Selamat Datang Di Emye Private Blog
Membaca, mendengar, dan menterjemahkan Al Qur'an
Sedikit Bigraphy Singkat tentang Aku.
Title

Bapakku

Bapakku yang Sangat Tegas Akan Sesuatu yang Dia Anggap Fundamental, Berprinsip Kuat. Sangat Religius. Jawa Banyumasan. Gualakeee Poll, hehehe...

Read More
Title

Ibuku

Ibuku.., Seorang Wanita yang Sangat Kuat, Tegar dan Banyak Akal. Bisa Menjadi Seorang Ibu Sekaligus "seorang ayah" Juga. Smart dalam bertahan hidup, Sabar di Keseharian, Walau Galak Tapi Pemaaf... Saluut Untukmu Mah...!

Read More
Title

Aku Yang...

Inilah Yang Dulu Selalu Mencari Masalah, dan Terkena Masalah dan Hampir Terkubur Karenanya.. Berharap Maaf dariNYA, Kedua Orangtuaku dan Juga Kalian Semua.. Do'akan RidhoNYA Untukku ya.. Terimakasih Untuk Kalian Semua...

Read More
Title

Rumahku Hidupku..No Place Like Home

Di Sinilah Awal Semua Kisahku.., Di Awali Dengan Kasih Sayang dan Pengharapan dan Di Jalani Dengan Kegilaan lalu Berakhir dengan Keterpurukan. No More Fly..No More Sky and No More Cry...

Read More
Title

Seberkas CahayaNYA...

Menunggu dan Berharap Banyak dariNYA... Jawaban dan Ampunan Setelah Doa-doa yang Kutambatkan.. Setiap Detik, Setiap Saat Sebelum Saat Akhir Hidupku Tiba...

Read More
Title

Pikirkan Dulu!

Pikirkan dan Pertimbangkan Semua Pilihan. Karena Kau Harus Memilih, Gunakan Kata Hatimu. Ambil Apa Yang Baik Dari Kisahku Kawan.. Semua Hikmah. Sekarang atau Tidak Sama Sekali..!!!?

Read More

Sejarah Hidup Rasulullah Muhammad SAW

October 18, 2011
BAGIAN KESEMBILAN: IKRAR1 'AQABA                         (2/2)
 Muhammad Husain Haekal
 
 Apabila iman itu merupakan landasan  yang  paling  kuat,  yang
 akan  membuat  segalanya  di  hadapan  kita menjadi kecil, dan
 untuk itu dengan segala senang hati orang  mengorbankan  harta
 bendanya,  kesenangan, kebebasan dan seluruh hidupnya, apabila
 penganiayaan itu dengan sendirinya akan membuat iman seseorang
 bertambah   dalam,  maka  penganiayaan  dan  pengorbanan  yang
 terus-menerus itu  bagi  seorang  mukmin  akan  membuatnya  ia
 merenungkan  lebih  dalam  lagi,  akan memberinya ruangan yang
 lebih luas serta pengertian tentang kebenaran yang lebih dalam
 dan   kuat.   Dahulu   Muhammad   pernah  menganjurkan  kepada
 pengikut-pengikutnya  supaya  mereka  mengungsi  ke   Abisinia
 daerah Kristen, karena di situ ada kebenaran, ada seorang raja
 yang adil. Maka akan lebih baiklah bila sekarang kaum Muslimin
 itu  mengungsi ke Yathrib, dapat saling memperkuat diri dengan
 sahabat-sahabat  kaum   Muslimin   di   sana,   dapat   saling
 tolong-menolong  dalam  menahan  bahaya  yang  mungkin menimpa
 mereka. Dengan begitu mereka  akan  mendapat  kebebasan  dalam
 merenungkan  agama serta berterang-terang pula guna mengangkat
 martabat mereka, sebagai jaminan suksesnya dakwah  agama  ini,
 suatu  dakwah  yang tidak mengenal paksaan, melainkan dasarnya
 adalah kasih-sayang, dapat  meyakinkan  dan  bertukar  pikiran
 dengan cara yang baik.
 
