Selamat Datang Di Emye Private Blog
Membaca, mendengar, dan menterjemahkan Al Qur'an
Sedikit Bigraphy Singkat tentang Aku.
Title

Bapakku

Bapakku yang Sangat Tegas Akan Sesuatu yang Dia Anggap Fundamental, Berprinsip Kuat. Sangat Religius. Jawa Banyumasan. Gualakeee Poll, hehehe...

Read More
Title

Ibuku

Ibuku.., Seorang Wanita yang Sangat Kuat, Tegar dan Banyak Akal. Bisa Menjadi Seorang Ibu Sekaligus "seorang ayah" Juga. Smart dalam bertahan hidup, Sabar di Keseharian, Walau Galak Tapi Pemaaf... Saluut Untukmu Mah...!

Read More
Title

Aku Yang...

Inilah Yang Dulu Selalu Mencari Masalah, dan Terkena Masalah dan Hampir Terkubur Karenanya.. Berharap Maaf dariNYA, Kedua Orangtuaku dan Juga Kalian Semua.. Do'akan RidhoNYA Untukku ya.. Terimakasih Untuk Kalian Semua...

Read More
Title

Rumahku Hidupku..No Place Like Home

Di Sinilah Awal Semua Kisahku.., Di Awali Dengan Kasih Sayang dan Pengharapan dan Di Jalani Dengan Kegilaan lalu Berakhir dengan Keterpurukan. No More Fly..No More Sky and No More Cry...

Read More
Title

Seberkas CahayaNYA...

Menunggu dan Berharap Banyak dariNYA... Jawaban dan Ampunan Setelah Doa-doa yang Kutambatkan.. Setiap Detik, Setiap Saat Sebelum Saat Akhir Hidupku Tiba...

Read More
Title

Pikirkan Dulu!

Pikirkan dan Pertimbangkan Semua Pilihan. Karena Kau Harus Memilih, Gunakan Kata Hatimu. Ambil Apa Yang Baik Dari Kisahku Kawan.. Semua Hikmah. Sekarang atau Tidak Sama Sekali..!!!?

Read More

Sejarah Hidup Rasulullah Muhammad SAW

October 18, 2011
 
BAGIAN KEDUABELAS: SATUAN-SATUAN1 DAN
 BENTROKAN-BENTROKAN PERTAMA                              (2/2)
 Muhammad Husain Haekal
 
 Tipu-daya  inilah  yang  sudah  terjadi.  Dan  terjadinya  ini
 terhadap orang semacam Hamzah, orang yang cepat  marah.  Untuk
 menghentikan  pertempuran tidak cukup hanya dengan perantaraan
 seorang pemisah yang mengajak berdamai padahal  belum  terjadi
 suatu  kontak senjata. Kemudian berhentinya pertempuran itupun
 dengan terhormat, dengan  suatu  siasat  yang  sudah  teratur,
 dengan  taktik  yang  jelas  bermaksud  mencapai tujuan-tujuan
 tertentu, yakni seperti yang sudah kita sebutkan -  dari  satu
 segi  guna  menakut-nakuti  pihak  Yahudi,  dan dari segi lain
 suatu usaha ke arah persetujuan  dengan  pihak  Quraisy  untuk
 memberikan kebebasan yang penuh dalam menjalankan dakwah agama
 serta upacara-upacara keagamaan, yang sebenarnya memang  tidak
 perlu sampai terjadi perang.
 
 Akan  tetapi  ini  tidak  berarti,  bahwa Islam menolak perang
 dalam hal membela diri dan membela  keyakinan  terhadap  siapa
 saja  yang  hendak  memperdayanya.  Sekali-kali  tidak. Bahkan
 Islam mewajibkan pembelaan demikian ini. Tetapi artinya, Islam
 masa  itu,  juga  sekarang  dan  demikian  pula seterusnya, ia
 menolak perang permusuhan.
 
