Selamat Datang Di Emye Private Blog
Membaca, mendengar, dan menterjemahkan Al Qur'an
Sedikit Bigraphy Singkat tentang Aku.
Title

Bapakku

Bapakku yang Sangat Tegas Akan Sesuatu yang Dia Anggap Fundamental, Berprinsip Kuat. Sangat Religius. Jawa Banyumasan. Gualakeee Poll, hehehe...

Read More
Title

Ibuku

Ibuku.., Seorang Wanita yang Sangat Kuat, Tegar dan Banyak Akal. Bisa Menjadi Seorang Ibu Sekaligus "seorang ayah" Juga. Smart dalam bertahan hidup, Sabar di Keseharian, Walau Galak Tapi Pemaaf... Saluut Untukmu Mah...!

Read More
Title

Aku Yang...

Inilah Yang Dulu Selalu Mencari Masalah, dan Terkena Masalah dan Hampir Terkubur Karenanya.. Berharap Maaf dariNYA, Kedua Orangtuaku dan Juga Kalian Semua.. Do'akan RidhoNYA Untukku ya.. Terimakasih Untuk Kalian Semua...

Read More
Title

Rumahku Hidupku..No Place Like Home

Di Sinilah Awal Semua Kisahku.., Di Awali Dengan Kasih Sayang dan Pengharapan dan Di Jalani Dengan Kegilaan lalu Berakhir dengan Keterpurukan. No More Fly..No More Sky and No More Cry...

Read More
Title

Seberkas CahayaNYA...

Menunggu dan Berharap Banyak dariNYA... Jawaban dan Ampunan Setelah Doa-doa yang Kutambatkan.. Setiap Detik, Setiap Saat Sebelum Saat Akhir Hidupku Tiba...

Read More
Title

Pikirkan Dulu!

Pikirkan dan Pertimbangkan Semua Pilihan. Karena Kau Harus Memilih, Gunakan Kata Hatimu. Ambil Apa Yang Baik Dari Kisahku Kawan.. Semua Hikmah. Sekarang atau Tidak Sama Sekali..!!!?

Read More

Sejarah Hidup Rasulullah Muhammad SAW

October 18, 2011
BAGIAN KEDUA: MEKAH, KA'BAH DAN QURAISY                  (2/4)
 Muhammad Husain Haekal
 
 Cerita   ini   diambil  dari  sejarah  yang  hampir  merupakan
 konsensus dalam garis besarnya tentang kepergian  Ibrahim  dan
 Ismail ke Mekah, meskipun terdapat perbedaan dalam detail. Dan
 yang memajukan kritik  atas  peristiwa  secara  mendetail  itu
 berpendapat, bahwa Hajar dan Ismail telah pergi ke lembah yang
 sekarang terletak Mekah itu dan bahwa di tempat  itu  terdapat
 mata  air  yang  ditempati oleh kabilah Jurhum. Hajar disambut
 dengan senang  hati  oleh  mereka  ketika  ia  datang  bersama
 Ibrahim  dan  anaknya  ke  tempat itu. Sesudah Ismail besar ia
 kawin dengan wanita Jurhum dan mempunyai beberapa orang  anak.
 Dari  percampuran  perkawinan antara Ismail dengan unsur-unsur
 Ibrani-Mesir di satu pihak  dan  unsur  Arab  di  pihak  lain,
 menyebabkan  keturunannya itu membawa sifat-sifat Arab, Ibrani
 dan Mesir. Mengenai sumber yang mengatakan tentang Hajar  yang
 kebingungan  setelah  melihat  air  yang  habis menyerap serta
 tentang usahanya berlari tujuh kali dari Shafa dan  Marwa  dan
 tentang  sumur Zamzam dan bagaimana air menyembur, oleh mereka
 masih diragukan.
 
