Selamat Datang Di Emye Private Blog
Membaca, mendengar, dan menterjemahkan Al Qur'an
Sedikit Bigraphy Singkat tentang Aku.
Title

Bapakku

Bapakku yang Sangat Tegas Akan Sesuatu yang Dia Anggap Fundamental, Berprinsip Kuat. Sangat Religius. Jawa Banyumasan. Gualakeee Poll, hehehe...

Read More
Title

Ibuku

Ibuku.., Seorang Wanita yang Sangat Kuat, Tegar dan Banyak Akal. Bisa Menjadi Seorang Ibu Sekaligus "seorang ayah" Juga. Smart dalam bertahan hidup, Sabar di Keseharian, Walau Galak Tapi Pemaaf... Saluut Untukmu Mah...!

Read More
Title

Aku Yang...

Inilah Yang Dulu Selalu Mencari Masalah, dan Terkena Masalah dan Hampir Terkubur Karenanya.. Berharap Maaf dariNYA, Kedua Orangtuaku dan Juga Kalian Semua.. Do'akan RidhoNYA Untukku ya.. Terimakasih Untuk Kalian Semua...

Read More
Title

Rumahku Hidupku..No Place Like Home

Di Sinilah Awal Semua Kisahku.., Di Awali Dengan Kasih Sayang dan Pengharapan dan Di Jalani Dengan Kegilaan lalu Berakhir dengan Keterpurukan. No More Fly..No More Sky and No More Cry...

Read More
Title

Seberkas CahayaNYA...

Menunggu dan Berharap Banyak dariNYA... Jawaban dan Ampunan Setelah Doa-doa yang Kutambatkan.. Setiap Detik, Setiap Saat Sebelum Saat Akhir Hidupku Tiba...

Read More
Title

Pikirkan Dulu!

Pikirkan dan Pertimbangkan Semua Pilihan. Karena Kau Harus Memilih, Gunakan Kata Hatimu. Ambil Apa Yang Baik Dari Kisahku Kawan.. Semua Hikmah. Sekarang atau Tidak Sama Sekali..!!!?

Read More

Sejarah Hidup Rasulullah Muhammad SAW

October 18, 2011
 
BAGIAN KETIGABELAS: PERANG BADR1                         (1/4)
 Muhammad Husain Haekal
 
    Keberangkatan Abu Sufyan ke Syam - Usaha Muslimin
    memotong jalan   Berangkat dengan sukses   Ditunggu
    kembalinya - Quraisy mengetahui persiapan Muslimin -
    Mereka berangkat ke Badr - Perdagangan Abu Sufyan
    selamat - Quraisy dan Muslimin ragu-ragu akan berperang
    - Hilangnya keraguan - Posisi kedua belah pihak di Badr
    - Semangat dan kemenangan Muslimin
 
 SATUAN Abdullah b. Jahsy merupakan  persimpangan  jalan  dalam
 strategi  politik  Islam.  Ketika  itulah  Waqid  b.  Abdullah
 at-Tamimi  melepaskan  anak   panahnya   dan   mengenai   'Amr
 bin'l-Hadzrami  hingga  ia  tewas.  Ini  adalah  darah pertama
 ditumpahkan oleh Muslimin. Karena  itu  pula  ayat  yang  kita
 sebutkan  tadi  turun.  Sebagai kelanjutannya maka diundangkan
 perang terhadap mereka yang mau memfitnah dan mengalihkan kaum
 Muslimin  dan  agamanya  serta  menghalangi  mereka  dan jalan
 Allah. Juga satuan  ini  merupakan  persimpangan  jalan  dalam
 strategi  politik Muslimin terhadap Quraisy, karena dengan ini
 keduanya dapat berhadapan sama kuat. Sesudah itu kaum Muslimin
 jadi  berpikir  lebih  sungguh-sungguh  lagi dalam membebaskan
 harta-benda mereka dalam  menghadapi  Quraisy.  Disamping  itu
 pihak  Quraisy  berusaha menghasut seluruh Jazirah Arab, bahwa
 Muhammad dan  sahabat-sahabatnya  melakukan  pembunuhan  dalam
 bulan  suci. Muhammadpun yakin sudah, bahwa harapan akan dapat
 bekerja sama  dengan  jalan  persetujuan  yang  sebaik-baiknya
 dengan mereka sudah tak ada lagi.
 