 "Dan janganlah kamu melakukan pelanggaran (agresi) sebab Allah
 tidak  menyukai  orang-orang yang melakukan pelanggaran." (Qur
 an, 2: 190)
 
 Apabila kepada Muhajirin pada waktu  itu  dibenarkan  menuntut
 harta-benda  mereka  yang  telah  ditahan  oleh Quraisy ketika
 mereka hijrah,  maka  membela  orang-orang  beriman  yang  mau
 diperdaya dari agama mereka lebih-lebih lagi dibenarkan. Untuk
 maksud inilah pertama sekali hukum perang itu diundangkan.
 
 Bukti terhadap hal ini ialah adanya ayat-ayat yang  diturunkan
 sehubungan dengan satuan Abdullah ibn Jahsy. Dalam bulan Rajab
 tahun itu ia dikirimkan oleh Rasulullah bersama-sama  beberapa
 orang  Muhajirin, dan sepucuk surat diberikan kepadanya dengan
 perintah  untuk  tidak  dibuka  sebelum  mencapai   dua   hari
 perjalanan. Ia menjalankan perintah itu. Kawan-kawannyapun tak
 ada yang dipaksanya. Dua hari kemudian Abdullah membuka  surat
 itu,  yang  berbunyi: "Kalau sudah kaubaca surat ini, teruskan
 perjalananmu sampai ke Nakhla (antara  Mekah  dan  Ta'if)  dan
 awasi keadaan mereka. Kemudian beritahukan kepada kami."
 
 Disampaikannya  hal  ini  kepada  kawan-kawannya dan bahwa dia
 tidak  memaksa  siapapun.  Kemudian  mereka  semua   berangkat
 meneruskan  perjalanan,  kecuali  Said  b.  Abi  Waqqash (Banu
 Zuhra) dan 'Utba b.  Ghazwan  yang  ketika  itu  sedang  pergi
 mencari untanya yang sesat tapi oleh pihak Quraisy mereka lalu
 ditawan.
 
 Sekarang  Abdullah  dan  rombongannya  meneruskan   perjalanan
 sampai  ke  Nakhla.  Di  tempat  inilah  mereka bertemu dengan
 kafilah Quraisy yang dipimpin oleh 'Amr bin'l-Hadzrami  dengan
 membawa   barang-barang   dagangan.  Waktu  itu  akhir  Rajab.
 Teringat oleh Abdullah b. Jahsy dan rombongannya dari kalangan
 Muhajirin  akan  perbuatan  Quraisy  dahulu  serta harta-benda
 mereka yang telah  dirampas.  Mereka  berunding.  "Kalau  kita
 biarkan  mereka  malam  ini mereka akan sampai di Mekah dengan
 bersenang-senang. Tapi kalau mereka kita gempur, berarti  kita
 menyerang dalam bulan suci,2" kata mereka.
 
 Mereka   maju-mundur,  masih  takut-takut  akan  maju.  Tetapi
 kemudian mereka memberanikan diri dan sepakat akan  bertempur,
 siapa  saja  yang  mampu  dan mengambil apa saja yang ada pada
 mereka.  Salah  seorang  anggota  rombongan   itu   melepaskan
 panahnya dan mengenai 'Amr bin'l-Hadzrami yang kemudian tewas.
 Kaum Muslimin menawan dua orang dari Quraisy.
 
 Sesampainya di Medinah Abdullah b. Jahsy membawa  kafilah  dan
 kedua  orang  tawanannya  itu  kepada Rasul, dan kelima barang
 rampasan itu diserahkan mereka kepada Muhammad. Tetapi setelah
 melihat  mereka  ini ia berkata, "Aku tidak memerintahkan kamu
 berperang dalam bulan suci."
 
 Kafilah dan kedua tawanan itu ditolaknya. Samasekali ia  tidak
 mau  menerima.  Abdullah  b.  Jahsy  dan teman-temannya merasa
 kebingungan sekali. Teman-teman sejawat mereka  dari  kalangan
 Musliminpun sangat menyalahkan tindakan mereka itu.
 
