Selamat Datang Di Emye Private Blog
Membaca, mendengar, dan menterjemahkan Al Qur'an
Sedikit Bigraphy Singkat tentang Aku.
Title

Bapakku

Bapakku yang Sangat Tegas Akan Sesuatu yang Dia Anggap Fundamental, Berprinsip Kuat. Sangat Religius. Jawa Banyumasan. Gualakeee Poll, hehehe...

Read More
Title

Ibuku

Ibuku.., Seorang Wanita yang Sangat Kuat, Tegar dan Banyak Akal. Bisa Menjadi Seorang Ibu Sekaligus "seorang ayah" Juga. Smart dalam bertahan hidup, Sabar di Keseharian, Walau Galak Tapi Pemaaf... Saluut Untukmu Mah...!

Read More
Title

Aku Yang...

Inilah Yang Dulu Selalu Mencari Masalah, dan Terkena Masalah dan Hampir Terkubur Karenanya.. Berharap Maaf dariNYA, Kedua Orangtuaku dan Juga Kalian Semua.. Do'akan RidhoNYA Untukku ya.. Terimakasih Untuk Kalian Semua...

Read More
Title

Rumahku Hidupku..No Place Like Home

Di Sinilah Awal Semua Kisahku.., Di Awali Dengan Kasih Sayang dan Pengharapan dan Di Jalani Dengan Kegilaan lalu Berakhir dengan Keterpurukan. No More Fly..No More Sky and No More Cry...

Read More
Title

Seberkas CahayaNYA...

Menunggu dan Berharap Banyak dariNYA... Jawaban dan Ampunan Setelah Doa-doa yang Kutambatkan.. Setiap Detik, Setiap Saat Sebelum Saat Akhir Hidupku Tiba...

Read More
Title

Pikirkan Dulu!

Pikirkan dan Pertimbangkan Semua Pilihan. Karena Kau Harus Memilih, Gunakan Kata Hatimu. Ambil Apa Yang Baik Dari Kisahku Kawan.. Semua Hikmah. Sekarang atau Tidak Sama Sekali..!!!?

Read More
October 18, 2011
BAGIAN KETIGA: MUHAMMAD DARI KELAHIRAN                   (1/3) 
 SAMPAI PERKAWINANNYA
 Muhammad Husain Haekal
 
    Perkawinan Abdullah dengan Aminah - Abdullah wafat -
    Muhammad lahir disusukan oleh Keluarga Sa'd - Kisah
    dua malaikat - Lima tahun selama tinggal di pedalaman
    - Aminah wafat - Di bawah asuhan Abd'l-Muttalib -
    Abd'l-Muttalib wafat - Di bawah asuhan Abu Talib -
    Pergi ke Suria dalam usia dua belas tahun- Perang
    Fijar - Menggembala kambing - Ke Suria membawa
    dagangan Khadijah - Perkawinannya dengan Khadijah
 
 USIA Abd'l-Muttalib sudah  hampir  mencapai  tujuhpuluh  tahun
 atau   lebih   tatkala  Abraha  mencoba  menyerang  Mekah  dan
 menghancurkan Rumah Purba. Ketika itu  umur  Abdullah  anaknya
 sudah duapuluh empat tahun, dan sudah tiba masanya dikawinkan.
 Pilihan Abd'l-Muttalib jatuh kepada Aminah bint Wahb  bin  Abd
 Manaf  bin Zuhra, - pemimpin suku Zuhra ketika itu yang sesuai
 pula usianya dan mempunyai kedudukan terhormat. Maka  pergilah
 anak-beranak  itu hendak mengunjungi keluarga Zuhra. Ia dengan
 anaknya menemui Wahb dan melamar puterinya.  Sebagian  penulis
 sejarah  berpendapat,  bahwa  ia  pergi  menemui  Uhyab, paman
 Aminah, sebab waktu itu ayahnya sudah  meninggal  dan  dia  di
 bawah  asuhan  pamannya.  Pada hari perkawinan Abdullah dengan
 Aminah itu, Abd'l-Muttalib  juga  kawin  dengan  Hala,  puteri
 pamannya.  Dari perkawinan ini lahirlah Hamzah, paman Nabi dan
 yang seusia dengan dia.
 