 Pada  permulaan  musim  rontok  tahun kedua Hijrah, Abu Sufyan
 berangkat membawa perdagangan yang cukup besar,  menuju  Syam.
 Perjalanan  dagang  inilah yang ingin dicegat oleh orang-orang
 Islam ketika  Nabi  s.a.w.  dulu  pergi  ke  'Usyaira.  Tetapi
 tatkala  mereka sampai kafilah Abu Sufyan sudah lewat dua hari
 lebih dulu sebelum ia tiba di tempat tersebut.  Sekarang  kaum
 Muslimin  bertekad menunggu mereka kembali. Sementara Muhammad
 menantikan mereka kembali dari Syam itu, dikirimnya  Talha  b.
 'Ubaidillah  dan  Sa'id b. Zaid menunggu berita-berita. Mereka
 berdua berangkat, dan sesampainya di tempat Kasyd al-Juhani di
 bilangan  Haura'2, mereka bersembunyi, menunggu hingga kafilah
 itu lewat. Kemudian cepat-cepat mereka berdua menemui Muhammad
 guna memberitahukan keadaan mereka.

 Tetapi  belum  lagi selesai Muhammad menunggu kedatangan kedua
 utusan itu dari Haura' beserta kabar tentang kafilah yang akan
 dibawanya,  lebih  dulu  sudah  tersebar berita tentang adanya
 sebuah rombongan kafilah besar,  dan  bahwa  seluruh  penduduk
 Mekah  punya  saham  di  situ. Tak ada penduduk laki-laki atau
 wanita yang dapat memberikan sahamnya yang tidak  ikut  serta,
 sehingga  seluruhnya  mencapai jumlah 50.000 dinar. Ia kuatir,
 kalau masih menunggu lagi kafilah itu kembali ke Mekah, mereka
 akan  menghilang  seperti  ketika berangkat ke Syam dulu. Oleh
 karena itu ia segera mengutus kaum Muslimin dengan mengatakan:
 
 "Ini  adalah  kafilah  Quraisy.  Berangkatlah  kamu  ke  sana.
 Mudah-mudahan Tuhan memberikan kelebihan kepada kamu."
 
 Ada  orang  yang  segera  menyambutnya dan ada pula yang masih
 merasa berat-berat. Dan ada lagi orang-orang yang belum  Islam
 ingin  bergabung  karena  mereka hanya ingin mendapatkan harta
 rampasannya saja. Tetapi Muhammad menolak penggabungan  mereka
 ini sebelum mereka beriman kepada Allah dan RasulNya.
 
 Sementara  itu Abu Sufyan sudah mengetahui pula akan kepergian
 Muhammad yang akan mencegat  kafilahnya  dalam  perjalanan  ke
 Syam.  Ia  kuatir  kalau-kalau  kaum Muslimin akan mencegatnya
 bila ia kembali dengan membawa laba perdagangan.  Sekarang  ia
 tinggal  menunggu  berita  tentang  mereka itu, termasuk Kasyd
 Juhani yang pernah dikunjungi oleh kedua  utusan  Muhammad  di
 Haura' itu, di antara orang yang ditanyainya. Sekalipun Juhani
 belum  mempercayai  berita  tersebut,  tapi   berita   tentang
 Muhammad,   kaum   Muhajirin  dan  Anshar  sudah  sampai  juga
 kepadanya seperti tersebarnya berita itu dulu kepada Muhammad.
 Ia  merasa  kuatir  juga  kalau  dari pihak Quraisy pengawalan
 kafilah hanya terdiri dari tiga puluh atau empat  puluh  orang
 saja.
 
 Ketika  itulah  ia  lalu  mengupah Dzamdzam b. 'Amr al-Ghifari
 supaya cepat-cepat pergi ke Mekah  untuk  mengerahkan  Quraisy
 menolong  harta-benda  mereka,  juga  diberitahukannya,  bahwa
 Muhammad dan sahabat-sahabatnya sedang mengancam.
 
 Setibanya di Mekah,  ketika  berada  di  tengah-tengah  sebuah
 lembah,   dipotongnya   kedua   telinga  dan  hidung  untanya,
 dibalikkannya pelananya dan dia sendiri berhenti di tempat itu
 sambil berteriak-teriak memberitahukan, dengan mengenakan baju
 yang sudah dikoyak-koyak bagian depan dan belakangnya:
 
 "Hai orang-orang Quraisy! Kafilah, kafilah! harta  bendamu  di
 tangan   Abu   Sufyan   telah   dicegat   oleh   Muhammad  dan
 sahabat-sahabatnya. Kamu sekalian harus segera menyusul. Perlu
 pertolongan! Pertolongan!"
 