 Kesempatan    ini    oleh   Quraisy   sekarang   dipergunakan.
 Disebarkannya provokasi kesegenap penjuru, bahwa Muhammad  dan
 kawan-kawannya  telah melanggar bulan suci, menumpahkan darah,
 merampas harta-benda dan menawan orang. Karena itu orang-orang
 Islam   yang   berada   di   Mekahpun   lalu  menjawab,  bahwa
 saudara-saudara mereka seagama yang  kini  hijrah  ke  Medinah
 melakukan  itu  dalam  bulan  Sya'ban. Lalu datang orang-orang
 Yahudi turut mengobarkan  api  fitnah.  Ketika  itulah  datang
 firman Tuhan:
 
 "Mereka  bertanya  kepadamu  tentang  perang dalam bulan suci.
 Katakanlah:  "Perang  selama  itu  adalah  soal  (pelanggaran)
 besar.   Tetapi   menghalangi   orang  dari  jalan  Allah  dan
 mengingkari-Nya, menghalangi orang memasuki  Mesjid  Suci  dan
 mengusir   orang   dari   sana,   bagi   Allah   lebih   besar
 (pelanggarannya). Fitnah itu lebih besar dan  pembunuhan.  Dan
 mereka  akan  tetap  memerangi  kamu,  sampai  mereka berhasil
 memalingkan kamu dari agamamu, kalau mereka sanggup." (Qur'an,
 2: 217)
 
 Dengan  adanya  keterangan  Qur'an  dalam  soal  ini hati kaum
 Muslimin merasa lega kembali. Penyelesaian kafilah  dan  kedua
 orang  tawanan  itu  kini  di  tangan Nabi, yang kemudian oleh
 Quraisy akan ditebus kembali. Tetapi kata Nabi:
 
 "Kami takkan menerima penebusan kamu,  sebelum  kedua  sahabat
 kami  kembali  -  yakni  Sa'd  b.  Abi  Waqqash  dan 'Utba ibn
 Ghazwan. Kami kuatirkan mereka  di  tangan  kamu.  Kalau  kamu
 bunuh mereka, kawan-kawanmu inipun akan kami bunuh."
 
 Setelah  Said  dan  'Utba  kembali,  Nabi mau menerima tebusan
 kedua tawanan itu.  Tapi  salah  seorang  dari  mereka,  yaitu
 Al-Hakam  b. Kaisan masuk Islam dan tinggal di Medinah, sedang
 yang seorang lagi kembali kepada kepercayaan nenek-moyangnya.
 
 Pasukan Abdullah b. Jahsy ini dan ayat  suci  yang  diturunkan
 karenanya itu, patut sekali kita pelajari. Menurut hemat kami,
 ini adalah  suatu  persimpangan  jalan  dalam  politik  Islam.
 Kejadian  ini  merupakan  peristiwa  baru, yang memperlihatkan
 adanya jiwa yang kuat dan luhur, suatu kekuatan yang  bersifat
 insani,  meliputi  seluk-beluk  kehidupan  material, moral dan
 spiritual. Ia begitu kuat dan  luhur  dalam  tujuannya  hendak
 mencapai  kesempurnaan. Quran memberikan jawaban kepada mereka
 yang ikut bertanya tentang perang dalam bulan suci: adalah itu
 termasuk pelanggaran-pelanggaran besar, yang diiakan bahwa itu
 memang masalah besar. Tetapi ada yang lebih  besar  dari  itu.
 Menghalangi  orang  dari  jalan  Allah  serta  mengingkari-Nya
 adalah lebih besar dari  perang  dan  pembunuhan  dalam  bulan
 suci,  dan memaksa orang meninggalkan agamanya dengan ancaman,
 dengan bujukan atau  kekerasan  adalah  lebih  besar  daripada
 membunuh  orang  dalam bulan suci atau bukan dalam bulan suci.
 Orang-orang musyrik dan Quraisy yang  telah  menyalahkan  kaum
 Muslimin  karena  mereka  melakukan  perang  dalam  bulan suci
 mereka akan selalu memerangi umat Islam supaya berpaling  dari
 agamanya  bila  mereka  sanggup.  Apabila  pihak  Quraisy  dan
 orang-orang      musyrik       itu       semua       melakukan
 pelanggaran-pelanggaran  ini,  menghalangi  orang  dari  jalan
 Allah dan mengingkariNya,  apabila  mereka  ternyata  mengusir
 orang  dari  Mesjid  Suci,  memperdayakan orang dari agamanya,
 maka jangan disalahkan orang yang  menjadi  korban  penindasan
 dan  pelanggaran itu bila ia juga memerangi mereka dalam bulan
 suci. Tetapi bagi orang yang tidak mengalami beban penderitaan
 ini,   melakukan   perang   dalam   bulan  suci  memang  suatu
 pelanggaran.
 
