Selamat Datang Di Emye Private Blog
Membaca, mendengar, dan menterjemahkan Al Qur'an
Sedikit Bigraphy Singkat tentang Aku.
Title

Bapakku

Bapakku yang Sangat Tegas Akan Sesuatu yang Dia Anggap Fundamental, Berprinsip Kuat. Sangat Religius. Jawa Banyumasan. Gualakeee Poll, hehehe...

Read More
Title

Ibuku

Ibuku.., Seorang Wanita yang Sangat Kuat, Tegar dan Banyak Akal. Bisa Menjadi Seorang Ibu Sekaligus "seorang ayah" Juga. Smart dalam bertahan hidup, Sabar di Keseharian, Walau Galak Tapi Pemaaf... Saluut Untukmu Mah...!

Read More
Title

Aku Yang...

Inilah Yang Dulu Selalu Mencari Masalah, dan Terkena Masalah dan Hampir Terkubur Karenanya.. Berharap Maaf dariNYA, Kedua Orangtuaku dan Juga Kalian Semua.. Do'akan RidhoNYA Untukku ya.. Terimakasih Untuk Kalian Semua...

Read More
Title

Rumahku Hidupku..No Place Like Home

Di Sinilah Awal Semua Kisahku.., Di Awali Dengan Kasih Sayang dan Pengharapan dan Di Jalani Dengan Kegilaan lalu Berakhir dengan Keterpurukan. No More Fly..No More Sky and No More Cry...

Read More
Title

Seberkas CahayaNYA...

Menunggu dan Berharap Banyak dariNYA... Jawaban dan Ampunan Setelah Doa-doa yang Kutambatkan.. Setiap Detik, Setiap Saat Sebelum Saat Akhir Hidupku Tiba...

Read More
Title

Pikirkan Dulu!

Pikirkan dan Pertimbangkan Semua Pilihan. Karena Kau Harus Memilih, Gunakan Kata Hatimu. Ambil Apa Yang Baik Dari Kisahku Kawan.. Semua Hikmah. Sekarang atau Tidak Sama Sekali..!!!?

Read More

Sejarah Hidup Rasulullah Muhammad SAW

October 19, 2011
BAGIAN KEDUAPULUH DELAPAN: TAHUN PERUTUSAN               (1/3)
 Muhammad Husain Haekal
 
    Orang-orang Arab ramai-ramai masuk Islam - Islamnya 'Urwa
    b. Mas'ud dan perlawanan penduduk Ta'if - Kabilah-kabilah
    menguasai jalan Thaqif - Perutusannya kepada Nabi dan
    syarat-syaratnya - Islamnya perutusan dan Islamnya Ta'if
    serta runtuhnya berhala Lat - Abu Bakr memimpin jemaah
    haji - Ali b. Abi Talib menyusul - Surah Bara'ah - Dasar
    ideal negara Islam - Perjuangan dalam Islam dan
    alasannya.
 
 DENGAN berakhirnya ekspedisi ke Tabuk itu  maka  ajaran  Islam
 sudah selesai tersebar ke seluruh jazirah Arab. Muhammad sudah
 aman dari setiap serangan yang datang dari  luar.  Sebenarnya,
 begitu  Muhammad  kembali ke Medinah dari perjalanan ekspedisi
 itu,  semua  penduduk  jazirah  yang  masih   berpegang   pada
 kepercayaan   syirik,  sekarang  sudah  mulai  berpikir-pikir.
 Meskipun kaum Muslimin yang telah ikut menemani Muhammad dalam
 perjalanan   ke   Syam  itu  cukup  mengalami  pelbagai  macam
 kesukaran, memikul segala penderitaan karena  haus  dan  panas
 musim  yang  begitu membakar, namun mereka kembali dengan hati
 kesal,  sebab  mereka  tidak  jadi  berperang,  tidak  membawa
 rampasan perang, karena pihak Rumawi menarik pasukannya hendak
 bertahan dalam benteng-benteng di pedalaman Syam. Akan  tetapi
 penarikan  mundur ini sebenarnya telah meninggalkan kesan yang
 dalam sekali dalam hati kabilah-kabilah bagian  selatan  -  di
 Yaman,  Hadzramaut  dan 'Umman (Oman). Bukankah pasukan Rumawi
 itu  juga  yang  telah  mengalahkan  Persia,  telah  mengambil
 kembali  Salib Besar, kemudian membawanya kembali ke Yerusalem
 dalam suatu upacara besar-besaran? Sedang  Persia,  waktu  itu
 dalam  waktu  yang  cukup lama merupakan penguasa yang perkasa
 atas wilayah Yaman dan daerah-daerah sekitarnya itu.
 