 Mendengar ini Abu Jahl segera memanggil orang-orang di sekitar
 Ka'bah. Mereka dikerahkan. Abu Jahl adalah  seorang  laki-laki
 berbadan kecil, berwajah keras dengan lidah dan pandangan mata
 yang tajam. Sebenarnya orang-orang  Quraisy  itu  sudah  tidak
 perlu  lagi  dikerahkan  karena setiap orang sudah punya saham
 sendiri-sendiri dalam kafilah itu.
 
 Sungguhpun begitu ada juga penduduk Mekah  itu  sebagian  yang
 sudah   merasakan   adanya  kekejaman  Quraisy  terhadap  kaum
 Muslimin  sehingga  menyebabkan  mereka  terpaksa  hijrah   ke
 Abisinia  dan  kemudian  hijrah  ke  Medinah. Mereka ini masih
 maju-mundur:  akan   turut   juga   berperang   mempertahankan
 harta-benda mereka, atau akan tinggal diam saja dengan harapan
 kalau-kalau kafilah  itu  tidak  mengalami  sesuatu  gangguan.
 Mereka  ini  masih ingat bahwa dulu antara kabilah Quraisy dan
 kabilah Kinana ada tuntutan darah yang  dilakukan  oleh  kedua
 belah   pihak.   Apabila  mereka  ini  cepat-cepat  menghadapi
 Muhammad dalam membela kafilah itu, mereka kuatir akan diserbu
 oleh  Banu  Bakr  (dari Kinana) dari belakang. Alasan demikian
 ini hampir saja memperkuat pendapat yang  ingin  tinggal  diam
 saja,  kalau  tidak  lalu  datang  Malik  b. Ju'syum (Mudlij),
 seorang pemuka Banu Kinana.
 
 "Bagi  kamu  aku  adalah  jaminan,  bahwa  Kinana  tidak  akan
 melakukan  sesuatu  di  belakang kamu yang akan merugikan kamu
 sekalian."
 
 Dengan  demikian   orang-orang   semacam   Abu   Jahl,   'Amir
 al-Hadzrami   serta   penganjur-penganjur   perang   menentang
 Muhammad dan pengikut-pengikutnya, mendapat dukungan kuat. Tak
 ada  alasan  bagi  orang  yang  mampu  berperang itu yang akan
 tinggal di belakang atau  akan  menggantikannya  kepada  orang
 lain.  Dari pemuka-pemuka Quraisypun tak ada yang ketinggalan,
 kecuali Abu Lahab yang diwakili  oleh  al-'Ash  b.  Hisyam  b.
 Mughira. Orang ini punya hutang kepadanya (Abu Lahab) sebanyak
 4000 dirham yang tak dibayar sehingga ia  bangkrut  karenanya.
 Sedang  Uamyya b. Khalaf sudah bertekad akan tinggal diam. Dia
 sebagai orang  terpandang,  yang  sudah  tua  sekali  usianya,
 badannya gemuk dan berat.
 
 Ketika  itu ia didatangi oleh 'Uqba b. Abi Mu'ait dan Abu Jahl
 ke mesjid. 'Uqba membawa perapian dengan kemenyan  sedang  Abu
 Jahl  membawa  tempat  celak  dan pemalitnya. 'Uqba meletakkan
 tempat api itu di depannya seraya berkata:
 
 "Abu Ali,3 gunakanlah  perapian  dan  menyan  ini,  sebab  kau
 wanita."
 
 "Pakailah  celak  ini, Abu Ali, sebab kau perempuan," kata Abu
 Jahl.
 
 "Belikan buat aku seekor unta yang  terbaik  di  lembah  ini,"
 jawab Umayya.
 
 Lalu  iapun  pergi  bersama  mereka. Sekarang tiada seorangpun
 yang mampu bertempur yang masih tinggal di Mekah.
 