 Fitnah itu lebih besar dari pembunuhan. Memang  benar.  Bahkan
 barangsiapa melihat orang lain mencoba membujuk atau memfitnah
 orang dari agamanya atau mengalangi dari jalan Allah ia  harus
 berjuang  demi  Allah  melawan  fitnah  itu sampai agama dapat
 diselamatkan. Di sinilah  kalangan  Orientalis  dan  misi-misi
 penginjil   itu   mengangkat   suara   keras-keras:   Lihatlah
 tuan-tuan!  Muhammad  dan  agamanya  itu  menganjurkan   orang
 berperang dan berjuang demi Allah (aljihad fi sabilillah) atau
 memaksa orang masuk Islam dengan  pedang.  Bukankah  ini  yang
 namanya  fanatik?  Sedang  agama Kristen tidak mengenal adanya
 peperangan dan membenci perang. Sebaliknya malah  menganjurkan
 toleransi, memperkuat tali persaudaraan antara sesama manusia,
 untuk Tuhan dan untuk Jesus.
 
 Sebenarnya saya tidak ingin berdebat dengan mereka, kalau saya
 mengutip sebuah kalimat saja dalam Injil: "Bukannya Aku datang
 membawa keamanan, melainkan pedang" dan seterusnya juga  tidak
 tentang  arti  yang  terkandung  dalam  kalimat tersebut. Umat
 Islam mengakui agama Isa itu seperti  sudah  disebutkan  dalam
 Qur'an.  Tetapi  yang  terutama  perlu  saya  sampaikan  ialah
 menjawab kata-kata mereka: Muhammad dan agamanya  menganjurkan
 perang dan memaksa orang masuk Islam dengan pedang. Ini adalah
 suatu kebohongan yang ditolak oleh Qur'an:
 
 "Tak ada pemaksaan dalam agama. Sudah jelas  mana  jalan  yang
 benar, mana yang salah." (Qur'an, 2: 256)
 
 "Berjuanglah  kamu  untuk  Allah melawan mereka yang memerangi
 kamu. Tetapi janganlah  kamu  melakukan  pelanggaran  (agresi)
 sebab   Allah   tidak   menyukai  orang-orang  yang  melakukan
 pelanggaran ." (Qur'an, 2: 190)
 
 Dan masih banyak ayat-ayat lain selain dari  kedua  ayat  suci
 tersebut.
 
 Dalam arti yang sebenarnya, berjuang demi Allah, ialah seperti
 disebutkan dalam ayat-ayat yang kita kutip tadi dan yang turun
 sehubungan  dengan  pasukan Abdullah b. Jahsy, yaitu memerangi
 mereka  yang  membuat  fitnah  dan  membujuk  si  Muslim  dari
 agamanya  atau  mengalanginya  dari  jalan Allah. Perang dalam
 arti untuk kebebasan berdakwah agama. Atau  dengan  kata  lain
 menurut  bahasa  sekarang:  Mempertahankan idea dengan senjata
 yang dipergunakan oleh pihak yang memerangi idea itu.  Apabila
 ada  seseorang  yang  hendak  membujuk orang lain dengan jalan
 propaganda dan  logika  tanpa  memaksanya  dengan  atau  tanpa
 kekerasan   melalui  cara-cara  suap-menyuap  atau  penyiksaan
 dengan maksud supaya orang itu meninggalkan ideanya  -    maka
 sudah   tentu  ia  akan  menghadapi  orang  itu  dengan  jalan
 menggugurkan argumen dan logikanya tadi.
 