 Sebaliknya William Muir  menyangsikan  kepergian  Ibrahim  dan
 Ismail   itu  ke  Hijaz  dan  ia  menolak  dasar  cerita  itu.
 Dikatakannya,  bahwa  itu  adalah  Israiliat  (Yudaica)   yang
 dibuat-buat orang Yahudi beberapa generasi sebelum Islam, guna
 mengikat hubungan dengan  orang  Arab  yang  sama-sama  sebapa
 dengan  lbrahim,  kalau  Ishaq  itu  yang menjadi nenek-moyang
 orang Yahudi. Jadi apabila saudaranya, Ismail itu moyang orang
 Arab,  maka  mereka  adalah  saudara  sepupu yang akan menjadi
 kewajiban orang Arab pula menerima  baik  emigran  orang-orang
 Yahudi   ke   tengah-tengah   mereka,   dan   akan  memudahkan
 perdagangan orang Yahudi di seluruh  jazirah  Arab.  Pengarang
 Inggris ini mendasarkan pendapatnya pada cara-cara peribadatan
 di negeri-negeri Arab yang tak ada  hubungannya  dengan  agama
 Ibrahim,   sebab   mereka   sudah   benar-benar  hanyut  dalam
 paganisma, sedang agama Ibrahim agama murni.
 
 Kita tidak melihat bahwa argumentasi demikian itu sudah  cukup
 kuat untuk menghilangkan kenyataan sejarah. Jauh beberapa abad
 sesudah meninggalnya Ibrahim dan Ismail paganisma  Arab  tidak
 menunjukkan bahwa mereka memang sudah demikian tatkala Ibrahim
 datang  ke  Hijaz  dan  tatkala  ia  dan  Ismail  bersama-sama
 membangun  Ka'bah.  Andaikata  waktu  itu paganisma sudah ada,
 tentu  itu  akan  memperkuat  pendapat   Sir   William   Muir.
 Masyarakat  Ibrahim sendiri waktu itu menyembah berhala dan ia
 berusaha mengajak mereka  ke  jalan  yang  benar,  tapi  tidak
 berhasil. Apabila ia mengajak masyarakat Arab seperti mengajak
 masyarakatnya sendiri, lalu tidak  berhasil,  dan  orang-orang
 Arab  itu  tetap menyembah berhala, tentu hal itu tidak sesuai
 dengan kepergian  Ibrahim  dan  Ismail  ke  Mekah.  Keterangan
 sejarah  itu  secara  logika  bahkan  lebih kuat. Ibrahim yang
 telah keluar dari Irak karena mau menghindar dari keluarganya,
 ia  pergi  ke  Palestina  dan  Mesir,  adalah orang yang mudah
 bepergian dan biasa mengarungi  sahara.  Sedang  jalan  antara
 Palestina   dan   Mekah  sejak  dahulu  kala  sudah  merupakan
 lalu-lintas terbuka bagi para kafilah. Dengan  demikian  tidak
 pula  pada  tempatnya  orang  meragukan kenyataan sejarah yang
 dalam garis besamya sudah menjadi konsensus itu.
 
 Sir William Muir dan mereka  yang  menunjang  pendapatnya  itu
 mengatakan  tentang  kemungkinan  adanya  segolongan anak-anak
 Ibrahim dan Ismail sesudah itu yang pindah dari  Palestina  ke
 negeri-negeri  Arab  serta  adanya pertalian mereka dalam arti
 hubungan  darah.  Kita  tidak  mengerti,   kalau   kemungkinan
 mengenai  anak-anak  Ibrahim  dan Ismail ini bagi mereka dapat
 diterima, sedang kemungkinan mengenai kedua orang itu  sendiri
 tidak! Bagaimana akan dikatakan belum dapat dipastikan padahal
 peristiwa sejarah sudah memperkuatnya. Bagaimana  pula  takkan
 terjadi  padahal  sumbernya sudah tak dapat diragukan lagi dan
 sudah  disebutkan  dalam  Quran  dan  dibicarakan  juga  dalam
 kitab-kitab suci lainnya!
 