 Tahun ini - 622 M - jemaah haji dari Yathrib praktis jumlahnya
 banyak sekali, terdiri dari tujuhpuluh lima orang,  tujuhpuluh
 tiga  pria  dan  dua wanita. Mengetahui kedatangan mereka ini,
 terpikir oleh Muhammad akan mengadakan suatu ikrar lagi, tidak
 terbatas  hanya  pada  seruan kepada Islam seperti selama ini,
 yang selama tigabelas tahun  ini  terus-menerus  dilakukannya,
 dengan  lemah-lembut,  dengan  segala  kesabaran  menang  gung
 pelbagai macam pengorbanan  dan  kesakitan  -  melainkan  kini
 lebih  jauh  lagi  dari itu. Ikrar itu hendaknya menjadi suatu
 pakta persekutuan, yang dengan demikian  kaum  Muslimin  dapat
 mempertahankan  diri: pukulan dibalas dengan pukulan, serangan
 dengan serangan. Muhammad lalu  mengadakan  pertemuan  rahasia
 dengan pemimpin-pemimpin mereka.
 
 Setelah ada kesediaan mereka, dijanjikannya pertemuan itu akan
 diadakan di 'Aqaba pada tengah malam pada hari-hari  Tasyriq.3
 Peristiwa  ini  oleh  Muslimin Yathrib tetap dirahasiakan dari
 kaum musyrik yang datang bersama-sama mereka. Menunggu  sampai
 lewat  sepertiga  malam  dari janji mereka dengan Nabi, mereka
 keluar  meninggalkan  kemah,  pergi  mengendap-endap   seperti
 burung  ayam-ayam, sembunyi-sembunyi jangan sampai rahasia itu
 terbongkar.
 
 Sesampai mereka  di  gunung  'Aqaba,  mereka  semua  memanjati
 lereng-lereng gunung tersebut, demikian juga kedua wanita itu.
 Mereka tinggal di tempat ini menunggu kedatangan Rasul.
 
 Kemudian Muhammad  pun  datang,  bersama  pamannya  'Abbas  b.
 Abd'l-Muttalib   -   yang   pada   waktu  itu  masih  menganut
 kepercayaan golongannya sendiri. Akan tetapi sejak sebelum itu
 ia  sudah  mengetahui  dari kemenakannya ini akan adanya suatu
 pakta persekutuan; dan adakalanya hal ini dapat  mengakibatkan
 perang. Disebutkan juga, bahwa dia sudah mengadakan perjanjian
 dengan Keluarga Muttalib dan Keluarga Hasyim untuk  melindungi
 Muhammad.  Maka  dimintanya  ketegasan  kemanakannya  itu  dan
 ketegasan golongannya  sendiri,  supaya  jangan  kelak  timbul
 bencana   yang  akan  menimpa  Keluarga  Hasyim  dan  Keluarga
 Muttalib, dan dengan demikian berarti orang-orang Yathrib  itu
 akan  kehilangan  pembela. Atas dasar itulah, maka 'Abbas yang
 pertama kali bicara.
 
 "Saudara-saudara dari Khazraj!" kata 'Abbas. "Posisi  Muhammad
 di  tengah-tengah kami sudah sama-sama tuan-tuan ketahui. Kami
 dan mereka yang sepaham dengan kami telah  melindunginya  dari
 gangguan  masyarakat  kami  sendiri.  Dia  adalah  orang  yang
 terhormat di kalangan masyarakatnya dan mempunyai kekuatan  di
 negerinya sendiri. Tetapi dia ingin bergabung dengan tuan-tuan
 juga. Jadi kalau memang tuan-tuan merasa dapat menepati  janji
 seperti   yang  tuan-tuan  berikan  kepadanya  itu  dan  dapat
 melindunginya dari mereka yang menentangnya,  maka  silakanlah
 tuan-tuan   laksanakan.  Akan  tetapi,  kalau  tuan-tuan  akan
 menyerahkan dia dan membiarkannya terlantar sesudah berada  di
 tempat  tuan-tuan,  maka  dari  sekarang lebih baik tinggalkan
 sajalah."
 
