Selamat Datang Di Emye Private Blog
Membaca, mendengar, dan menterjemahkan Al Qur'an
Sedikit Bigraphy Singkat tentang Aku.
Title

Bapakku

Bapakku yang Sangat Tegas Akan Sesuatu yang Dia Anggap Fundamental, Berprinsip Kuat. Sangat Religius. Jawa Banyumasan. Gualakeee Poll, hehehe...

Read More
Title

Ibuku

Ibuku.., Seorang Wanita yang Sangat Kuat, Tegar dan Banyak Akal. Bisa Menjadi Seorang Ibu Sekaligus "seorang ayah" Juga. Smart dalam bertahan hidup, Sabar di Keseharian, Walau Galak Tapi Pemaaf... Saluut Untukmu Mah...!

Read More
Title

Aku Yang...

Inilah Yang Dulu Selalu Mencari Masalah, dan Terkena Masalah dan Hampir Terkubur Karenanya.. Berharap Maaf dariNYA, Kedua Orangtuaku dan Juga Kalian Semua.. Do'akan RidhoNYA Untukku ya.. Terimakasih Untuk Kalian Semua...

Read More
Title

Rumahku Hidupku..No Place Like Home

Di Sinilah Awal Semua Kisahku.., Di Awali Dengan Kasih Sayang dan Pengharapan dan Di Jalani Dengan Kegilaan lalu Berakhir dengan Keterpurukan. No More Fly..No More Sky and No More Cry...

Read More
Title

Seberkas CahayaNYA...

Menunggu dan Berharap Banyak dariNYA... Jawaban dan Ampunan Setelah Doa-doa yang Kutambatkan.. Setiap Detik, Setiap Saat Sebelum Saat Akhir Hidupku Tiba...

Read More
Title

Pikirkan Dulu!

Pikirkan dan Pertimbangkan Semua Pilihan. Karena Kau Harus Memilih, Gunakan Kata Hatimu. Ambil Apa Yang Baik Dari Kisahku Kawan.. Semua Hikmah. Sekarang atau Tidak Sama Sekali..!!!?

Read More

Sejarah Hidup Rasulullah Muhammad SAW

October 19, 2011
 
BAGIAN KEDUAPULUH: PERJANJLAN HUDAIBIYA                  (1/3)
 Muhammad Husain Haekal
 
    Setelah enam tahun di Medinah - Muhammad mengajak
    orang berhaji - Tak ada petempuran dan tak ada perang
    - Quraisy keberatan Muslimin memasuki Mekah -
    Perundingan perdamaian - Kesabaran Muhammad dan
    politiknya - Perjanjian Hudaibiya suatu kemenangan
    yang nyata
 
 ENAM tahun lamanya sudah  sejak  Nabi  dan  sahabat-sahabatnya
 hijrah  dari  Mekah ke Medinah. Seperti kita lihat, selama itu
 mereka terus-menerus bekerja keras,  terus-menerus  dihadapkan
 kepada  peperangan,  kadang  dengan  pihak Quraisy, adakalanya
 pula  dengan  pihak  Yahudi.  sementara  itu  Islampun   makin
 tersebar luas, makin kuat dan ampuh pula
 
 Sejak  tahun pertama Hijrah, Muhammad sudah mengubah kiblatnya
 dari al-Masjid'l-Aqsha  ke  al-Masjid'l-Haram.  Sekarang  kaum
 Muslimin menghadap ke Baitullah yang di bangun oleh Ibrahim di
 Mekah, dan yang kemudian bangunan itu dibaharui  lagi  tatkala
 Muhammad  masih muda belia. Waktu itu ia juga turut mengangkat
 batu hitam ketempatnya di  ujung  dinding  bangunan  itu.  Tak
 terlintas  dalam  pikirannya  atau dalam pikiran siapapun juga
 waktu itu, bahwa Tuhan akan menurunkan risalah kepadanya.