 Tetapi, apabila dalam usahanya menghadapi  orang  dan  ideanya
 itu  ia  menggunakan  kekerasan senjata maka kekerasan senjata
 itupun harus  dilawan  dengan  kekerasan  senjata  pula,  bila
 memang  mampu  ia  berbuat  begitu. Tidak lain sebabnya ialah,
 karena harga diri manusia itu tersimpul  hanya  dalam  sepatah
 kata  saja, yaitu: akidahnya. Akidah itu lebih berharga - bagi
 orang  yang  mengenal  arti  kemanusiaan  -  daripada   harta,
 daripada  kekayaan,  kekuasaan  dan daripada hidupnya sendiri;
 hidup materi yang sama-sama dimiliki oleh manusia  dan  hewan,
 sama-sama  makan  dan  minum,  mengalami pertumbuhan tubuh dan
 enersi. Akidah adalah suatu komunikasi  moral  antara  manusia
 dengan  manusia,  dan  komunikasi rohani antara manusia dengan
 Tuhan. Nasib inilah yang  telah  memberikan  kelebihan  kepada
 manusia di atas makhluk lain dalam hidup ini, yang membuat dia
 mencintai sesamanya  seperti  mencintai  dirinya  sendiri.  Ia
 mengutamakan orang yang hidup sengsara, hidup miskin dan tidak
 punya, daripada keluarganya sendiri, meskipun keluarganya  itu
 sedang  dalam kekurangan. Ia mengadakan komunikasi dengan alam
 semesta   supaya   bekerja   secara   tekun,   supaya    dapat
 mengantarkannya  kepada  kesempurnaan hidup seperti yang sudah
 diberikan Tuhan kepadanya
 
 Apabila akidah yang semacam ini yang ada  pada  manusia,  lalu
 ada  orang  lain  yang mau membuat fitnah, mau menceraikannya,
 sedang dia tak dapat membela diri, ia  harus  berbuat  seperti
 dilakukan  orang-orang  Islam  dulu  sebelum  mereka hijrah ke
 Medinah.  Dideritanya  segala  perbuatan   kejam   dan   serba
 kekerasan    itu,    dihadapinya    segala    penghinaan   dan
 ketidakadilan, dengan hati yang tabah. Rasa  lapar  dan  serba
 kekurangan  yang  bagaimanapun  juga  tidak sampai menghalangi
 semangatnya berperang terus pada akidahnya.
 
 Inilah yang telah dilakukan oleh orang-orang Islam dahulu, dan
 ini pula yang telah dilakukan oleh orang-orang Kristen dahulu.
 
 Akan  tetapi  mereka  yang  tabah  mempertahankan  akidah  itu
 bukanlah   orang-orang   kebanyakan.   Mereka   terdiri   dari
 manusia-manusia terpilih, yang telah diberi kekuatan iman oleh
 Tuhan, sehingga karenanya akan terasa kecil segala siksaan dan
 kekejaman   yang   dialaminya,  sehingga  dapat  ia  meratakan
 gunung-gunung, dan apa yang dikatakannya kepada gunung  supaya
 pindah  dari  tempatnya, gunung itu akan pindah - seperti kata
 Injil juga. Tetapi jika orang menangkis fitnah dengan  senjata
 yang  dipakai  membuat fitnah itu dan dapat menolak pihak yang
 akan  menghalanginya  dari  jalan  Allah  dengan   cara   yang
 dipakainya  itu pula, maka orang itu harus melakukannya. Kalau
 tidak ini berarti, akidahnya  masih  goyah,  imannyapun  masih
 lemah.
 