 Selama  kaum  Muslimin  berada  tidak  jauh  dari  Yaman   dan
 daerah-daerah  Arab lainnya, bukankah sudah selayaknya apabila
 seluruh wilayah ini bergabung semua dalam  suatu  kesatuan  di
 bawah naungan panji Muhammad, panji Islam, supaya mereka dapat
 diselamatkan dari  kekuasaan  pihak  Rumawi  dan  Persia?  Apa
 salahnya  kalau  kepala-kepala  kabilah dan daerah itu berbuat
 begitu,  selama  mereka  memang  membuktikan  Muhammad   tetap
 mengakui  kekuasaan  daerah-daerah  dan kabilah-kabilah mereka
 yang datang menyatakan keislaman dan  kesetiaan  mereka  itu?!
 Ya,  hendaknya tahun kesepuluh Hijrah ini memang menjadi Tahun
 Perutusan, manusia datang berbondong-bondong  menyambut  agama
 Allah.  Hendaknya ekspedisi Tabuk dan penarikan mundur pasukan
 Rumawi menghadapi pihak Muslimin  itu  akan  memberi  pengaruh
 lebih  besar  daripada pembebasan Mekah, kemenangan Hunain dan
 pengepungan kota Ta'if selama ini.
 
 Nasib baik yang telah  membawa  Ta'if  --  kota  yang  tadinya
 paling  gigih  melawan  Nabi selama kota itu dalam pengepungan
 sehingga  akhirnya  ditinggalkan  kaum  Muslimin  tanpa  dapat
 diterobos  - ialah karena sesudah peristiwa Tabuk, kota inilah
 yang pertama-tama menyatakan  kesetiaannya,  meskipun  sebelum
 itu  lama  sekali ia maju-mundur hendak mengumumkan pernyataan
 setianya itu.

 Setelah kejadian Hunain, selama  Nabi  memimpin  ekspedisi  ke
 Ta'if,  'Urwa  b.  Mas'ud - salah seorang pemimpin Thaqif yang
 tinggal di kota tcrsebut - sedang tak ada di tempat. Ia sedang
 pergi  ke Yaman. Bilamana kemudian ia kembali ke daerahnya dan
 melihat Nabi mendapat kemenangan di Tabuk dan sudah kembali ke
 Medinah,  ia  pun  segera menyatakan dirinya masuk Islam serta
 memperlihatkan   betapa   besar   hasratnya   ingin   mengajak
 masyarakatnya  juga  masuk  Islam  'Urwa  bukan tidak mengenal
 Muhammad dan kebesarannya. Dia  termasuk  salah  seorang  yang
 pernah   ikut  berunding  mewakili  Quraisy  dalam  perdamaian
 Hudaibiya. Setelah  'Urwa  masuk  Islam  dan  Nabi  mengetahui
 hasratnya hendak pergi mengajak golongannya menerima agama ini
 yang sudah juga dianutnya, Nabi  yang  sudah  pula  mengetahui
 betapa  bangga  dan  kerasnya  fanatik  orang-orang Thaqif itu
 terhadap  Lat  berhala  mereka,  diingatkannya  'Urwa   dengan
 katanya: "Mereka akan membunuh engkau."
 
 Tetapi   'Urwa   yang   merasa   kedudukannya  cukup  kuat  di
 tengah-tengah golongannya itu sebaliknya berkata:
 
 "Rasulullah, mereka mencintai saya  lebih  daripada  mencintai
 mata mereka sendiri."