 Sejak ratusan tahun yang lalu, al-Masjid'l-Haram  ini  (Mesjid
 Suci)   sudah  menjadi  arah  tujuan  orang-orang  Arab  dalam
 melakukan ibadat. Dalam bulan-bulan suci setiap  tahun  mereka
 datang  ke  tempat  itu.  Setiap orang yang datang keamanannya
 terjamin. Apabila orang bertemu dengan musuh yang paling keras
 sekalipun,  di  tempat  ini ia tak dapat menghunus pedang atau
 mengadakan pertumpahan darah. Akan tetapi sejak  Muhammad  dan
 kaum  Muslimin  sudah  hijrah,  pihak  Quraisy telah mengambil
 tanggung jawab dengan melarang  mereka  memasuki  Mesjid  Suci
 itu,   melarang   mereka  mendekatinya  diluar  golongan  Arab
 lainnya. Dalam hal ini firman Tuhan turun  pada  tahun  Hijrah
 pertama itu:
 
 "Mereka   bertanya   kepadamu  tentang  bulan  suci:  bolehkah
 berperang? Katakanlah: Berperang dalam bulan  itu  suatu  dosa
 besar.  Tetapi  merintangi  orang  dari jalan Allah dan ingkar
 kepadaNya,  merintangi  orang  memasuki  Masjid   Suci   serta
 mengusir  penduduk  dari  sekitar tempat itu, lebih besar lagi
 dosanya disisi Allah." (Qur'an, 2:217)
 
 Dan sesudah perang Badr juga firman Tuhan ini datang:
 
 "Dan kenapa Allah tidak akan menyiksa  mereka  padahal  mereka
 merintangi  orang  memasuki  Mesjid  Suci, sedang mereka bukan
 penanggungjawabnya. Mereka yang  bertanggungjawab  mengurusnya
 sebenarnya  ialah  orang-orang  yang  bertakwa.  Tetapi mereka
 kebanyakan tidak mengetahui. Dan sembahyang mereka di  sekitar
 Rumah  Suci  itu tidak lain hanya bersiul dan bertepuk tangan.
 Oleh  karena  itu  rasakan  siksaan   yang   disebabkan   oleh
 kekafiranmu  itu.  Orang-orang  kafir  itu  mengeluarkan harta
 mereka guna melarang orang dari jalan Allah; maka mereka masih
 akan  mengeluarkan  harta mereka. Sesudah itu mereka menyesal,
 lalu  mereka  kalah.  Dan  orang-orang  yang  kafir  itu  akan
 dikumpulkan di dalam neraka" (Qur'an, 8:34-36)
 
 Selama   enam   tahun   itu   banyak  sekali  ayat-ayat  turun
 berturut-turut  mengenai  Mesjid  Suci  itu  yang  oleh  Tuhan
 dijadikan  tempat manusia berkumpul dan tempat yang aman. Akan
 tetapi    pihak    Quraisy     menganggap     Muhammad     dan
 pengikut-pengikutnya  telah  mengingkari dewa-dewa dalam Rumah
 Suci itu: Hubal, Isaf, Na'ila dan berhala-berhala  yang  lain.
 Oleh   karena   itu   memerangi  dan  melarang  mereka  datang
 berkunjung ke Ka'bah  adalah  suatu  kewajiban  buat  Quraisy,
 kalau    mereka    tidak    mau   kembali   kepada   dewa-dewa
 nenek-moyangnya.
 
 Sementara itu kaum Muslimin merasa menderita karena tak  dapat
 melakukan  tugas  agama  yang  sudah menjadi kewajiban mereka,
 juga  sudah  menjadi  kewajiban  nenek-moyang  mereka  dahulu.
 Disamping  itu kaum Muhajirin sendiripun sudah merasa tersiksa
 dan merasa tertekan  -  tersiksa  dalam  pembuangan,  tertekan
 karena  kehilangan  tanah  air dan keluarga. Hanya saja mereka
 itu semua yakin akan adanya pertolongan Tuhan kepada Rasul dan
 kepada mereka serta mengangkat taraf agama mereka diatas agama
 lain. Mereka percaya sekali, bahwa tak lama  lagi  pasti  akan
 datang  waktunya  Tuhan  membukakan pintu Mekah kepada mereka,
 dan  mereka  akan  bertawaf  di  Rumah  Purba  (Ka'bah)   itu,
 menunaikan   kewajiban  agama  yang  diwajibkan  Tuhan  kepada
 seluruh umat manusia. Kalau selama itu, tahun demi tahun  yang
 terjadi  hanya  peperangan,  dari  perang  Badr  ke Uhud, lalu
 Khandaq,       kemudian       peperangan-peperangan        dan
 kesibukan-kesibukan lain, maka hari yang mereka harap-harapkan
 itu kini pasti akan tiba. Mereka sangat merindukan  hari  yang
 diharap-harapkan  itu.  Tidak  kurang  pula  Muhammad  seperti
 mereka, sangat merindukannya dan yakin sekali,  bahwa  saatnya
 sudah dekat!
 