 Abdullah dengan Aminah  tinggal  selama  tiga  hari  di  rumah
 Aminah,  sesuai  dengan  adat  kebiasaan  Arab bila perkawinan
 dilangsungkan di rumah keluarga pengantin puteri. Sesudah  itu
 mereka  pindah  bersama-sama  ke  keluarga Abd'l-Muttalib. Tak
 seberapa lama kemudian Abdullahpun  pergi  dalam  suatu  usaha
 perdagangan  ke  Suria  dengan  meninggalkan isteri yang dalam
 keadaan hamil. Tentang ini masih terdapat beberapa  keterangan
 yang  berbeda-beda:  adakah  Abdullah kawin lagi selain dengan
 Aminah;  adakah  wanita  lain  yang  datang  menawarkan   diri
 kepadanya?     Rasanya    tak    ada    gunanya    menyelidiki
 keterangan-keterangan semacam ini. Yang pasti  ialah  Abdullah
 adalah  seorang  pemuda  yang tegap dan tampan. Bukan hal yang
 luar biasa jika ada wanita lain yang ingin  menjadi  isterinya
 selain  Aminah. Tetapi setelah perkawinannya dengan Aminah itu
 hilanglah harapan yang lain walaupun  untuk  sementara.  Siapa
 tahu,   barangkali   mereka  masih  menunggu  ia  pulang  dari
 perjalanannya ke  Syam  untuk  menjadi  isterinya  di  samping
 Aminah.
 
 Dalam  perjalanannya  itu  Abdullah  tinggal  selama  beberapa
 bulan. Dalam pada itu ia pergi juga ke Gaza dan kembali  lagi.
 Kemudian  ia  singgah  ke  tempat  saudara-saudara  ibunya  di
 Medinah sekadar beristirahat sesudah merasa letih selama dalam
 perjalanan.  Sesudah itu ia akan kembali pulang dengan kafilah
 ke Mekah. Akan tetapi kemudian ia menderita  sakit  di  tempat
 saudara-saudara  ibunya  itu.  Kawan-kawannyapun  pulang lebih
 dulu meninggalkan dia. Dan merekalah yang menyampaikan  berita
 sakitnya itu kepada ayahnya setelah mereka sampai di Mekah.
 
 Begitu  berita sampai kepada Abd'l-Muttalib ia mengutus Harith
 - anaknya yang sulung - ke  Medinah,  supaya  membawa  kembali
 bila  ia  sudah  sembuh.  Tetapi  sesampainya  di  Medinah  ia
 mengetahui bahwa Abdullah sudah meninggal dan sudah dikuburkan
 pula,   sebulan   sesudah   kafilahnya   berangkat  ke  Mekah.
 Kembalilah Harith kepada keluarganya dengan  membawa  perasaan
 pilu  atas  kematian  adiknya itu. Rasa duka dan sedih menimpa
 hati Abd'l-Muttalib, menimpa hati Aminah, karena ia kehilangan
 seorang  suami  yang  selama  ini  menjadi harapan kebahagiaan
 hidupnya. Demikian juga Abd'l-Muttalib sangat sayang kepadanya
 sehingga penebusannya terhadap Sang Berhala yang demikian rupa
 belum pernah terjadi di kalangan masyarakat Arab sebelum itu.
 
 Peninggalan Abdullah sesudah  wafat  terdiri  dari  lima  ekor
 unta,  sekelompok  ternak kambing dan seorang budak perempuan,
 yaitu Umm Ayman - yang kemudian menjadi pengasuh  Nabi.  Boleh
 jadi   peninggalan   serupa  itu  bukan  berarti  suatu  tanda
 kekayaan; tapi  tidak  juga  merupakan  suatu  kemiskinan.  Di
 samping  itu  umur  Abdullah yang masih dalam usia muda belia,
 sudah mampu bekerja dan berusaha mencapai kekayaan. Dalam pada
 itu  ia  memang tidak mewarisi sesuatu dari ayahnya yang masih
 hidup itu.
 
