Selamat Datang Di Emye Private Blog
Membaca, mendengar, dan menterjemahkan Al Qur'an
Sedikit Bigraphy Singkat tentang Aku.
Title

Bapakku

Bapakku yang Sangat Tegas Akan Sesuatu yang Dia Anggap Fundamental, Berprinsip Kuat. Sangat Religius. Jawa Banyumasan. Gualakeee Poll, hehehe...

Read More
Title

Ibuku

Ibuku.., Seorang Wanita yang Sangat Kuat, Tegar dan Banyak Akal. Bisa Menjadi Seorang Ibu Sekaligus "seorang ayah" Juga. Smart dalam bertahan hidup, Sabar di Keseharian, Walau Galak Tapi Pemaaf... Saluut Untukmu Mah...!

Read More
Title

Aku Yang...

Inilah Yang Dulu Selalu Mencari Masalah, dan Terkena Masalah dan Hampir Terkubur Karenanya.. Berharap Maaf dariNYA, Kedua Orangtuaku dan Juga Kalian Semua.. Do'akan RidhoNYA Untukku ya.. Terimakasih Untuk Kalian Semua...

Read More
Title

Rumahku Hidupku..No Place Like Home

Di Sinilah Awal Semua Kisahku.., Di Awali Dengan Kasih Sayang dan Pengharapan dan Di Jalani Dengan Kegilaan lalu Berakhir dengan Keterpurukan. No More Fly..No More Sky and No More Cry...

Read More
Title

Seberkas CahayaNYA...

Menunggu dan Berharap Banyak dariNYA... Jawaban dan Ampunan Setelah Doa-doa yang Kutambatkan.. Setiap Detik, Setiap Saat Sebelum Saat Akhir Hidupku Tiba...

Read More
Title

Pikirkan Dulu!

Pikirkan dan Pertimbangkan Semua Pilihan. Karena Kau Harus Memilih, Gunakan Kata Hatimu. Ambil Apa Yang Baik Dari Kisahku Kawan.. Semua Hikmah. Sekarang atau Tidak Sama Sekali..!!!?

Read More

Sejarah Hidup Rasulullah Muhammad SAW

October 18, 2011
BAGIAN KETUJUH: PERBUATAN-PERBUATAN QURAISY YANG KEJI    (3/3)
 Muhammad Husain Haekal
 
 Diluar itu,  untuk  mencapai  tingkat  pengertian  yang  lebih
 tinggi,  orang  sudah dibutakan oleh harta benda duniawi, oleh
 kenikmatan hidup sejenak yang dirasakannya. Untuk  kepentingan
 duniawi  itu, untuk memburu saat sejenak itu, mereka berperang
 dan bertempur. Tak ada  sesuatu  yang  akan  dapat  menghambat
 mereka  menancapkan  kuku  dan  gigi  mereka  ke  batang leher
 kebenaran, kebaikan dan  pengertian  moral  yang  tinggi  itu.
 Lalu,  kesempurnaan  yang  paling suci artinya itu oleh mereka
 akan diinjak-injak di bawah telapak kaki yang sudah kotor.
 
 Bagaimana pendapat kita tentang orang-orang Arab  Quraisy  itu
 yang  melihat  Muhammad makin sehari makin banyak pengikutnya?
 Mereka kuatir, kebenaran yang sudah diproklamirkan  itu  suatu
 ketika  akan menguasai mereka, akan menguasai orang-orang yang
 sudah setia kepada mereka,  yang  lalu  akan  menjalar  sampai
 kepada  orang-orang Arab di seluruh jazirah. Sebelum melakukan
 itu mereka harus memotong leher  orang  itu  dulu  jika  dapat
 mereka  lakukan. Lebih dulu mereka harus melakukan propaganda,
 pemboikotan,  blokade,  penyiksaan  dan   kekerasan   terhadap
 musuh-musuh besar mereka itu.
 