 Dengan  melarang  mengadakan  ziarah ke Mekah serta menunaikan
 kewajiban   berhaji   dan   menjalankan   umrah,    sebenarnya
 orang-orang   Quraisy   sudah   melakukan  kekejaman  terhadap
 Muhammad dan  sahabat-sahabatnya.  Rumah  Purba  ini  bukanlah
 milik  Quraisy,  melainkan  milik semua orang Arab. Hanya saja
 orang-orang  Quraisy  itu  berkewajiban  menjaga  Ka'bah   dan
 mengurus  air buat para pengunjung, yakni yang meliputi segala
 macam    kepengurusan    Rumah    Suci    dan     pemeliharaan
 pengunjung-pengunjungnya. Tujuan sesuatu kabilah itu satu sama
 lain dengan menyembah  berhala  tidaklah  berarti  membenarkan
 tindakan  Quraisy  melarang  orang  berziarah  dan bertawaf di
 Ka'bah serta melakukan segala upacara dan penyembahan berhala.
 Muhammad  datang  mengajak  orang menjauhi penyembahan berhala
 dan membersihkan diri dari segala noda paganisma  dan  syirik.
 Ia  mengajak  orang  ke  tingkat jiwa yang lebih tinggi, yakni
 menyembah hanya kepada Allah Yang Tunggal dan tidak bersekutu.
 Ia akan menempatkannya di atas segala kekurangan, akan membawa
 kehidupan rohani ke tempat yang dapat menangkap arti  kesatuan
 alam  serta keesaan Tuhan. Jadi oleh karena menjalankan ibadah
 haji dan umrah itu merupakan salah satu kewajiban agama,  maka
 melarang  penganut-penganut agama baru ini melakukan kewajiban
 agamanya berarti suatu tindakan permusuhan.
 
 Akan tetapi apabila Muhammad  kemudian  datang  juga  disertai
 orang-orang   yang  sudah  beriman  kepada  Allah  dan  kepada
 ajarannya, yang sebenarnya mereka  ini  penduduk  asli  Mekah,
 maka  orang-orang  Quraisy  itu  kuatir rakyat jelata di Mekah
 akan menggabungkan  diri  kepadanya  lalu  merasa  pula  bahwa
 memisahkan  mereka  dari sanak keluarga, adalah suatu tindakan
 kekejaman. Dengan demikian ini akan merupakan benih yang dapat
 mencetuskan perang saudara.
 
 Disamping  itu  pemimpin-pemimpin  Quraisy  dan  pemuka-pemuka
 Mekah tidak pula melupakan Muhammad dan pengikutnya yang telah
 menghancurkan perdagangan mereka, merintangi jalan mereka yang
 sudah rata itu ke Syam. Oleh karenanya dalam jiwa mereka sudah
 tertanam  rasa  dendam  dan  permusuhan;  padahal  sudah cukup
 diketahui, bahwa  Rumah  itu  kepunyaan  Allah  dan  kepunyaan
 seluruh  masyarakat  Arab, dan bahwa kewajiban mereka hanyalah
 menjaganya dan memelihara orang-orang yang sedang berziarah.

 Telah lampau enam tahun  sejak  hijrah,  kaum  Muslimin  sudah
 gelisah  sekali  karena  rindu  ingin  berziarah ke Ka'bah dan
 ingin menunaikan ibadah haji dan umrah. Pada suatu  pagi  bila
 mereka    sedang   berkumpul   di   mesjid,   tiba-tiba   Nabi
 memberitahukan kepada mereka bahwa  ia  telah  mendapat  ilham
 dalam  mimpi  hakiki,  bahwa  insya Allah mereka akan memasuki
 Mesjid Suci dengan aman tenteram, dengan kepala  dicukur  atau
 digunting tanpa akan merasa takut.
 