 Aminah sudah hamil, dan kemudian, seperti  wanita  lain  iapun
 melahirkan.  Selesai  bersalin  dikirimnya berita kepada Abd'l
 Muttalib  di  Ka'bah,  bahwa  ia   melahirkan   seorang   anak
 laki-laki.  Alangkah gembiranya orang tua itu setelah menerima
 berita. Sekaligus ia teringat kepada Abdullah anaknya. Gembira
 sekali  hatinya  karena  ternyata pengganti anaknya sudah ada.
 Cepat-cepat ia menemui menantunya itu,  diangkatnya  bayi  itu
 lalu  dibawanya  ke  Ka'bah. Ia diberi nama Muhammad. Nama ini
 tidak umum di kalangan orang Arab tapi cukup dikenal. Kemudian
 dikembalikannya  bayi  itu  kepada  ibunya. Kini mereka sedang
 menantikan orang yang akan menyusukannya  dari  Keluarga  Sa'd
 (Banu  Sa'd),  untuk  kemudian  menyerahkan anaknya itu kepada
 salah seorang dari mereka, sebagaimana sudah menjadi adat kaum
 bangsawan Arab di Mekah.
 
 Mengenai  tahun  ketika  Muhammad  dilahirkan,  beberapa  ahli
 berlainan pendapat. Sebagian besar mengatakan pada Tahun Gajah
 (570  Masehi).  Ibn  Abbas mengatakan ia dilahirkan pada Tahun
 Gajah itu. Yang lain berpendapat  kelahirannya  itu  limabelas
 tahun sebelum peristiwa gajah. Selanjutnya ada yang mengatakan
 ia dilahirkan beberapa hari  atau  beberapa  bulan  atau  juga
 beberapa  tahun  sesudah  Tahun  Gajah. Ada yang menaksir tiga
 puluh tahun, dan ada  juga  yang  menaksir  sampai  tujuhpuluh
 tahun.
 
 Juga para ahli berlainan pendapat mengenai bulan kelahirannya.
 Sebagian besar mengatakan ia dilahirkan bulan Rabiul Awal. Ada
 yang  berkata lahir dalam bulan Muharam, yang lain berpendapat
 dalam bulan Safar, sebagian lagi menyatakan dalam bulan Rajab,
 sementara yang lain mengatakan dalam bulan Ramadan.
 
 Kelainan  pendapat itu juga mengenai hari bulan ia dilahirkan.
 Satu pendapat mengatakan pada malam kedua  Rabiul  Awal,  atau
 malam   kedelapan,   atau   kesembilan.  Tetapi  pada  umumnya
 mengatakan, bahwa dia dilahirkan pada tanggal duabelas  Rabiul
 Awal. Ini adalah pendapat Ibn Ishaq dan yang lain.
 
 Selanjutnya   terdapat   perbedaan   pendapat  mengenai  waktu
 kelahirannya, yaitu siang atau malam, demikian  juga  mengenai
 tempat  kelahirannya di Mekah. Caussin de Perceval dalam Essai
 sur  l'Histoire  des   Arabes   menyatakan,   bahwa   Muhammad
 dilahirkan bulan Agustus 570, yakni Tahun Gajah, dan bahwa dia
 dilahirkan di Mekah di rumah kakeknya Abd'l-Muttalib.
 
 Pada  hari  ketujuh  kelahirannya  itu  Abd'l-Muttalib   minta
 disembelihkan   unta.   Hal   ini  kemudian  dilakukan  dengan
 mengundang makan masyarakat Quraisy. Setelah mereka mengetahui
 bahwa  anak  itu  diberi  nama Muhammad, mereka bertanya-tanya
 mengapa ia tidak suka memakai nama nenek  moyang.  "Kuinginkan
 dia akan  menjadi  orang  yang Terpuji,1  bagi Tuhan di langit
 dan bagi makhlukNya di bumi," jawab Abd'l Muttalib.
 