 Ibrahim  dan Ismail lalu mengangkat sendi-sendi Rumah Suci itu
 dan "Bahwa rumah pertama dibuat untuk manusia beribadat  ialah
 yang  di  Mekah  itu,  sudah  diberi berkah dan bimbingan bagi
 semesta alam. Disitulah  terdapat  keterangan-keterangan  yang
 jelas  sebagai Maqam (tempat) Ibrahim; barangsiapa memasukinya
 menjadi aman." (Qur'an, 3: 96-97)
 
 "Dan ingatlah, Kami jadikan Rumah itu  tempat  berkumpul  bagi
 manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah Maqam Ibrahim itu
 tempat bersembahyang, dan kami  serahkan  kepada  Ibrahim  dan
 Ismail  menyucikan  RumahKu  bagõ mereka yang bertawaf, mereka
 yang tinggal menetap dan mereka  yang  ruku'  dan  sujud.  Dan
 ingatlah tatkala Ibrahim berkata: 'Tuhanku, jadikan tempat ini
 Kota yang aman dan berikanlah buah-buahan kepada  penduduknya,
 mereka  yang  beriman  kepada  Allah  dan  Hari  Kemudian.' Ia
 berkata: 'Dan bagi barangsiapa yang menolak iman  akan  Kuberi
 juga  kesenangan sementara, kemudian Kutarik ia ke dalam siksa
 api, tujuan yang paling celaka,. Dan ingatlah tatkala  Ibrahim
 dan  Ismail  mengangkat  sendi-sendi  Rumah  Suci  itu (mereka
 berdoa): 'Tuhan,  terimalah  ini  dari  kami.  Sesungguhnyalah
 Engkau Maha mendengar, Maha mengetahui." (Qur,an, 2: 125-127)
 
 Bagaimana  Ibrahim  mendirikan Rumah itu sebagai tempat tujuan
 dan  tempat  yang  aman,  untuk  mengantarkan  manusia  supaya
 beriman  hanya kepada Allah Yang Tunggal lalu kemudian menjadi
 tempat berhala dan pusat penyembahannya?  Dan  bagaimana  pula
 cara-cara   peribadatan  itu  dilakukan  sesudah  lbrahim  dan
 Ismail, dan dalam bentuk bagaimana pula dilakukan?  Dan  sejak
 kapan  cara-cara  itu berubah lalu dikuasi oleh paganisma? Hal
 ini tidak diceritakan  kepada  kita  oleh  sejarah  yang  kita
 kenal.  Semua  itu  baru  merupakan  dugaan-dugaan  yang sudah
 dianggap sebagai suatu kenyataan. Kaum Sabian1 yang  menyembah
 bintang  mempunyai  pengaruh besar di tanah Arab. Pada mulanya
 mereka - menurut beberapa keterangan - tidak menyembah bintang
 itu  sendiri,  melainkan  hanya  menyembah  Allah  dan  mereka
 mengagungkan   bintang-bintang   itu   sebagai   ciptaan   dan
 manifestasi  kebesaranNya. Oleh karena lebih banyak yang tidak
 dapat  memahami  arti  ketuhanan  yang  lebih   tinggi,   maka
 diartikannya bintang-bintang itu sebagai tuhan. Beberapa macam
 batu gunung dikhayalkan sebagai benda yang jatuh  dan  langit,
 berasal  dan  beberapa  macam  bintang.  Dari  situ  mula-mula
 manifestasi  tuhan  itu  diartikan  dan  dikuduskan,  kemudian
 batu-batu itu yang disembah, kemudian penyembahan itu dianggap
 begitu agung, sehingga tidak cukup  bagi  seorang  orang  Arab
 hanya menyembah hajar aswad (batu hitam) yang di dalam Ka'bah,
 bahkan dalam setiap perjalanan ia mengambil batu apa saja  dan
 Ka'bah   untuk  disembah  dan  dimintai  persetujuannya:  akan
 tinggal ataukah akan melakukan  perjalanan.  Mereka  melakukan
 cara-cara  peribadatan  yang berlaku bagi bintang-bintang atau
 bagi pencipta bintang-bintang itu. Dengan  cara-cara  demikian
 menjadi   kuatlah  kepercayaan  paganisma  itu,  patung-patung
 dikuduskan dan dibawanya  sesajen-sesajen  untuk  itu  sebagai
 kurban.
 