 Begitu  mereka mendengar berita mengenai mimpi Rasulullah itu,
 serentak mereka mengucap; Alhamdulillah. Secepat kilat  berita
 ini   telah   tersebar  ke  seluruh  penjuru  Medinah.  Tetapi
 bagaimana caranya memasuki Masjid Suci itu? Dengan  perangkah?
 Ataukah  orang-orang  Quraisy  secara paksa harus dikosongkan?
 Atau barangkali  Quraisy  dengan  tunduk  menyerah  membukakan
 jalan?
 
 Tidak.  Tak  ada  pertempuran, tak ada perang. Bahkan Muhammad
 mengumumkan kepada orang ramai supaya pergi menunaikan  ibadah
 haji  dalam bulan Zulhijah yang suci. Dikirimnya utusan-utusan
 kepada  kabilah-kabilah  yang  bukan  dari   pihak   Muslimin,
 dianjurkannya  mereka supaya ikut bersama-sama pergi berangkat
 ke Baitullah, dengan aman, tanpa ada pertempuran.  Dalam  pada
 itu  yang  diinginkan  sekali  oleh Muhammad ialah supaya kaum
 Muslimin  dapat  berangkat  sebanyak  mungkin.   Maksud   baik
 daripada  ini  ialah  supaya semua orang Arab mengetahui bahwa
 kepergiannya dalam bulan suci  itu  hendak  menunaikan  ibadah
 haji,  bukan akan berperang. Ia hanya ingin melaksanakan suatu
 kewajiban  dalam  hukum  Islam,  yang  juga  diwajibkan  dalam
 agama-agama  orang  Arab  sebelum  itu.  Untuk  itu  diajaknya
 orang-orang Arab yang tidak se-agama itu agar  juga  melakukan
 kewajiban  tersebut. Sesudah semua itu, kalaupun Quraisy masih
 juga bersikeras hendak memeranginya dalam bulan  suci,  hendak
 melarang  orang  Arab  akan apa yang sudah menjadi kepercayaan
 sekalipun berlain-lainan, maka  takkan  ada  orang-orang  Arab
 yang  mau  mendukung  sikap  Quraisy atau akan membantu mereka
 melawan kaum Muslimin. Dengan sikap keras  itu  mereka  hendak
 membendung  orang  pergi  ke  Mesjid  Suci, hendak membelokkan
 orang dari agama  Ismail.  dan  dari  agama  Ibrahim,  leluhur
 mereka.
 
 Oleh   karena  itu  pihak  Muslimin  merasa  aman  juga  kalau
 orang-orang Arab itu dapat menggabungkan diri seperti golongan
 Ahzab  dulu. Agamanya akan lebih terpandang dimata orang-orang
 Arab yang belum beriman itu.  Apa  pula  yang  akan  dikatakan
 Quraisy  kepada  mereka  yang  datang ke tanah suci itu, tanpa
 membawa senjata kecuali pedang  yarig  disarungkan,  didahului
 oleh  binatang kurban yang hendak mereka sembelih. Buat mereka
 tak ada urusan lain daripada hanya akan menunaikan tugas agama
 dengan  bertawaf  di  Baitullah,  yang  juga menjadi kewajiban
 semua masyarakat Arab itu.
 
 Muhammad  mengumumkan  kepada  semua  orang  supaya  berangkat
 menunaikan   ibadah   haji.  Kepada  kabilah-kabilah  di  luar
 Muslimin juga dimintanya berangkat bersama-sama. Tetapi banyak
 juga  dari  mereka  itu  yang masih menunda-nunda. Dalam bulan
 Zulkaedah sebagai salah satu bulan suci, ia  berangkat  dengan
 rombongan  dari  kaum  Muhajirin  dan  Anshar,  serta beberapa
 kabilah Arab yang mau menggabungkan diri, didahului  di  depan
 oleh  untanya,  Al-Qashwa. Jumlah mereka yang berangkat ketika
 itu  sebanyak  seribu  empatratus  orang.   Muhammad   membawa
 binatang  kurban  terdiri  dari  tujuhpuluh ekor unta1, dengan
 mengenakan  pakaian  ihram,   dengan   maksud   supaya   orang
 mengetahui,  bahwa  ia  datang  bukan mau berperang, melainkan
 khusus hendak berziarah dan mengagungkan Baitullah.
 