 Aminah masih menunggu  akan  menyerahkan  anaknya  itu  kepada
 salah  seorang  Keluarga  Sa'd  yang  akan menyusukan anaknya,
 sebagaimana sudah menjadi kebiasaan  bangsawan-bangsawan  Arab
 di    Mekah.    Adat   demikian   ini   masih   berlaku   pada
 bangsawan-bangsawan  Mekah.  Pada   hari   kedelapan   sesudah
 dilahirkan  anak  itupun  dikirimkan  ke  pedalaman  dan  baru
 kembali pulang ke kota sesudah ia berumur delapan atau sepuluh
 tahun.  Di  kalangan  kabilah-kabilah  pedalaman yang terkenal
 dalam menyusukan ini di antaranya  ialah  kabilah  Banu  Sa'd.
 Sementara masih menunggu orang yang akan menyusukan itu Aminah
 menyerahkan anaknya kepada Thuwaiba, budak perempuan pamannya,
 Abu  Lahab. Selama beberapa waktu ia disusukan, seperti Hamzah
 yang juga kemudian disusukannya. Jadi  mereka  adalah  saudara
 susuan.
 
 Sekalipun  Thuwaiba hanya beberapa hari saja menyusukan, namun
 ia tetap memelihara hubungan yang baik sekali selama hidupnya.
 Setelah  wanita  itu  meninggal  pada tahun ketujuh sesudah ia
 hijrah ke Medinah,  untuk  meneruskan  hubungan  baik  itu  ia
 menanyakan  tentang  anaknya yang juga menjadi saudara susuan.
 Tetapi kemudian  ia  mengetahui  bahwa  anak  itu  juga  sudah
 meninggal sebelum ibunya.
 
 Akhirnya  datang  juga  wanita-wanita  Keluarga Sa'd yang akan
 menyusukan itu ke Mekah. Mereka memang mencari bayi yang  akan
 mereka  susukan.  Akan  tetapi  mereka  menghindari  anak-anak
 yatim. Sebenarnya mereka masih mengharapkan sesuatu jasa  dari
 sang  ayah.  Sedang  dari  anak-anak yatim sedikit sekali yang
 dapat mereka harapkan. Oleh karena itu di  antara  mereka  itu
 tak  ada  yang  mau  mendatangi Muhammad. Mereka akan mendapat
 hasil yang lumayan bila mendatangi keluarga yang dapat  mereka
 harapkan.
 
 Akan tetapi Halimah bint Abi-Dhua'ib yang pada mulanya menolak
 Muhammad, seperti yang lain-lain juga, ternyata tidak mendapat
 bayi  lain  sebagai gantinya. Di samping itu karena dia memang
 seorang  wanita  yang  kurang  mampu,  ibu-ibu  lainpun  tidak
 menghiraukannya.  Setelah  sepakat  mereka  akan  meninggalkan
 Mekah. Halimah berkata kepada Harith bin Abd'l-'Uzza suaminya:
 "Tidak  senang  aku pulang bersama dengan teman-temanku tanpa
 membawa seorang bayi. Biarlah aku pergi kepada anak yatim  itu
 dan akan kubawa juga."
 
 "Baiklah,"  jawab  suaminya.  "Mudah-mudahan  karena itu Tuhan
 akan memberi berkah kepada kita."
 
 Halimah  kemudian  mengambil  Muhammad  dan  dibawanya   pergi
 bersama-sama   dengan   teman-temannya   ke   pedalaman.   Dia
 bercerita, bahwa sejak diambilnya anak itu ia merasa  mendapat
 berkah.   Ternak   kambingnya   gemuk-gemuk   dan   susunyapun
 bertambah. Tuhan telah memberkati semua yang ada padanya.
 