 Ini  adalah  suatu  gambaran tentang perkembangan agama itu di
 tanah  Arab  sejak  Ibrahim  membangun  rumah  sebagai  tempat
 beribadat  kepada  Tuhan, sebagaimana dilukiskan oleh beberapa
 ahli sejarah dan bagaimana pula hal itu kemudian berbalik  dan
 menjadi  pusat  berhala.  Herodotus, bapa sejarah, menerangkan
 tentang penyembahan Lat itu  di  negeri  Arab.  Demikian  juga
 Diodorus  Siculus  mcnyebutkan  tentang  rumah  di  Mekah yang
 diagungkan itu. Ini menunjukkan tentang paganisma  yang  sudah
 begitu tua di jazirah Arab dan bahwa agama yang dibawa Ibrahim
 di sana bertahan tidak begitu lama.
 
 Dalam abad-abad itu sudah datang pula para nabi yang  mengajak
 kabilah-kabilah    jazirah    itu   supaya   menyembah   Allah
 semata-mata. Tetapi mereka menolak  dan  tetap  bertahan  pada
 paganisma.  Datang  Hud  mengajak  kaum  'Ad  yang  tinggal di
 sebelah utara Hadzramaut supaya menyembah hanya kepada  Allah;
 tapi hanya sebagian kecil saja yang ikut. Sedang yang sebagian
 besar malah menyombongkan diri dan berkata: "O Hud, kau datang
 tidak  membawa  keterangan  yang  jelas,  dan  kami tidak akan
 meninggalkan tuhan-tuhan kami hanya  karena  perkataanmu  itu.
 Kami  tidak percaya kepadamu." (Qur'an, 11: 53) Bertahun-tahun
 lamanya Hud mengajak mereka. Hasilnya malah  mereka  bertambah
 buas  dan  congkak.  Demikian  juga Saleh datang mengajak kaum
 Thamud  supaya  beriman.  Mereka  ini  tinggal  di  Hijr  yang
 terletak antara Hijaz dengan Syam di Wadi'l-Qura ke arah timur
 daya dari Mad-yan (Midian)  dekat  Teluk  'Aqaba.  Sama  saja,
 hasil  ajakan  Saleh  itu tidak lebih seperti ajakan Hud juga.
 Kemudian datang Syu'aib kepada bangsa Mad-yan yang terletak di
 Hijaz,  mengajak  supaya  mereka  menyembah  Allah. Juga tidak
 didengar Merekapun mengalami kehancuran seperti  yang  terjadi
 terhadap golongan 'Ad dan Thamud.
 
 Selain  para  nabi  itu juga Qur'an telah menceritakan tentang
 ajakan mereka supaya menyembah Allah yang Esa. Sikap  golongan
 itu  begitu  sombong. Mereka tetap bersikeras hendak menyembah
 berhala dan bermohon kepada berhala-berhala dalam Ka'bah  itu.
 Mereka  berziarah  ke  tempat  itu setiap tahun; mereka datang
 dari segenap pelosok jazirah Arab. Dalam hal ini turun  firman
 Tuhan:  "Dan  Kami  tidak akan mengadakan siksaan sebelum Kami
 mengutus seorang rasul."(Qur'an 17: 15)
 
 Sejak   didirikannya   Mekah   di   tempat   itu   sudah   ada
 jabatan-jabatan penting seperti yang dipegang oleh Qushayy bin
 Kilab pada pertengahan abad kelima Masehi. Pada waktu itu para
 pemuka   Mekah   berkumpul.  Jabatan-jabatan  hijaba,  siqaya,
 rifada, nadwa, liwa' dan qiyada dipegang  semua  oleh  Qushay.
 Hijaba ialah penjaga pintu Ka'bah atau yang memegang kuncinya.
 Siqaya ialah menyediakan air tawar - yang sangat  sulit  waktu
 itu  bagi  mereka  yang  datang  berziarah  serta  menyediakan
 minuman keras yang dibuat dari  kurma.  Rifada  ialah  memberi
 makan  kepada  mereka  semua.  Nadwa ialah pimpinan rapat pada
 tiap tahun musim. Liwa' ialah  panji  yang  dipancangkan  pada
 tombak  lalu  ditancapkan  sebagai lambang tentara yang sedang
 menghadapi musuh,  dan  qiyada  ialah  pimpinan  pasukan  bila
 menuju  perang.  Jabatan-jabatan  demikian itu di Mekah sangat
 terpandang. Dalam masalah ibadat seolah pandangan  orang-orang
 Arab semua tertuju ke Ka'bah itu.
 