 Pada hari kedelapan bulan Ramadan  tahun  kedua  Hijrah,  Nabi
 s.a.w.   berangkat   dengan   sahabat-sahabatnya  meninggalkan
 Medinah. Pimpinan sembahyang diserahkan  kepada  'Amr  b.  Umm
 Maktum, sedang pimpinan Medinah kepada Abu Lubaba dari Rauha'.
 Dalam perjalanan  ini  Muslimin  didahului  oleh  dua  bendera
 hitam.  Mereka  membawa  tujuhpuluh  ekor  unta,  yang dinaiki
 dengan cara silih berganti.  Setiap  dua  orang,  setiap  tiga
 orang  dan  setiap  empat  orang  bergantian naik seekor unta.
 Dalam hal ini  Muhammad  juga  mendapat  bagian  sama  seperti
 sahabat-sahabatnya  yang  lain.  Dia,  Ali  b.  Abi  Talib dan
 Marthad b. Marthad al-Ghanawi bergantian naik seekor unta. Abu
 Bakr,  Umar  dan  Abdur-Rahman  b. 'Auf bergantian juga dengan
 seekor unta. Jumlah mereka  yang  berangkat  bersama  Muhammad
 dalam  ekspedisi  ini  terdiri  dari  tiga  ratus  lima orang,
 delapanpuluh tiga di antaranya Muhajirin, enampuluh satu orang
 Aus dan yang selebihnya dari Khazraj.
 
 Karena   dikuatirkan   Abu   Sufyan   akan   menghilang  lagi,
 cepat-cepat mereka berangkat sambil terus  berusaha  mengikuti
 berita-berita   tentang   orang   ini   di  mana  saja  mereka
 berada.Tatkala sampai di 'Irq'z-Zubya  mereka  bertemu  dengan
 seorang   orang  Arab  gunung  yang  ketika  ditanyai  tentang
 rombongan itu, ternyata  ia  tidak  mendapat  berita  apa-apa.
 Mereka  meneruskan  perjalanan  hingga  sampai  di sebuah wadi
 bernama Dhafiran; di tempat itu mereka turun. Di tempat inilah
 mereka  mendapat  berita,  bahwa pihak Quraisy sudah berangkat
 dari Mekah, akan melindungi kafilah mereka.
 
 Ketika itu suasananya sudah berubah. Kini kaum  Muslimin  dari
 kalangan Muhajirin dan Anshar bukan lagi berhadapan dengan Abu
 Sufyan dengan kalifahnya serta tigapuluh atau empatpuluh orang
 rombongannya  itu saja, yang takkan dapat melawan Muhammad dan
 sahabat-sahabatnya,  melainkan  Mekah  dengan  seluruh  isinya
 sekarang  keluar  dipimpin  oleh  pemuka-pemuka mereka sendiri
 guna membela perdagangan mereka itu.
 
 Andaikata pihak Muslimin sudah dapat mengejar Abu Sufyan,  dan
 beberapa  orang  dari  rombongan itu sudah dapat ditawan, unta
 beserta muatannya sudah dapat dikuasai, pihak Quraisypun tentu
 akan   segera  pula  dapat  menyusul  mereka.  Soalnya  karena
 terdorong  oleh  rasa  cintanya   kepada   harta   dan   ingin
 mempertahankannya.  Mereka merasa sudah didukung oleh sejumlah
 orang dan perlengkapan yang cukup besar. Mereka bertekad  akan
 bertempur  dan  mengambil  kembali harta mereka, atau bersedia
 mati untuk itu.
 
 Tetapi sebaliknya, apabila Muhammad kembali ke tempat  semula,
 pihak  Quraisy dan Yahudi Medinah tentu merasa mendapat angin.
 Dia sendiri terpaksa akan  berada  dalam  situasi  yang  serba
 dibuat-buat,  sahabat-sahabatnya  pun  terpaksa  akan  memikul
 segala tekanan dan gangguan Yahudi Medinah,  seperti  gangguan
 yang  pernah  mereka alami dari pihak Quraisy di Mekah dahulu.
 Ya, apabila ia menyerah kepada situasi semacam  itu,  mustahil
 sekali   kebenaran   akan  dapat  ditegakkan  dan  Tuhan  akan
 memberikan pertolongan dalam menegakkan agama itu.
 
 Sekarang   ia   bermusyawarah    dengan    sahabat-sahabatnya.
 Diberitahukannya kepada mereka tentang keadaan Quraisy menurut
 berita yang sudah diterimanya. Abu Bakr  dan  Umar  juga  lalu
 memberikan   pendapat.   Kemudian   Miqdad   b.   'Amr  tampil
 mengatakan:
 
 "Rasulullah, teruskanlah apa  yang  sudah  ditunjukkan  Allah.
 Kami  akan  bersama  tuan.  Kami tidak akan mengatakan seperti
 Banu Israil yang berkata kepada  Musa:  "Pergilahkamu  bersama
 Tuhanmu, dan berperanglah. Kami di sini akan tinggal menunggu.
 Tetapi, pergilah engkau dan Tuhanmu,  dan  berperanglah,  kami
 bersamamu akan juga turut berjuang."
 