 Kemudian  'Urwa pergi hendak mengajak golongannya itu menganut
 Islam. Mereka berunding sesama  mereka  dan  tidak  memberikan
 sesuatu  pendapat  kepadanya.  Keesokan  harinya  pagi-pagi ia
 pergi  ke   ruangan   atas   rumahnya,   ia   mengajak   orang
 bersembahyang.  Tepat  sekalilah firasat Rasulullah waktu itu.
 Masyarakatnya itu sudah tak dapat menahan  hati.  Ia  dikepung
 lalu  dihujani  panah  dari segenap penjuru, dan sebatang anak
 panah telah dapat  pula  menewaskannya.  Keluarga  'Urwa  yang
 berada di sekelilingnya jadi gelisah. Kata 'Urwa ketika sedang
 mengembuskan napas terakhir:
 
 "Suatu  kehormatan  telah  diberikan  Tuhan  kepadaku,   suatu
 kesaksian  oleh Tuhan telah dilimpahkan kepadaku. Yang kualami
 ini sama seperti yang dialami para syuhada  yang  berjuang  di
 samping Rasulullah - s.a.w. - sebelum meninggalkan kita."
 
 Kemudian  dimintanya  supaya  ia  dikuburkan bersama-sama para
 syuhada.  Oleh  keluarganya  ia  pun  dikuburkan  bersama-sama
 mereka.
 
 Tetapi   nyatanya   darah   'Urwa   tidak   sia-sia  mengalir.
 Kabilah-kabilah yang berada di sekitar  Ta'if  semuanya  sudah
 masuk  Islam.  Disini  mereka  menyadari  bahwa apa yang telah
 diperbuat Thaqif  terhadap  pemimpin  itu  adalah  suatu  dosa
 besar.  Akibat  perbuatan  itu  Thaqif  menyadari  juga, bahwa
 mereka merasa tidak  tenang.  Setiap  ada  orang  keluar  dari
 kalangan mereka pasti tertangkap. Sekarang mereka yakin, bahwa
 bila tidak diadakan suatu  perdamaian  atau  semacam  gencatan
 senjata,  pasti  nasib  mereka  akan  hilang  tak ada artinya.
 Segera mereka mengadakan  perundingan  dengan  sesama  mereka.
 Mereka mengusulkan kepada pemimpin mereka ['Abd Yalail] supaya
 ia berangkat menemui Nabi  dan  mengusulkan  suatu  perdamaian
 Thaqif.
 
 Akan  tetapi  'Abd  Yalail kuatir akan mengalami nasib seperti
 yang dialami 'Urwa b. Mas'ud dari  masyarakatnya  sendiri.  Ia
 tidak akan berangkat menemui Muhammad kalau tidak diantar oleh
 lima orang lainnya, dengan keyakinan bahwa kalau ia  berangkat
 dengan mereka lalu kembali pulang, mereka akan dapat menggarap
 golongannya masing-masing.
 
 Ketika sudah mendekati Medinah dan Mughira b. Syu'ba  berjumpa
 dengan mereka, ia pergi cepat-cepat hendak menyampaikan berita
 kedatangan mereka itu kepada Nabi. Abu Bakr juga melihatnya ia
 sedang  berjalan ccpat-cepat itu. Setelah ia mengetahui maksud
 kedatangan mereka dari Mughira, dimintanya  biarlah  dia  yang
 akan  meneruskan berita gembira itu kepada Rasulullah. Dan Abu
 Bakr pun masuk menyampaikan berita kedatangan perutusan Thaqif
 itu kepada Nabi.
 
 Tetapi  sebenarnya  perutusan  ini masih juga mau membanggakan
 golongannya. Mereka masih juga mau mengingat-ingat pengepungan
 Nabi  di Ta'if yang kemudian kembali. Kendatipun Mughira sudah
 memberitahukan mereka bagaimana caranya memberi  salam  secara
 Islam  kepada  Nabi,  namun  mereka  tidak  mau  juga dan akan
 memberi salam hanya dengan cara jahiliah itu juga.