 Saya kira semua itu datangnya bukan sekaligus ketika rumah itu
 dibangun, melainkan satu demi satu, pada satu  pihak  tak  ada
 hubungannya  satu  sama  lain dengan Ka'bah serta kedudukannya
 dalam arti agama, di pihak lain sedikit banyak memang ada juga
 hubungannya.
 
 Tatkala Ka'bah dibangun menurut gambaran yang ada dalam khayal
 kita - tidak lebih Mekah hanya  terdiri  dari  kabilah-kabilah
 Amalekit  dan  Jurhum.  Sesudah  Ismail  menetap  di  sana dan
 bersama-sama dengan ayahnya memasang  sendi-sendi  rumah  itu,
 barulah  Mekah  mengalami  perkembangan.  Untuk beberapa waktu
 yang cukup lama kemudian ia  menjadi  sebuah  kota  atau  yang
 menyerupai  kota.  Kita  katakan menyerupai kota, karena Mekah
 dengan penduduknya waktu itu  masih  membawa  sifat  sisa-sisa
 keterbelakangan  dalam  arti  yang  sangat bersahaja. Beberapa
 penulis sejarah tidak keberatan dalam menyebutkan, bahwa Mekah
 itu  masih  terbelakang  sebelum semua urusan berada di tangan
 Qushayy pada pertengahan abad kelima Masehi  itu.  Sukar  bagi
 kita akan dapat membayangkan suatu daerah seperti Mekah dengan
 Rumah Purbanya yang dianggap suci itu akan tetap berada  dalam
 suasana  hidup pengembaraan. Padahal sejarah membuktikan bahwa
 persoalan  Rumah  Suci  itu  berada  di  tangan  Ismail  dalam
 lingkungan  keluarga Jurhum selama beberapa generasi kemudian.
 Mereka tinggal di sekitar tempat itu, di  samping  Mekah  masa
 itu  memang  tempat pertemuan kafilah-kafilah dalam perjalanan
 ke Yaman, Hira, Syam dan Najd. Juga  hubungannya  dengan  Laut
 Merah  yang  tidak  jauh  dari  tempat  itu merupakan hubungan
 langsung  dengan   perdagangan   dunia.   Sukar   akan   dapat
 dibayangkan  adanya  suatu  daerah  dalam keadaan demikian itu
 akan tetap tanpa ada pendekatan  dari  dunia  lain  dari  segi
 peradabannya.  Beralasan sekali dugaan kita, bahwa Mekah, yang
 sudah didoakan oleh Ibrahim dan ditetapkan Allah akan  menjadi
 suatu  daerah  yang  aman sentosa, sudah mengenal hidup stabil
 selama beberapa generasi sebelum Qushayy.
 
 Meskipun sudah dikalahkan oleh Amalekit, Mekah masih di tangan
 Jurhum  sampai  pada  masa Mudzadz bin 'Amr ibn Harith. Selama
 dalam  masa   generasi   ini   perdagangan   Mekah   mengalami
 perkembangan  yang pesat sekali di bawah kekuasaan orang-orang
 yang biasa hidup mewah,  sehingga  mereka  lupa  bahwa  mereka
 berada  di tanah tandus dan bahwa mereka perlu selalu berusaha
 dan selalu waspada.  Demikian  lalainya  mereka  itu  sehingga
 Zamzam  menjadi  kering dan pihak kabilah Khuza'a merasa perlu
 memikirkan akan turut terjun memegang pimpinan di  tanah  suci
 itu.
 