 Semua orang diam.
 
 "Berikan  pendapat  kamu  sekalian kepadaku," kata Rasul lagi.
 Kata-kata ini sebenarnya ditujukan kepada  pihak  Anshar  yang
 telah menyatakan Ikrar 'Aqaba, bahwa mereka akan melindunginya
 seperti terhadap sanak keluarganya sendiri, tapi mereka  tidak
 mengadakan ikrar itu untuk mengadakan serangan keluar Medinah.
 
 Tatkala pihak Anshar merasa bahwa memang mereka yang dimaksud,
 maka Sa'd b. Musadh  yang  memegang  pimpinan  mereka  menoleh
 kepada Muhammad.
 
 "Agaknya yang dimaksud Rasulullah adalah kami," katanya.
 
 "Ya," jawab Rasul.
 
 "Kami  telah  percaya kepada Rasul dan membenarkan," kata Sa'd
 pula, "Kamipun telah menyaksikan bahwa apa  yang  kaubawa  itu
 adalah  benar.  Kami  telah  memberikan janji kami dan jaminan
 kami,  bahwa  kami  akan  tetap  taat   setia.   Laksanakanlah
 kehendakmu,  kami  disampingmu. Demi yang telah mengutus kamu,
 sekiranya kaubentangkan  lautan  di  hadapan  kami,  lalu  kau
 terjun menyeberanginya, kamipun akan terjun bersamamu, dan tak
 seorangpun dari kami akan tinggal  di  belakang.  Kami  takkan
 segan-segan  menghadapi  musuh  kita  besok.  Kami cukup tabah
 dalam perang, cukup setia bertempur. Semoga Tuhan  membuktikan
 segalanya  dari  kami  yang  akan menyenangkan hatimu. Ajaklah
 kami bersama, dengan berkah Tuhan."
 
 Begitu Sa'd selesai bicara,  wajah  Muhammad  tampak  berseri.
 Tampaknya ia puas sekali; seraya katanya:
 
 "Berangkatlah,   dan   gembirakan!   Allah  sudah  menjanjikan
 kepadaku  atas  salah  satunya   dari   dua   kelompok4   itu.
 Seolah-olah kini kehancuran mereka itu tampak di hadapanku."
 
 Merekapun  lalu  berangkat  semua.  Ketika  sampai  pada suatu
 tempat dekat Badr, Muhammad pergi lagi dengan untanya sendiri.
 Ia  menemui  seorang  orang  Arab  tua.  Kepada  orang  ini ia
 menanyakan    Quraisy    dan    menanyakan    Muhammad     dan
 sahabat-sahabatnya, yang kemudian daripadanya diketahui, bahwa
 kafilah Quraisy berada tidak jauh dari tempat itu.
 
 Lalu kembali lagi ia ke tempat sahabat-sahabatnya. Ali b.  Abi
 Talib,  Zubair bin'l-Awwam, Sa'd b. Abi Waqqash serta beberapa
 orang   sahabat   lainnya   segera   ditugaskan   mengumpulkan
 berita-berita  dari  sebuah  tempat  di Badr. Kurir ini segera
 kembali dengan membawa dua orang anak. Dari  kedua  orang  ini
 Muhammad  mengetahui, bahwa pihak Quraisy kini berada di balik
 bukit pasir di tepi ujung Wadi.5 Ketika mereka menjawab, bahwa
 mereka  tidak  mengetahui berapa jumlah pihak Quraisy, ditanya
 lagi oleh Muhammad:
 
 "Berapa ekor ternak yang mereka potong tiap hari?"
 
 "Kadang sehari sembilan, kadang sehari  sepuluh  ekor,"  jawab
 mereka.
 
 Dengan  demikian Nabi dapat mengambil kesimpulan, bahwa mereka
 terdiri dari antara 900 sampai 1000  orang.  Juga  dari  kedua
 anak  itu  dapat  diketahui  bahwa bangsawan-bangsawan Quraisy
 ikut serta memperkuat diri
 
 Lalu katanya kepada sahabat-sahabatnya:
 
 "Lihat.  Sekarang  Mekah  sudah   menghadapkan   semua   bunga
 bangsanya kepada kita."