 Setelah mendengar keterangan 'Abbas  pihak  Yathrib  menjawab:
 "Sudah  kami  dengar  apa  yang tuan katakan. Sekarang silakan
 Rasulullah bicara. Kemukakanlah  apa  yang  tuan  senangi  dan
 disenangi Tuhan."
 
 Setelah  membacakan  ayat-ayat  Qur'an  dan  memberi  semangat
 Islam, Muhammad menjawab:
 
 "Saya minta ikrar tuan-tuan akan membela saya seperti  membela
 isteri-isteri dan anak-anak tuan-tuan sendiri."
 
 Ketika  itu  Al-Bara'  b.  Ma'rur  hadir. Dia seorang pemimpin
 masyarakat dan yang  tertua  di  antara  mereka.  Sejak  ikrar
 'Aqaba pertama ia sudah Islam, dan menjalankan semua kewajiban
 agama, kecuali dalam sembahyang ia berkiblat ke Ka'bah, sedang
 Muhammad  dan  seluruh kaum Muslimin waktu itu masih berkiblat
 ke  al-Masjid'l-Aqsha.  Oleh  karena  ia  berselisih  pendapat
 dengan  masyarakatnya  sendiri,  begitu mereka sampai di Mekah
 segera  mereka  minta  pertimbangan  Nabi.  Muhammad  melarang
 Al-Bara' berkiblat ke Ka'bah.
 
 Setelah  tadi  Muhammad  minta  kepada Muslimin Yathrib supaya
 membelanya seperti mereka membela isteri dan anak-anak  mereka
 sendiri,   Al-Bara'   segera   mengulurkan  tangan  menyatakan
 ikrarnya seraya berkata:  "Rasulullah,  kami  sudah  berikrar.
 Kami  adalah  orang  peperangan  dan ahli bertempur yang sudah
 kami warisi dari leluhur kami."
 
 Tetapi  sebelum   Al-Bara'   selesai   bicara,   Abu'l-Haitham
 ibn't-Tayyihan datang menyela:
 
 "Rasulullah,  kami  dengan orang-orang itu - yakni orang-orang
 Yahudi  -  terikat  oleh  perjanjian,  yang  sudah  akan  kami
 putuskan. Tetapi apa jadinya kalau kami lakukan ini lalu kelak
 Tuhan memberikan kemenangan kepada  tuan,  tuan  akan  kembali
 kepada masyarakat tuan dan meninggalkan kami?"
 
 Muhammad  tersenyum,  dan katanya: "Tidak, saya sehidup semati
 dengan  tuan-tuan.  Tuan-tuan  adalah  saya  dan  saya  adalah
 tuan-tuan.  Saya  akan  memerangi  siapa  saja  yang tuan-tuan
 perangi,  dan  saya  akan  berdamai  dengan  siapa  saja  yang
 tuan-tuan ajak berdamai."
 
 Tatkala  mereka  siap  akan  mengadakan  ikrar  itu, 'Abbas b.
 'Ubada datang menyela dengan mengatakan: "Saudara-saudara dari
 Khazraj.  Untuk  apakah  kalian  memberikan ikrar kepada orang
 ini? Kamu menyatakan ikrar dengan dia tidak  melakukan  perang
 terhadap  yang hitam dan yang merah4 melawan orang-orang itu.5
 Kalau tuan-tuan merasa, bahwa jika harta benda tuan-tuan habis
 binasa  dan  pemuka-pemuka  tuan-tuan mati terbunuh, tuan-tuan
 akan menyerahkan dia (kepada musuh), maka  (lebih  baik)  dari
 sekarang tinggalkan saja dia. Kalaupun itu juga yang tuan-tuan
 lakukan,  ini  adalah  suatu  perbuatan  hina  dunia  akhirat.
 Sebaliknya, bila tuan-tuan memang dapat menepati janji seperti
 yang tuan-tuan berikan kepadanya  itu,  sekalipun  harta-benda
 tuan-tuan   akan   habis  dan  bangsawan-bangsawan  akan  mati
 terbunuh, maka silakan saja tuan-tuan terima dia. Itulah suatu
 perbuatan yang baik, dunia akhirat."
 