 Peringatan  Mudzadz  kepada masyarakatnya tentang akibat hidup
 berfoya-foya, tidak berhasil. Ia yakin sekali  bahwa  hal  ini
 akan menghanyutkan mereka semua. Kemudian ia berusaha menggali
 Zamzam lebih dalam lagi. Diambilnya dua  buah  pangkal  pelana
 emas dari dalam Ka'bah beserta harta yang dibawa orang sebagai
 sesajen ke dalam Rumah Suci itu. Dimasukkannya  semua  itu  ke
 dalam  dasar  sumur,  sedang  pasir yang masih ada di dalamnya
 dikeluarkan,  dengan  harapan  pada  suatu   waktu   ia   akan
 menemukannya  kembali.  Ia keluar dengan anak-anak Ismail dari
 Mekah. Kekuasaan sesudah itu dipegang oleh  Khuza'a.  Demikian
 seterusnya  turun-temurun  sampai  kepada  Qushayy  bin Kilab,
 nenek (kakek) Nabi Muhammad yang kelima.
 
 Fatimah bint Sa'd bin Sahl kawin dengan  Kilab  dan  mempunyai
 anak  bernama  Zuhra dan Qushayy. Kilab meninggal dunia ketika
 Qushayy masih bayi. Kemudian Fatimah kawin lagi dengan  Rabi'a
 bin  Haram.  Kemudian mereka pergi ke Syam dan di sana Fatimah
 melahirkan Darraj. Qushayy semakin besar  juga  dan  ia  hanya
 mengenal  Rabi'a  sebagai  ayahnya. Lambat-laun antara Qushayy
 dengan pihak kabilah Rabi'a terjadi permusuhan. Ia dihina  dan
 dikatakan  berada  di bawah perlindungan mereka, padahal bukan
 dari pihak mereka Qushayy  mengadukan  penghinaan  itu  kepada
 ibunya.
 
 "Ayahmu  lebih mulia dari mereka," kata ibunya kepada Qushayy.
 "Engkau  anak  Kilab  bin  Murra,  dan  keluargamu  di   Mekah
 menempati Rumah Suci."
 
 Qushayy  lalu  pergi  ke  Mekah,  dan  menetap di sana. Karena
 pandangannya yang baik dan mempunyai kesungguhan,  orang-orang
 di  Mekah  sangat  menghormatinya.  Pada  waktu itu pengawasan
 Rumah  Suci  di  tangan  Hulail  bin  Hubsyia  -  orang   yang
 berpandangan  tajam  dari  kabilah  Khuza'a.  Tatkala  Qushayy
 melamar puterinya, Hubba, ternyata  lamarannya  diterima  baik
 dan  kawinlah  mereka.  Qushayy  terus  maju  dalam  usaha dan
 perdagangannya,  yang  membuat  ia  jadi   kaya,   harta   dan
 anak-anaknya  pun  banyak  pula.  Di kalangan masyarakatnya ia
 makin terpandang. Hulail meninggal dengan meninggalkan  wasiat
 supaya  kunci  Rumah  Suci  di  tangan Hubba puterinya. Tetapi
 Hubba menolak dan kunci itu dipegang oleh  Abu  Ghibsyan  dari
 kabilah  Khuza'a.  Tetapi  Abu  Ghibsyan  ini seorang pemabuk.
 Ketika pada suatu hari ia kehabisan minuman  keras  kunci  itu
 dijualnya kepada Qushayy dengan cara menukarnya dengan minuman
 keras.
 
 Khuza'a sudah memperhitungkan betapa kedudukannya  nanti  bila
 pimpinan  Ka'bah  itu  berada  di tangan Qushayy sebagai orang
 yang banyak hartanya  dan  orang  yang  mulai  berpengaruh  di
 kalangan  Quraisy.  Mereka  merasa  keberatan bilamana masalah
 pimpinan Rumah Suci berada di tangan pihak lain selain  mereka
 sendiri.  Pada waktu Qushayy meminta bantuan Quraisy, beberapa
 kabilah memang sudah berpendapat bahwa  dialah  penduduk  yang
 paling  kuat  dan  sangat  dihargai di Mekah. Mereka mendukung
 Qushayy dan berhasil mengeluarkan Khuza'a dari Mekah. Sekarang
 seluruh  pimpinan  Rumah  Suci itu sudah di tangan Qushayy dan
 dia diakui sebagai pemimpin mereka.
 