 Selama dua tahun Muhammad tinggal di  sahara,  disusukan  oleh
 Halimah  dan  diasuh oleh Syaima', puterinya. Udara sahara dan
 kehidupan pedalaman yang  kasar  menyebabkannya  cepat  sekali
 menjadi  besar,  dan  menambah  indah  bentuk  dan pertumbuhan
 badannya. Setelah cukup dua tahun dan  tiba  masanya  disapih,
 Halimah  membawa  anak  itu  kepada  ibunya  dan  sesudah  itu
 membawanya kembali ke  pedalaman.  Hal  ini  dilakukan  karena
 kehendak  ibunya,  kata sebuah keterangan, dan keterangan lain
 mengatakan karena kehendak Halimah sendiri. Ia dibawa  kembali
 supaya  lebih  matang,  juga  memang  dikuatirkan  dari adanya
 serangan wabah Mekah.
 
 Dua tahun lagi anak itu tinggal  di  sahara,  menikmati  udara
 pedalaman  yang  jernih  dan bebas, tidak terikat oleh sesuatu
 ikatan jiwa, juga tidak oleh ikatan materi.
 
 Pada masa itu, sebelum usianya  mencapai  tiga  tahun,  ketika
 itulah  terjadi  cerita  yang  banyak dikisahkan orang. Yakni,
 bahwa  sementara  ia  dengan  saudaranya  yang  sebaya  sesama
 anak-anak   itu  sedang  berada  di  belakang  rumah  di  luar
 pengawasan keluarganya, tiba-tiba anak yang dari Keluarga Sa'd
 itu   kembali   pulang  sambil  berlari,  dan  berkata  kepada
 ibu-bapanya: "Saudaraku yang dari Quraisy  itu  telah  diambil
 oleh  dua  orang  laki-laki  berbaju  putih.  Dia dibaringkan,
 perutnya dibedah, sambil di balik-balikan."
 
 Dan tentang Halimah ini ada juga diceritakan,  bahwa  mengenai
 diri  dan suaminya ia berkata: "Lalu saya pergi dengan ayahnya
 ke  tempat  itu.  Kami  jumpai  dia  sedang  berdiri.  Mukanya
 pucat-pasi. Kuperhatikan dia. demikian juga ayahnya. Lalu kami
 tanyakan: "Kenapa kau, nak?" Dia menjawab: "Aku didatangi oleh
 dua  orang  laki-laki berpakaian putih. Aku di baringkan, lalu
 perutku di bedah. Mereka mencari sesuatu di dalamnya. Tak tahu
 aku apa yang mereka cari."
 
 Halimah dan suaminya kembali pulang ke rumah. Orang itu sangat
 ketakutan, kalau-kalau anak itu sudah kesurupan. Sesudah  itu,
 dibawanya  anak  itu  kembali  kepada  ibunya  di  Mekah. Atas
 peristiwa ini Ibn Ishaq  membawa  sebuah  Hadis  Nabi  sesudah
 kenabiannya. Tetapi dalam menceritakan peristiwa ini Ibn Ishaq
 nampaknya  hati-hati  sekali  dan   mengatakan   bahwa   sebab
 dikembalikannya  kepada  ibunya bukan karena cerita adanya dua
 malaikat itu, melainkan - seperti cerita Halimah kepada Aminah
 -  ketika  ia di bawa pulang oleh Halimah sesudah disapih, ada
 beberapa orang Nasrani  Abisinia  memperhatikan  Muhammad  dan
 menanyakan   kepada   Halimah  tentang  anak  itu.  Dilihatnya
 belakang anak itu, lalu mereka berkata:
 
 "Biarlah kami bawa anak ini kepada raja kami di  negeri  kami.
 Anak  ini  akan menjadi orang penting. Kamilah yang mengetahui
 keadaannya." Halimah lalu cepat-cepat menghindarkan diri  dari
 mereka  dengan  membawa  anak  itu.  Demikian juga cerita yang
 dibawa oleh Tabari, tapi  ini  masih  di  ragukan;  sebab  dia
 menyebutkan   Muhammad   dalam   usianya   itu,  lalu  kembali
 menyebutkan  bahwa  hal  itu  terjadi   tidak   lama   sebelum
 kenabiannya dan usianya empatpuluh tahun.
 
                                     (bersambung ke bagian 2/3)
 

0 komentar:

Post a Comment

Just select text on the page and get instant translation from Google Translate!
Google Translate Client