 Orang ramai itu menjawab:
 
 "Akan   kami   terima,   sekalipun   harta-benda  kami  habis,
 bangsawan-bangsawan kami terbunuh. Tetapi,  Rasulullah,  kalau
 dapat kami tepati semua ini, apa yang akan kami peroleh?"
 
 "Surga," jawab Muhammad dengan tenang dan pasti.
 
 Mereka  lalu  mengulurkan  tangan  dan  dia juga membentangkan
 tangannya. Ketika itu mereka menyatakan ikrar kepadanya.
 
 Selesai ikrar itu, Nabi berkata kepada mereka:
 
 "Pilihkan dua belas orang  pemimpin  dari  kalangan  tuan-tuan
 yang akan menjadi penanggung-jawab masyarakatnya."
 
 Mereka lalu memilih sembilan orang dari Khazraj dan tiga orang
 dari Aus. Kemudian kepada pemimpin-pemimpin itu Nabi berkata:
 
 "Tuan-tuan  adalah   penanggung-jawab   masyarakat   tuan-tuan
 seperti  pertanggung-jawaban pengikut-pengikut Isa bin Mariam.
 Terhadap masyarakat saya, sayalah yang bertanggungjawab."
 
 Dalam ikrar kedua ini mereka berkata:
 
 "Kami berikrar mendengar dan setia di waktu suka dan duka,  di
 waktu bahagia dan sengsara, kami hanya akan berkata yang benar
 di mana saja kami berada, dan kami tidak takut kritik siapapun
 atas jalan Allah ini."
 
 Peristiwa  ini  selesai  pada  tengah  malam  di  celah gunung
 'Aqaba, jauh dari masyarakat ramai,  atas  dasar  kepercayaan,
 bahwa hanya Allah Yang mengetahui keadaan mereka. Akan tetapi,
 begitu peristiwa itu selesai, tiba-tiba mereka  mendengar  ada
 suara  berteriak  yang ditujukan kepada Quraisy: "Muhammad dan
 orang-orang yang pindah kepercayaan itu sudah  berkumpul  akan
 memerangi kamu!"
 
 Suara itu datangnya dari seseorang yang keluar untuk urusannya
 sendiri. Mengetahui keadaan mereka itu sedikit dengan  melalui
 pendengarannya   yang   selintas,  ia  lalu  bermaksud  hendak
 mengacaukan rencana itu dan mau menanamkan  kegelisahan  dalam
 hati  mereka,  bahwa  rencana mereka malam itu diketahui. Akan
 tetapi pihak Khazraj dan Aus tetap pada janji  mereka.  Bahkan
 'Abbas  b.  'Ubada - setelah mendengar suara simata-mata itu -
 berkata kepada Muhammad:
 
 "Demi Allah Yang telah mengutus  tuan  atas  dasar  kebenaran,
 kalau  sekiranya  tuan sudi, penduduk Mina itu besok akan kami
 habiskan dengan pedang kami."
 
 Ketika itu Muhammad menjawab:
 
 "Kami tidak  diperintahkan  untuk  itu.  Kembalilah  ke  kemah
 tuan-tuan."
 
 Merekapun  kembali  ke  tempat  mereka  bermalam,  lalu tidur.
 Keesokan harinya pagi-pagi baru mereka bangun.
 