 Seperti sudah  kita  kemukakan,  beberapa  orang  berpendapat,
 bahwa  sampai  pada  waktu  pimpinan  Mekah  berada  di tangan
 Qushayy, bangunan apapun belum ada di tempat  itu,  selain  Ka
 bah.  Alasannya  ialah,  karena baik Khuza'a atau Jurhum tidak
 ingin melihat ada bangunan lain di sekitar  Rumah  Tuhan  itu,
 juga  karena  pada  malam  hari mereka tidak pernah tinggal di
 tempat  itu,  melainkan  pergi   ke   tempat-tempat   terbuka.
 Ditambahkan pula bahwa setelah Qushayy memegang pimpinan Mekah
 ia mengumpulkan  Quraisy  dan  menyuruh  mereka  membangun  di
 tempat itu. Dengan dipelopori oleh Qushayy sendiri dibangunnya
 Dar'n-Nadwa sebagai tempat pertemuan  pembesar-pembesar  Mekah
 yang  dipimpin  oleh  Qushayy  sendiri.  Di  tempat ini mereka
 bermusyawarah mengenai  masalah-masalah  negeri  itu.  Menurut
 kebiasaan  mereka,  setiap persoalan yang mereka hadapi selalu
 diselesaikan dengan  persetujuan  bersama.  Baik  wanita  atau
 laki-laki  yang  akan melangsungkan perkawinan harus di tempat
 ini pula.
 
 Dengan perintah Qushayy  orang-orang  Quraisy  lalu  membangun
 tempat-tempat  tinggal  mereka  di  sekitar Ka'bah itu, dengan
 meluangkan tempat  yang  cukup  luas  untuk  mengadakan  tawaf
 sekitar  Rumah  itu dan pada setiap dua rumah disediakan jalan
 yang menembus ke tempat tawaf tersebut.
 
 Anak Qushayy yang tertua  ialah  Abd'd-Dar.  Akan  tetapi  Abd
 Manaf adiknya, sudah lebih dulu tampil ke depan umum dan sudah
 mendapat tempat pula.
 
 Sesudah usianya makin lanjut, kekuatannyapun  sudah  berkurang
 dan  sudah  tidak  kuat  lagi  ia  mengurus  Mekah sebagaimana
 mestinya, kunci Rumah itupun diserahkannya  kepada  Abd'd-Dar,
 demikian  juga  soal  air minum, panji dan persediaan makanan.
 Setiap tahun Quraisy memberikan sumbangan  dari  harta  mereka
 yang diserahkannya kepada Qushayy guna membuatkan makanan pada
 musim ziarah. Makanan ini  kemudian  diberikan  kepada  mereka
 yang  datang  tidak dalam kecukupan. Qushayy adalah orang yang
 pertama  mewajibkan  kepada  Quraisy   menyiapkan   persediaan
 makanan. Dikumpulkannya mereka itu dan ia sangat merasa bangga
 terhadap   mereka   ketika   bersama-sama   mereka    berhasil
 mengeluarkan  Khuza'a  dari  Mekah.  Ketika  mewajibkan itu ia
 berkata kepada mereka:
 
 "Saudara-saudara Quraisy! Kamu sekalian adalah tetangga Tuhan,
 keluarga  RumahNya  dan  Tempat  yang Suci. Mereka yang datang
 berziarah adalah tamu Tuhan dan  pengunjung  RumahNya.  Mereka
 itulah  para  tamu  yang  paling  patut  dihormati. Pada musim
 ziarah itu  sediakanlah  makanan  dan  minuman  sampai  mereka
 pulang kembali."
                                     (bersambung ke bagian 3/4)
 

0 komentar:

Post a Comment

Just select text on the page and get instant translation from Google Translate!
Google Translate Client