 ditinggalkannya  tempat  tinggal  mereka   itu,   dan   mereka
 mengembara lagi ke seluruh jazirah, bila memang terpaksa harus
 demikian.
 
 Juga itu pula sebabnya, perang adalah jalan yang paling  mudah
 bagi  kabilah-kabilah  ini bila harus juga timbul perselisihan
 yang tidak mudah  diselesaikan  dengan  cara  yang  terhormat.
 Karena  bawaan  itu  juga, maka tumbuhlah di kalangan sebagian
 besar kabilah-kabilah itu sifat-sifat harga diri,  keberanian,
 suka   tolong-menolong,   melindungi   tetangga   serta  sikap
 memaafkan sedapat mungkin dan semacamnya. Sifat-sifat ini akan
 makin   kuat   apabila   semakin  dekat  ia  kepada  kehidupan
 pedalaman, dan akan makin  hilang  apabila  semakin  dekat  ia
 kepada kehidupan kota.
 
 Seperti kita sebutkan, karena faktor-faktor ekonomi juga, baik
 Rumawi maupun Persia, hanya merasa tertarik kepada Yaman  saja
 dari  antara jazirah lainnya yang memang tidak mau tunduk itu.
 Mereka lebih  suka  meninggalkan  tanah  air  daripada  tunduk
 kepada  perintah.  Baik  pribadi-pribadi  atau kabilah-kabilah
 tidak akan taat kepada  peraturan  apapun  yang  berlaku  atau
 kepada lembaga apapun yang berkuasa.
 
 Sifat-sifat  pengembaraan  itu  cukup mempengaruhi daerah yang
 kecil-kecil yang tumbuh  di  sekitar  jaziarah  karena  adanya
 perdagangan  para  kafilah, seperti yang sudah kita terangkan.
 Daerah-daerah ini dipakai oleh para  pedagang  sebagai  tempat
 beristirahat  sesudah  perjalanan  yang  begitu meletihkan. Di
 situ mereka bertemu dengan tempat-tempat  pemujaan  sang  dewa
 guna  memperoleh  keselamatan  bagi  mereka  serta  menjauhkan
 marabahaya gurun sahara serta mengharapkan perdagangan  mereka
 selamat sampai di tempat tujuan.
 
 Kota-kota  seperti  Mekah, Ta'if, Yathrib dan yang sejenis itu
 seperti wahah-wahah (oase) yang terserak di celah-celah gunung
 atau   gurun   pasir,   terpengaruh   juga   oleh  sifat-sifat
 pengembaraan  demikian  itu.  Dalam  susunan   kabilah   serta
 cabang-cabangnya,    perangai   hidup,   adat-istiadat   serta
 kebenciannya terhadap segala yang membatasi kebebasannya lebih
 dekat kepada cara hidup pedalaman daripada kepada cara-cara di
 kota, sekalipun mereka dipaksa oleh sesuatu  cara  hidup  yang
 menetap, yang tentunya tidak sama dengan cara-hidup pedalaman.
 Dalam pembicaraan tentang Mekah dan Yathrib pada pasal berikut
 ini akan terlihat agak lebih terperinci.

 Lingkungan  masyarakat  dalam  alam demikian ini serta keadaan
 moral, politik dan sosial  yang  ada  pada  mereka,  mempunyai
 pengaruh   yang   sama   terhadap  cara  beragamanya.  Melihat
 hubungannya dengan agama Kristen  Rumawi  dan  Majusi  Persia,
 adakah  Yaman  dapat  terpengaruh  oleh  kedua  agama  itu dan
 sekaligus mempengaruhi kedua agama tersebut  di  jazirah  Arab
 lainnya?  Ini juga yang terlintas dalam pikiran kita, terutama
 mengenai agama Kristen. Misi Kristen yang ada  pada  masa  itu
 sama  giatnya  seperti  yang  sekarang  dalam mempropagandakan
 agama. Pengaruh pengertian agama dalam jiwa serta  cara  hidup
 kaum  pengembara tidak sama dengan orang kota. Dalam kehidupan
 kaum pengembara manusia berhubungan dengan alam, ia  merasakan
 adanya  wujud  yang  tak  terbatas  dalam segala bentuknya. Ia
 merasa perlu mengatur suatu cara hidup antara  dirinya  dengan
 alam  dengan  ketak-terbatasannya  itu. Sedang bagi orang kota
 ketak-terbatasan  itu   sudah   tertutup   oleh   kesibukannya
 hari-hari,   oleh   adanya  perlindungan  masyarakat  terhadap
 dirinya  sebagai  imbalan  atas  kebebasannya  yang  diberikan
 sebagian  kepada  masyarakat, serta kesediaannya tunduk kepada
 undang-undang  penguasa  supaya  memperoleh  jaminan  dan  hak
 perlindungan.   Hal  ini  menyebabkannya  tidak  merasa  perlu
 berhubungan dengan yang di luar penguasa itu, dengan  kekuatan
 alam  yang begitu dahsyat terhadap kehidupan manusia. Hubungan
 jiwa  dengan  unsur-unsur  alam  yang   di   sekitarnya   jadi
 berkurang.
 
 Dalam  keadaan serupa ini, apakah yang telah diperoleh Kristen
 dengan kegiatannya yang begitu besar sejak abad-abad permulaan
 dalam  menyebarkan  ajaran  agamanya  itu?  Barangkali soalnya
 hanya akan sampai di  situ  saja  kalau  tidak  karena  adanya
 soal-soal   lain  yang  menyebabkan  negeri-negeri  Arab  itu,
 termasuk  Yaman,   tetap   bertahan   pada   paganisma   agama
 nenek-moyangnya,  dan  hanya  beberapa  kabilah  saja yang mau
 menerima agama Kristen.
 
 Manifestasi peradaban dunia yang paling jelas pada masa itu  -
 seperti  yang  sudah  kita saksikan - berpusat di sekitar Laut
 Tengah  dan  Laut  Merah.  Agama-agama  Kristen   dan   Yahudi
 bertetangga  begitu  dekat  sekitar tempat itu. Kalau keduanya
 tidak  memperlihatkan  permusuhan  yang  berarti,  juga  tidak
 memperlihatkan  persahabatan  yang  berarti  pula. Orang-orang
 Yahudi masa itu dan sampai sekarang juga masih menyebut-nyebut
 adanya  pembangkangan  dan  perlawanan  Nabi  Isa kepada agama
 mereka. Dengan diam-diam mereka bekerja  mau  membendung  arus
 agama  Kristen  yang telah mengusir mereka dari Palestina, dan
 yang masih  berlindung  dibawah  panji  Imperium  Rumawi  yang
 membentang luas itu.
 
                                     (bersambung ke bagian 4/4)
 

0 komentar:

Post a Comment

Just select text on the page and get instant translation from Google Translate!
Google Translate Client