 Inilah    yang    telah    dilakukan    oleh    Muhammad   dan
 sahabat-sahabatnya setelah keadaannya di Medinah mulai stabil.
 Dan  ini  pula  yang  telah dilakukan oleh orang-orang Kristen
 setelah kekuasaan mereka di  Rumawi  dan  Rumawi  Timur  mulai
 stabil,  dan  sesudah  hati maharaja-maharaja Rumawi itu mulai
 pula lunak terhadap agama Kristen.
 
 Misi-misi penginjil  itu  berkata:  Tetapi  jiwa  Kristen  itu
 secara  mutlak  menjauhkan  diri dari peperangan. Di sini saya
 tidak bermaksud membahas benar tidaknya  kata-kata  itu.  Akan
 tetapi  di  hadapan  kita  sejarah  Kristen  adalah saksi yang
 jujur, juga di hadapan kita sejarah Islam  adalah  saksi  yang
 jujur  pula.  Sejak  masa  permulaan agama Kristen hingga masa
 kita sekarang ini seluruh penjuru bumi telah berlumuran  darah
 atas  nama  Almasih. Telah dilumuri oleh Rumawi, dilumuri oleh
 bangsa-bangsa Eropa semua. Perang-perang Salib terjadi  karena
 dikobarkan  oleh  orang-orang Kristen, bukan oleh orang Islam.
 Mengalirnya pasukanpasukan tentara sejak  ratusan  tahun  dari
 Eropa  menuju  daerah-daerah  Islam di Timur, adalah atas nama
 Salib: peperangan, pembunuhan, pertumpahan darah.  Dan  setiap
 kali,  paus-paus  sebagai  pengganti Jesus, memberi berkah dan
 restu kepada pasukan-pasukan tentara itu, yang  bergerak  maju
 hendak  menguasai  Bait'l-Maqdis (Yerusalem) dan tempat-tempat
 suci Kristen lainnya.
 
 Adakah barangkali paus-paus itu semua orang-orang  yang  sudah
 menyimpang  dari agamanya (heretik) ataukah kekristenan mereka
 itu yang palsu? Ataukah juga karena mereka itu pembual-pembual
 yang bodoh, tidak mengetahui bahwa agama Kristen secara mutlak
 menjauhkan diri dari perang? Atau  akan  berkata:  Itu  adalah
 Abad Pertengahan, abad kegelapan; janganlah agama Kristen juga
 yang diprotes. Kalau itu juga yang kadang mereka katakan, maka
 abad  keduapuluh  ini,  masa  kita hidup sekarang inipun, yang
 biasa disebut abad kemajuan dan humanisma  -  toh  dunia  juga
 telah  mengalami  nasib  seperti  yang  dialami oleh Abad-abad
 Pertengahan yang gelap itu. Sebagai wakil Sekutu  -  Inggeris,
 Perancis,  Itali,  Rumania dan Amerika Lord Allenby berkata di
 Yerusalem, pada penutup Perang Dunia Pertama, ketika kota  itu
 didudukinya  dalam  tahun  1918:  "Sekarang Perang Salib sudah
 selesai."

 Apabila di kalangan orang-orang Kristen ada  orang-orang  suci
 yang dalam berbagai zaman menolak adanya perang dan dalam arti
 persaudaraan insani mereka telah  mencapai  puncaknya,  bahkan
 persaudaraannya  dengan  unsur-unsur  alam  semesta,  maka  di
 kalangan kaum Muslimin juga ada orang-orang suci, yang jiwanya
 sudah  begitu  luhur.  Mereka mengadakan komunikasi dalam arti
 persaudaraan, kasih-sayang dan  emanasi  dengan  alam  semesta
 ini,  dengan  jiwa  yang  sudah sarat oleh pengertian kesatuan
 wujud. Tetapi  orang-orang  suci  itu  -  baik  dari  kalangan
 Kristen  atau  Islam  -  kalaupun  mereka  sudah  mencerminkan
 cita-cita  yang  luhur,  namun  mereka  tidak   menterjemahkan
 kehidupan  insani  dalam  perkembangannya  yang  terus-menerus
 serta  dalam  perjuangannya   mencapai   kesempurnaan,   yakni
 kesempurnaan  yang  hendak  kita  coba  mencerminkannya.  Lalu
 pikiran kita terhenti, imajinasi kita  terhenti,  tanpa  dapat
 kita  pahami  seteliti-telitinya, meskipun dalam menggambarkan
 itu kita sudah  cukup  mengambil  risiko  sebagai  pendahuluan
 usaha kita kearah itu.
 