 Bilamana  rombongan  sudah  sampai  di  Dzu'l-Hulaifa2  mereka
 menyiapkan kurban dan mengucapkan talbiah. Binatang kurban itu
 dilepaskan dan disebelah kanan masing-masing hewan itu  diberi
 tanda,  di  antaranya  terdapat unta Abu Jahl yang kena rampas
 dalam perang Badr. Tiada seorang juga dari rombongan haji  itu
 yang membawa senjata selain pedang tersarung yang biasa dibawa
 orang dalam perjalanan. Isteri  Nabi  yang  ikut  serta  dalam
 perjalanan ini ialah Umm Salama.
 
 Berita   tentang   Muhammad   dan  rombongannya  serta  tujuan
 kepergiannya hendak menunaikan ibadah haji  itu  sudah  sampai
 juga kepada Quraisy. Akan tetapi dalam hati mereka timbul rasa
 kuatir.  Masalahnya  buat  mereka  adalah  sebaliknya.  Mereka
 menduga  kedatangannya hanya sebagai suatu tipu muslihat saja.
 Dengan begitu Muhammad mau menipu supaya dapat memasuki Mekah,
 karena  mereka  dan  golongan  Ahzab pernah pula terlarang tak
 dapat memasuki Medinah. Apa yang mereka ketahui tentang  lawan
 mereka  yang  hendak  memasuki  Tanah Suci melakukan Umrah itu
 serta apa  yang  sudah  diumumkan  di  seluruh  jazirah  bahwa
 sebenarnya  mereka  hanya  didorong oleh rasa keagamaan hendak
 menunaikan kewajiban yang sudah juga diakui oleh seluruh orang
 Arab,  tidak  akan  dapat  mengubah  keputusan  Quraisy hendak
 mencegah  Muhammad  memasuki  Mekah;   betapa   pun   besarnya
 pengorbanan   yang  harus  mereka  lakukan  guna  melaksanakan
 keputusan mereka itu.

 Oleh karena itu sebuah pasukan tentara yang barisan berkudanya
 saja  terdiri  dari 200 orang, oleh Quraisy segera di kerahkan
 dan pimpinannya di  serahkan  kepada  Khalid  bin'l-Walid  dan
 'Ikrima  bin  Abi Jahl. Pasukan ini maju ke depan supaya dapat
 merintangi Muhammad masuk Ibukota (Mekah). Mereka  maju  terus
 sampai dapat bermarkas di Dhu Tuwa.
 
 Sebaliknya  Muhammad  ia meneruskan perjalanannya. Sesampainya
 di 'Usfan3 ia bertemu dengan seseorang dari  suku  Banu  Ka'b.
 Nabi menanyakan kalau-kalau orang itu mengetahui berita-berita
 sekitar Quraisy.
 
 "Mereka  sudah  mendengar  tentang   perjalanan   tuan   ini,"
 jawabnya.  "Lalu  mereka  berangkat  dengan mengenakan pakaian
 kulit harimau. Mereka berhenti di Dhu Tuwa dan sudah bersumpah
 bahwa tempat itu sama-sekali tidak boleh tuan masuki. Sekarang
 Khalid bin'l-Walid dengan pasukan berkudanya sudah maju  terus
 ke Kira'l-Ghamim."4
 
 "O,  kasihan  Quraisy!"  kata  Muhammad.  "Mereka sudah lumpuh
 karena peperangan. Apa salahnya kalau mereka  membiarkan  saja
 saya  dengan  orang-orang  Arab yang lain itu. Kalaupun mereka
 sampai membinasakan saya, itulah  yang  mereka  harapkan,  dan
 kalau  Tuhan memberi kemenangan kepada saya, mereka akan masuk
 Islam secara beramai-ramai. Tetapi jika  itupun  belum  mereka
 lakukan,  mereka  pasti akan berperang, sebab mereka mempunyai
 kekuatan. Quraisy mengira apa. Saya akan terus berjuang,  demi
 Allah,  atas  dasar  yang  diutuskan  Allah kepada saya sampai
 nanti Allah memberikan kemenangan atau sampai leher ini  putus
 terpenggal."
 
 Kemudian  ia  berfikir,  apa  gerangan yang akan diperbuatnya.
 Keberangkatannya dari Medinah bukan  akan  berperang.  Ia  mau
 memasuki  Tanah  Suci  hanya hendak berziarah ke Baitullah, ia
 hendak menunaikan kewajiban kepada Tuhan.
 