 Kemudian mereka memasang sebuah qubba - kemah bulat1 yang khas
 di  sebelah  mesjid.  Mereka  memasang  kemah itu sebab mereka
 masih sangat berhati-hati sekali terhadap Muslimin, dan  belum
 yakin.  Yang menjadi perantara antara mereka dengan Rasulullah
 dalam perundingan itu ialah Khalid b. Sa'id bin'l-'Ash. Mereka
 tidak  mau  merasakan  makanan  yang  datang  dari  pihak Nabi
 sebelum dicoba dimakan terlebih dahulu  oleh  Khalid.  Sebagai
 perantara  orang ini menyampaikan kepada Muhammad bahwa mereka
 menerima Islam, dengan permintaan supaya  Lat  berhala  mereka
 itu dibiarkan selama tiga tahun jangan dihancurkan, dan mereka
 supaya dibebaskan dari kewajiban sembahyang. Tetapi permintaan
 mereka itu samasekali ditolak oleh Muhammad. Permintaan mereka
 sekarang dikurangi lagi: supaya Lat dibiarkan selama dua tahun
 lalu  berubah  menjadi  satu  tahun,  selanjutnya menjadi satu
 bulan saja, setelah mereka  kembali  kepada  golongan  mereka.
 Akan tetapi penolakannya itu sudah tegas sekali dan tidak lagi
 ragu-ragu atau dapat ditawar-tawar.
 
 Bagaimana mereka mengharapkan dari Nabi, yang mengajak manusia
 menyembah  hanya  kepada  Tuhan Yang Tunggal dan menghancurkan
 semua berhala tanpa ampun, akan sudi membiarkan  soal  berhala
 mereka  itu,  meskipun masyarakatnya sendiri tidak kurang pula
 gigihnya seperti pada pihak Thaqif  di  Ta'if.  Buat  manusia,
 yang ada hanyalah: dia beriman atau tidak beriman, di luar itu
 yang ada hanya syak (skeptis) dan serba  sangsi.  Sedang  syak
 dan  iman  tidak  bisa bertemu dalam satu jantung, sama halnya
 seperti iman dan kufur. Membiarkan Lat - datuknya Banu  Thaqif
 itu  -  berarti  suatu  perlambang  bahwa  mereka masih saling
 berganti ibadat antara berhala dengan Tuhan,  dan  ini  adalah
 perbuatan   mempersekutukan   Tuhan,   sedang   Tuhan   takkan
 mengampuni dosa orang yang mempersekutukan Tuhan.

 Sekarang  pihak  Thaqif  minta   dibebaskan   dari   kewajiban
 menjalankan salat. Tetapi Muhammad menolak dengan mengatakan:
 Tidak baik agama yang tidak  disertai  salat.  Kemudian  tidak
 lagi  pihak Thaqif mempertahankan Lat itu, mereka mau menerima
 Islam dan  menjalankan  salat.  Tetapi  mereka  masih  meminta
 berhala-berhala  itu  jangan  dihancurkan  oleh  tangan mereka
 sendiri. Mereka orang baru dalam mengenal iman, dan masyarakat
 mereka yang masih menunggu mereka kembali itu ingin mengetahui
 apa  benar  yang  sudah  mereka  lakukan.  Hendaknya  Muhammad
 membebaskan  mereka untuk tidak menghancurkan sendiri apa yang
 mereka sembah dan disembah nenek-moyang mereka itu. Dalam  hal
 ini  Muhammad menganggap tidak perlu berkeras. Akan sama saja,
 berhala itu dihancurkan oleh tangan  orang-orang  Thaqif  atau
 oleh  tangan orang lain. Yang penting berhala itu dibinasakan,
 dan pihak Thaqif hanya akan menyembah  Tuhan  Yang  Maha  Esa.
 Kata Nabi a.s.:
 
 "Kami  akan  membebaskan  kamu menghancurkan berhala-berhalamu
 itu dengan tanganmu sendiri."
 