 Akan tetapi pagi itu  juga  Quraisy  sudah  mengetahui  berita
 adanya   ikrar   itu.   Mereka   terkejut   sekali.  Pagi  itu
 pemuka-pemuka  Quraisy   mendatangi   Khazraj   di   tempatnya
 masing-masing.  Mereka  menyesalkan  Khazraj  dan  mengatakan,
 bahwa mereka tidak  ingin  berperang  dengan  Khazraj.  Tetapi
 kenapa  mau bersekutu dengan Muhammad memerangi mereka. Ketika
 itu   juga   orang-orang   musyrik   dari   kalangan   Khazraj
 bersumpah-sumpah  bahwa hal semacam itu tidak ada sama sekali.
 Sedang Muslimin malah diam  saja  setelah  dilihatnya  Quraisy
 lagaknya  akan mempercayai keterangan orang-orang yang seagama
 dengan mereka itu.
 
 Sekarang Quraisy kembali tanpa dapat mengiakan atau meniadakan
 berita  tersebut. Tetapi mereka terus menyelidiki, kalau-kalau
 dapat mengungkapkan keadaan  yang  sebenarnya.  Sementara  itu
 orang-orang  Yathrib  sudah  mengangkat  perbekalan mereka dan
 kembali menuju negeri mereka sebelum pihak Quraisy  mengetahui
 benar apa yang mereka lakukan itu.
 
 Setelah  kemudian  Quraisy mengetahui, bahwa berita itu memang
 benar,  mereka  berangkat  mencari  orang-orang  Yathrib  itu.
 Tetapi sudah tak ada lagi yang akan dapat mereka jumpai selain
 Sa'd b. 'Ubada, yang lalu diambil dan dibawanya ke  Mekah.  Ia
 disiksa.   Tetapi  kemudian  Jubair  b.  Mut'im  b.  'Adi  dan
 al-Harith b. Umayya datang menolongnya. Dulu orang ini  pernah
 menolong  mereka ketika mereka dalam perjalanan perdagangan ke
 Syam lewat Yathrib.
 
 Kalau    begitu    kekuatiran    Quraisy     kiranya     tidak
 berlebih-lebihan, begitu juga dalam mengejar jejak mereka yang
 telah ikrar kepada Muhammad akan memerangi mereka itu.  Mereka
 telah  mengenalnya selama tigabelas tahun terus-menerus, sejak
 permulaan  kenabiannya.  Mereka  sudah  berusaha   mati-matian
 melancarkan  perang  pasif  itu  kepadanya,  dan masing-masing
 sudah pula menghadapinya. Mereka mengetahui itu adalah  karena
 keyakinannya  kepada  Tuhan, karena teguhnya ia berpegang pada
 ajaran yang benar. Ia sudah tak dapat dilunakkan dan tak dapat
 pula  dibujuk.  Ia  tak  pernah  gentar  menghadapi  gangguan,
 menghadapi siksaan,  menghadapi  pembunuhan.  Sesudah  ia  dan
 pengikut-pengikutnya  disakiti dengan pelbagai macam gangguan,
 sesudah ia dikepung di  celah-celah  bukit,  seluruh  penduduk
 Mekah  diteror  dengan  bermacam-macam ketakutan supaya jangan
 jadi pengikutnya, terbayang oleh Quraisy  bahwa  mereka  sudah
 hampir  mengalahkannya,  kegiatannya hanya akan terbatas dalam
 lingkaran sempit  pengikut-pengikutnya  yang  masih  berpegang
 pada  agama  itu  saja.  Dia dan sahabat-sahabatnya tidak lama
 lagi sudah akan  jemu  dalam  pengasingan,  dan  akan  kembali
 tunduk menyerah di bawah kekuasaan mereka.
 