 Ia tidak mengadakan persiapan perang. Boleh jadi juga kalaupun
 dia   berperang   dan   dikalahkan,  hal  ini  akan  dijadikan
 kebanggaan oleh Quraisy. Atau barangkali  Khalid  dan  'Ikrima
 itu  disuruh dengan tujuan sengaja hendak mencapai maksud itu,
 setelah diketahui  bahwa  ia  berangkat  bukan  dengan  maksud
 hendak berperang ?
 
 Sementara  Muhammad  sedang berpikir-pikir itu pasukan Quraisy
 sudah tampak sejauh mata memandang. Tampaknya  sudah  tak  ada
 jalan  lagi  buat Muslimin akan dapat mencapai tujuan, kecuali
 jika  mau  menerobos  barisan  itu.  Dan  jika   pun   terjadi
 pertempuran  pihak  Quraisy akan mempertahankan kehormatan dan
 tanah airnya. Suatu pertempuran  yang  memang  tidak  diingini
 oleh  Muhammad.  Akan  tetapi  Quraisy  hendak memaksanya juga
 supaya ia  bertempur  dan  supaya  melibatkan  diri  ke  dalam
 peperangan.

 Sungguhpun begitu pihak Muslimimpun tidak kurang pula semangat
 pertahanannya. Adakalanya dengan pedang  terhunus  saja  sudah
 cukup  buat  mereka  menangkis  serangan  musuh. Tetapi dengan
 demikian tujuannya jadi hilang, dan akan dipakai  alasan  oleh
 Quraisy  di  kalangan orang-orang Arab yang lain. Pandangannya
 lebih jauh dari itu, siasatnya lebih dalam dan lebih matang  É
 Jadi, dia menyerukan kepada orang banyak itu sambil katanya:
 
 "Siapa  yang  dapat membawa kita ke jalan lain daripada tempat
 mereka sekarang berada?"
 
 Dengan demikian ia masih  berpegang  pada  pendapatnya  hendak
 menempuh  saluran  damai  yang  sudah  digariskannya  sejak ia
 berangkat dari Medinah dan  berniat  hendak  pergi  menunaikan
 ibadah haji ke Mekah.
 
 Dalam  pada  itu  kemudian ada seorang laki-laki yang bersedia
 membawa  mereka  ke   tempat   lain   dengan   melalui   jalan
 berliku-liku  antara  batu-batu  karang yang curam yang sangat
 sulit dilalui. Kaum  Muslimin  merasa  sangat  letih  menempuh
 jalan  itu. Tetapi akhirnya mereka sampai juga ke sebuah jalan
 datar pada ujung wadi. Jalan ini mereka tempuh melalui sebelah
 kanan  yang  akhirnya keluar di Thaniat'l-Murar, jalan menurun
 ke Hudaibiya di sebelah bawah kota Mekah.
 
 Setelah pasukan Quraisy melihat apa  yang  dilakukan  Muhammad
 dan   sahabat-sahabatnya  itu,  merekapun  cepat-cepat  memacu
 kudanya  kembali  ke  tempat  semula  dengan   maksud   hendak
 mempertahankan Mekah bila diserbu oleh pihak Muslimin.
 
 Bila  kaum  Muslimin  sampai  di  Hudaibiya.  Al-Qashwa' (unta
 kepunyaan Nabi)  berlutut.  Kaum  Muslimin  menduga  ia  sudah
 terlalu lelah. Tetapi Rasulullah berkata:
 
 "Tidak.  Ia  (unta  itu)  ditahan oleh yang menahan gajah dulu
 dari Mekah. Setiap  ada  ajakan  dari  Quraisy  dengan  tujuan
 mengadakan hubungan kekeluargaan, tentu saya sambut."
 
 Kemudian   dimintanya   orang-orang   itu  supaya  turun  dari
 kendaraan. Tetapi mereka berkata:
 
 "Rasulullah, kalaupun kita turun, di lembah ini tak ada air."
 
                                     (bersambung ke bagian 2/3)
 
 ---------------------------------------------
 S E J A R A H    H I D U P    M U H A M M A D
 

0 komentar:

Post a Comment

Just select text on the page and get instant translation from Google Translate!
Google Translate Client