 Sebab  ketiga keberatan mereka menjadi pengikut Muhammad ialah
 mereka takut sekali pada hari kebangkitan serta  siksa  neraka
 pada  Hari  Perhitungan  kelak.  Kita sudah melihat masyarakat
 yang begitu hanyut dalam hidup  bersenang-senang  dengan  cara
 yang  berlebih-lebihan. Mereka menganggap perdagangan dan riba
 itu wajar. Bagi orang kaya di  kalangan  mereka  itu  tak  ada
 sesuatu  yang  dipandang  hina,  yang harus dijauhi. Disamping
 itu, dengan  membawakan  sesajen  segala  kejahatan  dan  dosa
 mereka  itu  sudah  dapat  ditebus.  Seseorang  cukup  mengadu
 nasibnya dengan qidh (anak panah) di depan Hubal,  sebelum  ia
 melakukan  sesuatu  tindakan.  Tanda  yang diberikan oleh anak
 panah,  itulah  perintah  yang  datang  dari   Hubal.   Supaya
 kejahatan-kejahatan   dan   dosa-dosanya   itu  diampuni  oleh
 berhala-berhala,   cukup   ia   menyembelih   binatang   untuk
 berhala-berhala itu. Ia dapat dibenarkan melakukan pembunuhan,
 perampokan, melakukan kejahatan, ia tidak dilarang menjalankan
 pelacuran  selama  ia  mampu memberi suap kepada dewa-dewa itu
 berupa kurban-kurban dan penyembelihan-penyembelihan.
 
 Sekarang datang  Muhammad  membawakan  ayat-ayat  yang  begitu
 menakutkan,   membuat  jantung  mereka  rasakan  pecah  karena
 ngerinya, sebab  Tuhan  selalu  mengawasi  mereka.  Pada  Hari
 Kemudian  mereka  akan  dibangkitkan  kembali sebagai kejadian
 baru, dan bahwa yang akan  menjadi  penolong  mereka  hanyalah
 perbuatan mereka sendiri.
 
 "Apabila   datang   suara  dahsyat  yang  memekakkan.  Tatkala
 seseorang lari meninggalkan saudaranya.  Ibunya  dan  bapanya.
 Isterinya  dan  anak-anaknya.  Setiap  orang  hari  itu dengan
 urusannya sendiri. Wajah-wajah pada hari itu ada yang berseri.
 Tertawa  dan  bergembira. Dan ada pula wajah-wajah kelabu pada
 hari itu. Tertutup kegelapan. Mereka itulah  orang-orang  yang
 ingkar, orang-orang yang sudah rusak." (Qur'an, 80: 33-42)
 
 Dan suara dahsyat itu datang.
 
 "Apabila   langit   sudah   bagaikan   hancuran   logam.   Dan
 gunung-gunung bagaikan gumpalan bulu. Dan tak akan  ada  kawan
 akrab  menanyakan  kawannya.  Padahal  mereka menampakkan diri
 kepada mereka. Ingin sekali orang jahat itu akan dapat menebus
 diri  dari  siksaan  hari  itu dengan memberikan anak-anaknya.
 Isterinya, saudaranya. Dan keluarganya yang melindunginya. Dan
 semua yang ada di bumi; kemudian ia hendak menyelamatkan diri.
 Tidak sekali-kali. Itu adalah api menyala.  Lapisan  kepalapun
 tercabut. Dipanggilnya orang yang telah pergi membelakangi dan
 yang   berpaling.   Yang   telah   menyimpan   kekayaan    dan
 menyembunyikannya." (Qur'an, 70: 8-18)
 
 "Hari  itulah kamu dihadapkan akan diadili. Perbuatanmu takkan
 ada yang  tersembunyi.  Barangsiapa  yang  suratnya  diberikan
 kepadanya  dengan  tangan  kanan,  ia  akan  berkata  ini dia!
 Bacakan suratku.  Sudah  percaya  benar  aku  bahwa  aku  akan
 nmenemui  perhitungan.  Lalu ia berada dalam kenikmatan hidup.
 Dalam  taman  yang  tinggi.  Buah-buahannyapun  dekat  sekali.
 Makanlah,  dan minumlah sepuas hati, sesuai dengan amalmu yang
 kamu sediakan masa lampau. Tetapi, barangsiapa  yang  suratnya
 diberikan  dengan  tangan  kiri, ia akan berkata: Ah, coba aku
 tidak diberi surat! Dan tidak lagi aku  mengetahui,  bagaimana
 perhitunganku!  Ah,  sekiranya aku mati saja. Kekayaanku tidak
 dapat menolong  aku.  Hancurlah  sudah  kekuasaanku.  Sekarang
 bawalah dia dan belenggukan. Sesudah itu, campakkan ia kedalam
 api neraka. Lalu masukkan ia ke dalam mata rantai,  panjangnya
 tujuhpuluh  hasta.  Tadinya ia tiada beriman kepada Tuhan yang
 Maha Agung. Dan tiada pula mendorong memberikan makanan kepada
 orang  miskin.  Maka,  sekarang  disini  tak  ada  lagi  kawan
 setianya. Tiada makanan baginya selain daripada kotoran.  Yang
 hanya dimakan oleh mereka yang penuh dosa."(Qur'an, 69: 18-37)
 