 Dan  kini  sudah lampau masa seribu tiga ratus limapuluh tujuh
 tahun sejak hijrahnya Nabi dari Mekah ke Yathrib  itu.  Tetapi
 meskipun  begitu dalam berbagai zaman manusia makin hebat juga
 berlumba-lumba  melakukan  perang,   membuat   senjata-senjata
 jahanam  dan  fatal.  Kata-kata  mencegah  perang, penghapusan
 persenjataan dan menunjuk badan arbitrasi,  tidak  lebih  dari
 kata-kata  yang  biasa  diucapkan  pada setiap selesai perang,
 waktu bangsa-bangsa  sedang  mengalami  kehancuran.  Atau  ini
 hanya  serangkaian propaganda yang dilontarkan ketengah-tengah
 kehidupan oleh orang-orang yang sampai sekarang belum mampu  -
 dan siapa tahu barangkali takkan pernah mampu - mewujudkan hal
 ini, mewujudkan perdamaian yang sebenarnya, perdamaian  dengan
 rasa  persaudaraan dan rasa keadilan, sebagai ganti perdamaian
 bersenjata, sebagai lambang perang yang akan mengantarkan kita
 kepada kehancuran.

 Islam  bukan  agama  ilusi  dan  khayal, juga bukan agama yang
 terbatas mengajak individu saja  mencapai  kesempurnaan,  tapi
 Islam  adalah  agama  kodrat (fitrah), yang dengan itu seluruh
 umat manusia, dalam arti individu dan masyarakat, dikodratkan.
 Ia  adalah agama yang didasarkan pada kebenaran, kebebasan dan
 tata-tertib. Dan oleh  karena  perang  adalah  kodrat  manusia
 juga, maka membersihkan atau mengoreksi pikiran tentang perang
 dalam  jiwa  kita  lalu  menempatkannya  kedalam   batas-batas
 kemampuan  manusia  yang  maksimal,  adalah  cara yang mungkin
 dapat  dicapai  oleh  kodrat  manusia  itu,  dan   yang   akan
 melahirkan  kelangsungan  evolusi  hidup  umat  manusia  dalam
 mencapai kebaikan dan kesempurnaannya.
 
 Koreksi atas  konsepsi  perang  ini  yang  paling  baik  ialah
 hendaknya  jangan  sampai terjadi perang kecuali untuk membela
 diri, membela keyakinan dan kebebasan berpikir serta  berusaha
 kearah  itu.  Hendaknya  rasa  harga  diri umat manusia secara
 integral benar-benar dipelihara.
 
 Inilah yang sudah. menjadi ketentuan Islam seperti yang  sudah
 kita  lihat  dan  yang akan kita lihat nanti. Ini pulalah yang
 digariskan oleh Qur'an seperti yang sudah dan yang  akan  kita
 kemukakan  kepada  pembaca  mengenai peristiwa-peristiwa serta
 hubungannya maka Qur'an itu diturunkan.
 
 Catatan kaki:
 
  1 sariya suatu pasukan pilihan dalam satuan tentara,
    paling banyak 400 orang.
    
  2 Harfiah, asy-syahr'l-haram, bulan terlarang, bulan
    suci, yakni dilarang mengadakan peperangan menurut
    adat Arab, yang berlaku selama bulan-bulan Zulkaidah,
    Zulhijah, dan Muharam, juga dalam bulan Rajab (A).
 

0 komentar:

Post a Comment

Just select text on the page and get instant translation from Google Translate!
Google Translate Client