 Untuk mengurus mereka itu kekuasaan diberikan  kepada  'Uthman
 b.  Abi'l-'Ash  -  orang  yang  paling  muda usianya di antara
 mereka. Dalam usia semuda itu  ia  diberi  kekuasaan  mengurus
 mereka,   karena  dialah  yang  paling  sungguh-sungguh  dalam
 memahami hukum Islam dan pendidikan Qur'an, dengan  disaksikan
 oleh Abu Bakr dan orang-orang yang mula-mula dalam Islam.
 
 Utusan  Banu  Thaqif  itu tinggal dengan Muhammad sampai akhir
 bulan   puasa.   Mereka   ikut   berpuasa   bersama-sama   dan
 dikirimkannya  pula  makanan  kepada  mereka  untuk  sahur dan
 berbuka. Bilamana  sudah  tiba  saatnya  mereka  akan  kembali
 kepada   golongannya,  Muhammad  berpesan  kepada  'Uthman  b.
 Abi'l-'Ash dengan mengatakan:
 
 "Ringkaskanlah dalam bersembahyang dan ambil orang yang  lemah
 sebagai  ukuran.  Diantara  mereka itu ada orang tua, ada yang
 masih anak-anak, ada yang lemah dan yang mempunyai keperluan."

 Perutusan  itu  kemudian  kembali  ke  negeri  mereka.   Untuk
 melaksanakan pembinasaan Lat itu, Nabi mengutus bersama mereka
 Abu Sufyan b. Harb dan Mughira b.  Syuiba.  Kedua  mereka  ini
 memang  sudah  mempunyai  hubungan  yang baik dan akrab dengan
 Banu Thaqif. Bilamana Abu Syufyan dan Mughira tiba dan Mughira
 menghancurkan  berhala itu, wanita-wanita Thaqif karena merasa
 sedih  mereka  menangis,  tapi  tiada  seorang   yang   berani
 mendekatinya,  karena  memang  sudah  ada  persetujuan  antara
 perutusan Thaqif dengan Nabi untuk membinasakan  berhala  itu.
 Mughira  mengambil semua harta Lat termasuk perhiasannya untuk
 dipergunakan membayar  utang-utang  'Urwa  dan  Aswad  -  atas
 perintah Rasul dan dengan persetujuan Abu Sufyan.
 
 Jadi  dengan runtuhnya berhala Lat dan Ta'if masuk Islam, maka
 seluruh Hijaz sekarang sudah menjadi Islam. Pengaruh  Muhammad
 sekarang  membentang  dari  wilayah  Rumawi di utara sampai ke
 daerah  Yaman  dan  Hadzramaut   di   selatan.   Daerah-daerah
 selebihnya  di  bagian  selatan  jazirah  ini semua sudah pula
 bersiap-siap hendak menggabungkan diri  ke  dalam  agama  baru
 ini.  Dengan  segala  kekuatan  yang  ada semua ini sudah siap
 membela agama  dan  tanah  air  masing-masing.  Sementara  itu
 utusan-utusan  terus  berdatangan dari segenap penjuru. Mereka
 semua menuju Medinah,  untuk  menyatakan  kesetiaannya,  untuk
 menyatakan diri masuk Islam.
 
 Sementara  para  utusan  itu  berturut-turut datang ke Medinah
 dari bulan ke bulan, akhirnya bulan Haji  pun  sudah  pula  di
 ambang  pintu.  Sampai  pada  waktu  itu Nabi tidak menunaikan
 kewajiban itu seluruhnya seperti yang dilakukan kaum  Muslimin
 dewasa ini. Adakah kita lihat ia pergi dalam tahun ini sebagai
 tanda syukur kepada Tuhan karena pertolongan yang diberikanNya
 dalam  menghadapi  Rumawi,  memasukkan Ta'if ke dalam pangkuan
 Islam serta  perutusan  yang  datang  kepadanya  dari  segenap
 penjuru?
 