 Sudahkah  orang  membacanya?  Sudahkah  mendengarnya? Tidakkah
 merasa ngeri, merasa takut? Ini hanya  sebahagian  kecil  dari
 yang  pernah diperingatkan Muhammad kepada masyarakatnya. Kita
 membacanya sekarang, dan sebelum itupun sudah pula membacanya,
 mendengarnya,  berulang  kali.  Segala  gambaran  neraka  yang
 terdapat dalam Qur'an hidup lagi dalam  pikiran  kita,  ketika
 kita membacanya kembali.
 
 "...  Setiap  kulit-kulit  mereka itu sudah matang, Kami ganti
 dengan kulit lain lagi, supaya siksaan  itu  mereka  rasakan."
 (Qur'an, 4: 56)
 
 Dengan  merasakan  adanya  kengerian  itu,  orang  akan  mudah
 memperkirakan betapa sebenarnya perasaan Quraisy dan  terutama
 orang-orang  kayanya,  tatkala  mendengarkan kata-kata semacam
 itu, sebab sebelum mereka mendapat peringatan  tentang  siksa,
 mereka  sudah  merasa  dirinya  jauh  dan aman dari itu, dalam
 lindungan dewa-dewa dan berhala-berhala mereka.
 
 Juga sesudah itu orang akan mudah  pula  memperkirakan  betapa
 meluapnya  semangat  mereka  mendustakan  Muhammad, mengadakan
 tantangan dan penghinaan. Mereka memang tidak pernah  mengenal
 arti  Hari  Kebangkitan, juga mereka tidak pernah mengakui apa
 yang didengarnya itu.  Tidak  ada  diantara  mereka  itu  yang
 membayangkan,  bahwa  setelah orang meninggalkan hidup ini, ia
 akan mendapat balasan atas segala perbuatan  selama  hidupnya.
 Tetapi  apa  yang mereka takutkan dalam hidup mereka pada hari
 kemudian itu, ialah mereka takut  akan  penyakit,  takut  akan
 mengalami  bencana  pada  harta benda, pada turunan, kedudukan
 dan kekuasaannya. Hidup sekarang ini bagi mereka ialah seluruh
 tujuan  hidupnya. Seluruh perhatian mereka hanya tertuju untuk
 memupuk segala macam kesenangan dan menolak segala macam  yang
 mereka  takuti.  Bagi  mereka hari kemudian ialah masalah gaib
 yang masih tertutup. Dalam  hati  mereka  sudah  merasa  bahwa
 apabila  perbuatan  mereka itu jahat dunia gaib itu boleh jadi
 akan  mendatangkan  bencana   kepada   mereka.   Lalu   mereka
 menantikan adanya alamat baik atau alamat buruk. Segera mereka
 mengadukan nasib  itu  dengan  permainan  anak  panah,  dengan
 mengocok   batu-batu   kerikil   dan   menolak  burung3  serta
 menyembelih kurban. Semua  itu  merupakan  penangkal  terhadap
 segala yang mereka takuti dalam hidup mereka di kemudian hari.
 
 Sebaliknya,  segala yang mengenai adanya balasan sesudah mati,
 mengenai hari kebangkitan tatkala sangkakala ditiup,  mengenai
 surga  yang  disediakan  untuk mereka yang takwa, neraka untuk
 mereka yang aniaya,  mengenai  semua  itu  memang  tak  pernah
 terlintas dalam pikiran mereka.
 