 Mau  tidak  mau,  sekarang  ia  dan  sahabat-sahabatnya  harus
 berhadapan dengan suatu golongan yang jumlahnya tiga kali jauh
 lebih  besar. Mereka harus mengerahkan seluruh semangat, harus
 mengadakan persiapan mental menghadapi kekerasan  itu.  Mereka
 harus siap menunggu suatu pertempuran sengit dan dahsyat, yang
 takkan dapat dimenangkan kecuali oleh iman yang kuat  memenuhi
 kalbu, iman dan kepercayaan akan adanya kemenangan itu.
 
 Bilamana  Ali  sudah  kembali  dengan  kedua  orang  anak yang
 membawa berita tentang Quraisy itu, dua orang Muslimin lainnya
 lalu  berangkat  lagi  menuju  lembah Badr. Mereka berhenti di
 atas sebuah bukit tidak jauh dari tempat  air,  dikeluarkannya
 tempat persediaan airnya, dan di sini mereka mengisi air itu.
 
 Sementara  mereka  berada  di  tempat air, terdengar ada suara
 seorang budak perempuan, yang agaknya  sedang  menagih  hutang
 kepada seorang wanita lainnya, yang lalu dijawab:
 
 "Kafilah  dagang  besok  atau lusa akan datang. Pekerjaan akan
 kuselesaikan dengan mereka dan hutang segera akan kubayar."
 
 Kedua laki-laki itu kembali.  Disampaikannya  apa  yang  telah
 mereka dengar itu kepada Muhammad.

 Tetapi,  dalam pada itu Abu Sufyan sudah mendahului kafilahnya
 mencari-cari berita. Ia kuatir Muhammad akan sudah lebih  dulu
 ada  di jalan itu. Sesampainya di tempat air ia bertemu dengan
 Majdi b. 'Amr.
 
 "Ada kau melihat orang tadi?" tanyanya.
 
 Majdi menjawab bahwa ia melihat  ada  dua  orang  berhenti  di
 bukit  itu  sambil  ia  menunjuk ke tempat dua orang laki-laki
 Muslim itu  tadi  berhenti.  Abu  Sufyanpun  pergi  mendatangi
 tempat  perhentian  tersebut.  Dilihatnya ada kotoran dua ekor
 unta  dan  setelah  diperiksanya,  diketahuinya,  bahwa   biji
 kotoran itu berasal dari makanan ternak Yathrib.
 
 Cepat-cepat  ia kembali menemui teman-temannya dan membatalkan
 perjalanannya melalui jalan semula. Dengan tergesa-gesa sekali
 sekarang ia memutar haluan melalui jalan pantai laut. Jaraknya
 dengan Muhammad sudah jauh, dan dia dapat meloloskan diri.

 Hingga keesokan harinya kaum Muslimin masih menantikan kafilah
 itu  akan  lewat.  Tetapi  setelah  ada berita-berita bahwa ia
 sudah lolos dan yang masih ada di dekat mereka sekarang adalah
 angkatan perang Quraisy, beberapa orang yang tadinya mempunyai
 harapan penuh akan beroleh harta  rampasan,  terbalik  menjadi
 layu.  Beberapa  orang  bertukar  pikiran  dengan  Nabi dengan
 maksud supaya kembali saja ke Medinah, tidak perlu  berhadapan
 dengan  mereka yang datang dari Mekah hendak berperang. Ketika
 itu datang firman Tuhan:
 
 "Ingat! Tuhan menjanjikan kamu salah satu  dari  dua  keIompok
 (musuh)  itu  untuk kamu. Sedang kamu menginginkan, bahwa yang
 tidak bersenjata itulah yang  untuk  kamu.  Tetapi  Allah  mau
 membuktikan kebenaran itu sesuai dengan ayat-ayatNya, dan akan
 merabut akar orang-orang yang tak beriman itu."6
 
 Pada pihak Quraisy juga begitu. Perlu  apa  mereka  berperang,
 perdagangan  mereka  sudah selamat? Bukankah lebih baik mereka
 kembali ke tempat semula, dan membiarkan pihak  Islam  kembali
 ke  tempat  mereka.  Abu  Sufyan  juga  berpikir  begitu.  Itu
 sebabnya ia mengirim utusan kepada  Quraisy  mengatakan:  Kamu
 telah berangkat guna menjaga kafilah dagang, orang-orang serta
 harta-benda kita.  Sekarang  kita  sudah  diselamatkan  Tuhan.
 Kembalilah. Tidak sedikit dari pihak Quraisy sendiri yang juga
 mendukung pendapat ini.
                                     (bersambung ke bagian 2/4)
 
 ---------------------------------------------

0 komentar:

Post a Comment

Just select text on the page and get instant translation from Google Translate!
Google Translate Client