 Sebenarnya  di semenanjung itu masih juga ada orang-orang yang
 belum beriman kepada Allah dan kepada Rasul,  masih  juga  ada
 orang-orang  kafir  dan  masih juga ada orang-orang Yahudi dan
 Nasrani. Sedang orang-orang kafir masih  berpegang  pada  adat
 lembaga   jahiliah.   Dalam   bulan-bulan  suci  mereka  masih
 berziarah ke Ka'bah,  sedang  orang-orang  kafir  kotor.  Jadi
 kalau  begitu,  biar  dia akan tinggal saja di Medinah, sampai
 Tuhan menyelesaikan FirmanNya,  sampai  Tuhan  mengijinkan  ia
 pergi  berhaji ke Baitullah. Biar Abu Bakr saja memimpin orang
 naik haji.

 Pada waktu itulah Abu Bakr memimpin 300 orang Muslimin  menuju
 Mekah.  Akan  tetapi mungkin dari tahun ke tahun orang musyrik
 masih juga  akan  tetap  berziarah  ke  Baitullah  yang  suci.
 Bukankah  secara  umum  antara Muhammad dengan orang-orang itu
 sudah ada suatu perjanjian bahwa tidak boleh orang  dirintangi
 datang  ke  Ruimah  Suci,  dan  orang tidak boleh merasa takut
 selama dalam bulan-bulan  suci?  Bukankah  antara  dia  dengan
 kabilah-kabilah  Arab  sudah  ada perjanjian-perjanjian sampai
 saat-saat tertentu? Selama ada perjanjian-perjanjian demikian,
 selama  itu  pula  orang-orang  yang mempersekutukan Tuhan dan
 menyembah yang  selain  Tuhan  itu  akan  tetap  berziarah  ke
 Baitullah,  dan  Muslimin  pun  akan  selalu  menyaksikan cara
 peribadatan jahiliah di bawah matanya  sendiri,  dilangsungkan
 di sekitar Ka'bah; sedang menurut perjanjian-perjanjian khusus
 dan perjanjian secara umum tak ada  alasan  menghalangi  orang
 datang berhaji dan beribadat di tempat itu.
 
 Kalau berhala-berhala yang disembah orang-orang Arab itu sudah
 banyak yang dihancurkan dan berhala-berhala yang dulu di dalam
 Ka'bah  dan  di  sekitarnya sudah pula dimusnahkan, maka suatu
 pertemuan dalam  Baitullah  yang  suci  dengan  nmempersatukan
 orang-orang yang berontak pada kehidupan syirik dan paganisma,
 dengan orang-orang  yang  tetap  dalam  kehidupan  syirik  dan
 paganismanya  itu,  adalah  suatu  kontradiksi  yang tak dapat
 dimengerti. Kalau orang dapat memahami orang-orang Yahudi  dan
 Nasrani pergi berziarah ke Bait'l-Maqdis (Yerusalem) sebab itu
 adalah Tanah yang  dijanjikan  buat  orang-orang  Yahudi,  dan
 tempat  kelahiran  Isa  Almasih buat orang-orang Nasrani, maka
 orang  tidak  akan  dapat   memahami   pertemuan   dua   macam
 peribadatan dalam sebuah tempat, di tempat itu berhala-berhala
 dihancurkan dan di tempat itu pula berhala-berhala yang  sudah
 dihancurkan  itu disembah. Oleh karena itu, sudah wajar sekali
 apabila orang-orang musyrik itu  tidak  boleh  lagi  mendekati
 Rumah Suci yang sudah dibersihkan dari segala kehidupan syirik
 dan segala macam suasana paganisma. Dalam hal inilah ayat-ayat
 dalam  Surah  Bara'ah  (At-Taubah  (9) itu turun. Tetapi musim
 haji kini sudah dimulai dan orang-orang musyrik sudah pula ada
 yang    datang   dari   pelosok-pelosok   hendak   menjalankan
 upacaranya.  Baiklah  pertemuan  sekali   ini   menjadi   saat
 menyampaikan  perintah  Allah  kepada  mereka dalam memutuskan
 segala perjanjian antara paganisma dengan iman,  kecuali  buat
 perjanjian  yang  dibuat untuk waktu tertentu ia tetap berlaku
 sampai pada waktu yang sudah ditentukan itu.
 
                                     (bersambung ke bagian 2/3)
 

0 komentar:

Post a Comment

Just select text on the page and get instant translation from Google Translate!
Google Translate Client