 Pada  dasarnya  mereka  sudah pernah mendengar semua itu dalam
 agama Yahudi dan Nasrani. Tetapi mereka belum pernah mendengar
 dengan  gambaran  yang begitu kuat dan menakutkan seperti yang
 mereka dengar melalui wahyu  kepada  Muhammad  itu,  dan  yang
 memberi  peringatan  kepada  mereka  -  akan siksa abadi dalam
 perut neraka, yang sangat menggamakkan hati karena rasa  takut
 hanya  dengan  mendengar gambarannya saja - kalau mereka masih
 juga  seperti  keadaan  itu,  bersukaria  dan   berlumba-lumba
 memperbanyak  harta  dengan  melakukan  penindasan terhadap si
 lemah, makan  harta  anak  piatu,  membiarkan  kemiskinan  dan
 melakukan  riba  secara  berlebih-lebihan. Apalagi kalau orang
 dapat  melihat  dengan  hati  nuraninya  jalan  yang  ditempuh
 manusia  dengan  langkah  yang  begitu  sempit selama hidupnya
 menuju mati, sesudah kebangkitan kembali kelak  dengan  segala
 suka dan dukanya.
 
 Sebaliknya  surga  yang  dijanjikan Tuhan yang luasnya seperti
 langit dan bumi, disitu takkan terdengar  cakap  kosong,  juga
 tak  ada  perbuatan  dosa. Yang ada hanyalah ucapan "selamat."
 Segala yang menyenangkan hati, menyedapkan  mata  itulah  yang
 ada.  Tetapi Quraisy menyangsikan semua itu. Dan yang menambah
 lagi kesangsian mereka karena mereka menginginkan segala  yang
 segera.  Mereka  ingin  melihat  kenikmatan  itu  nyata  dalam
 kehidupan dunia ini. Mereka tidak betah menunggu  sampai  hari
 pembalasan,  sebab  mereka  memang  tidak  percaya  pada  hari
 pembalasan itu.
 
 Boleh  jadi  orang  akan  merasa   heran   bagaimana   jantung
 orang-orang  Arab  itu  sampai begitu rapat tertutup tidak mau
 menerima  persepsi  hidup  akhirat  serta  balasan  yang  ada.
 Padahal  perjuangan  antara  yang  baik  dengan yang jahat itu
 sudah  berkecamuk  dalam  sejarah  manusia  sejak  dunia   ini
 berkembang,   tak   pernah   berhenti  dan  tak  pernah  diam.
 Orang-orang Mesir purbakala, ribuan  tahun  sebelum  kerasulan
 Muhammad  melengkapi  mayat  mereka  dengan  segala perbekalan
 untuk keperluan akhirat, dalam kafannya diletakkan pula "Kitab
 Orang    Mati"    lengkap    dengan    nyanyian-nyanyian   dan
 peringatan-peringatan. Pada kuil-kuil mereka  dilukiskan  pula
 gambar-gambar  timbangan,  perhitungan,  taubat  dan  siksaan.
 Orang-orang  India  menggambarkan  jiwa  bahagia   itu   dalam
 Nirwana.  Sedang  penitisan  ruh jahat dilukiskan dalam bentuk
 makhluk-makhluk yang sejak ribuan dan  jutaan  tahun  tersiksa
 sampai   ia  ditelan  oleh  kebenaran,  supaya  menjadi  suci.
 Kemudian ia kembali  lagi  melakukan  kebaikan,  karena  ingin
 mencapai Nirwana.
 
 Juga orang-orang Majusi di Persia. Mereka tidak menolak adanya
 perjuangan yang baik dan  yang  jahat,  Dewa  Gelap  dan  Dewa
 Cahaya.  Juga  agama  yang  dibawa  Musa,  agama  yang  dibawa
 Kristus, sama-sama melukiskan  adanya  kehidupan  yang  kekal,
 adanya  kesukaan  Tuhan dan kemurkaanNya. Sekarang orang-orang
 Arab. Tidakkah semua itu pernah sampai kepada  mereka?  Mereka
 adalah  pedagang-pedagang  yang dalam perjalanan mereka pernah
 mengadakan hubungan dengan agama-agama  itu  semua.  Bagaimana
 mereka  tidak  mengenalnya?  Bagaimana  tidak mungkin itu akan
 menimbulkan suatu persepsi khusus pada mereka?  Mereka  adalah
 orang-orang  pedalaman  yang  banyak sekali berhubungan dengan
 alam lepas tak terbatas. Lebih mudah  bagi  mereka  melukiskan
 ruh-ruh  yang  terdapat  dalam  wujud ini, menjelma pada siang
 hari yang terang  menyala  atau  pada  senja  menjelang  malam
 gulita.  Ruh-ruh yang baik dan yang jahat, ruh-ruh yang mereka
 anggap  bersemayam  dalam  diri  berhala-berhala   yang   akan
 mendekatkan mereka kepada Tuhan itu.
 
 Jadi  sudah  tentu  mereka  juga mempunyai konsep tentang alam
 gaib yang ada di sekitar mereka. Akan tetapi,  mereka  sebagai
 masyarakat  pedagang,  jiwa  mereka  lebih cenderung pada yang
 nyata   saja.   Juga    karena    kegemaran    mereka    hidup
 bersenang-senang,  minum  minuman  keras,  sama  sekali mereka
 menolak adanya balasan hari kemudian. Apa yang diperoleh orang
 dalam  hidupnya,  menurut  anggapan  mereka,  baik  atau buruk
 adalah balasan atas perbuatannya. Dan  tak  ada  balasan  lagi
 sesudah   hidup   ini.  Oleh  karena  itu  wahyu  yang  berisi
 peringatan  dan  berita  gembira  pada  mula   kerasulan   itu
 kebanyakannya  turun  di  Mekah; karena ia ingin menyelamatkan
 ruh mereka, tempat Muhammad diutus itu. Sudah sepatutnya  pula
 bila ia mengingatkan mereka atas dosa dan kesesatan yang telah
 mereka lakukan  itu.  Sudah  sepatutnya  pula  bila  ia  ingin
 mengangkat  mereka  dari  lembah  penyembahan  berhala  kepada
 penyembahan Allah Yang Tunggal, Maka Kuasa.
 
 Demi keselamatan rohani keluarga dan umat manusia  seluruhnya,
 Muhammad  serta  orang-orang  yang beriman sudi memikul segala
 macam siksaan dan pengorbanan, memikul penderitaan rohani  dan
 jasmani,  dan  kemudian pergi meninggalkan tanah tumpah darah,
 menjauhi permusuhan sanak-keluarga, yang  sepintas-lalu  sudah
 kita  lihat  di  atas.  Dan  seolah cinta Muhammad makin dalam
 kepada  mereka,  makin  besar  hasratnya  ingin  menyelamatkan
 mereka, setiap ia mengalami penderitaan dan siksaan yang lebih
 besar  lagi  dari  mereka  itu.  Hari  Kebangkitan  dan   Hari
 Perhitungan  adalah  ayat-ayat yang harus diperingatkan kepada
 mereka  guna  menolong  mereka  dari  penyakit  paganisma  dan
 gelimang   dosa  yang.menimpa  mereka  itu.  Pada  tahun-tahun
 permulaan itu tiada henti-hentinya  wahyu  memperingatkan  dan
 membukakan mata mereka.
 
 Sungguhpun begitu mereka tetap gigih tidak mau mengakui, tetap
 menolak, sampai-sampai  mereka  terdorong  mengobarkan  perang
 mati-matian.  Bahaya  dan  bencana  peperangan  itu baru padam
 sesudah   Islam    mendapat    kemenangan,    sesudah    Allah
 menempatkannya diatas segala agama.
 
 Catatan kaki:
 
  1 Juru penerang yang mempesonakan, Juru pesona bahasa
    atau pesona bahasa hampir merupakan terjemahan harfiah
    dari ungkapan Sahir'-bayan atau Sihr'l-bayan, yang
    sukar diterjemahkan, yakni suatu retorika, yang karena
    kefasihan dan keindahan bahasanya, orang yang
    mendengarnya terpesona seperti kena sihir lalu cepat
    sekali menerima (A).
    
  2 Nama panggilan Abu Jahl (A).
    
  3 Menolak burung artinya melempari burung dengan batu
    kerikil atau mengusirnya dengan suara. Kalau burung
    terbang ke arah kanan, maka itu alamat buruk.
 

0 komentar:

Post a Comment

Just select text on the page and get instant translation from Google Translate!
Google Translate Client