 Tetapi  sekarang,  dengan  adanya  perjanjian persekutuan baru
 ini, pintu harapan akan menang jadi terbuka  didepan  Muhammad
 dan  pengikut-pengikutnya.  Setidak-tidaknya harapan kebebasan
 menyebarkan  agama,  serta   menyerang   berhala-berhala   dan
 penyembah-penyembahnya. Siapa tahu apa yang akan terjadi kelak
 terhadap masyarakat  seluruh  jazirah  Arab  itu,  bila  sudah
 mendapat  bantuan  Yathrib  berikut  Aus  dan  Khazrajnya, dan
 sesudah mendapat perlindungan dari  serangan  musuh,  disertai
 adanya  kebebasan melakukan upacara agama serta mengajak pihak
 lain turut  bergabung.  Kalau  Quraisy  tidak  dapat  mengikis
 gerakan  ini  di tanah tumpah darahnya sendiri maka kekuatiran
 mereka pada  hari  kemudiannya  tetap  selalu  membayang,  dan
 kemenangan Muhammad terhadap mereka masih tetap menggelisahkan
 mereka.
 
 Oleh karena itu sungguh-sungguh  mereka  memikirkan  apa  yang
 harus  mereka  lakukan  guna  menggagalkan usaha Muhammad itu,
 serta menghancurkan gerakan barunya. Demikian juga dia sendiri
 tidak kurang dari Quraisy dalam memikirkan hal ini. Pintu yang
 telah dibukakan Tuhan di hadapannya itu ialah pintu kehormatan
 bagi  agama  Allah,  pintu  yang akan memberi tempat pada arti
 kebenaran. Perjuangan  yang  sekarang  berkecamuk  antara  dia
 dengan pihak Quraisy, adalah suatu peristiwa yang paling hebat
 terjadi sejak masa kerasulannya, yakni suatu perjuangan  hidup
 atau  mati bagi kedua belah pihak. Sudah tentu, kemenangan itu
 ada pada pihak yang benar. Keputusannya sudah bulat.  Bolehlah
 ia  minta  pertolong  an Tuhan. Biarlah, segala tipu-daya yang
 sudah dilakukan  Quraisy  itu  akan  bersifat  lebih  menghina
 mereka  sendiri melebihi yang sudah-sudah. Ia akan terus maju,
 tapi dengan sikap bijaksana, tenang dan hati-hati.  Masalahnya
 adalah   masalah  kecekatan  politik  dan  kecerdikan  seorang
 pemimpin yang saksama.
 
 Dimintanya sahabat-sahabatnya supaya menyusul kaum  Anshar  ke
 Yathrib.  Hanya saja dalam meninggalkan Mekah hendaknya mereka
 terpencar-pencar, supaya jangan sampai  menimbulkan  kepanikan
 pihak Quraisy terhadap mereka.
 
 Mulailah kaum Muslimin melakukan hijrah secara sendiri-sendiri
 atau kelompok-kelompok kecil.  Akan  tetapi  hal  itu  rupanya
 sudah  diketahui  oleh pihak Quraisy. Mereka segera bertindak,
 berusaha mengembalikan yang masih dapat  dikembalikan  itu  ke
 Mekah untuk kemudian dibujuk supaya kembali kepada kepercayaan
 mereka, kalau tidak akan disiksa dan  dianiaya.  Sampai-sampai
 tindakan  itu  ialah dengan cara memisahkan suami dari isteri;
 kalau si isteri dari pihak Quraisy ia tidak  dibolehkan  pergi
 ikut  suami.  Yang  tidak  menurut, isterinya yang masih dapat
 mereka kurung,  dikurung.
 
 Akan tetapi mereka takkan dapat berbuat lebih dari itu. Mereka
 kuatir  akan  pecah  perang  saudara antar-kabilah jika mereka
 mencoba membunuh salah seorang dari kabilah itu.
 
 Berturut-turut  kaum  Muslimin  hijrah  ke   Yathrib,   sedang
 Muhammad   tetap   berada   di  posnya.  Tak  ada  orang  yang
 mengetahui, dia akan tetap tinggal di tempatnya itu atau sudah
 mengambil keputusan akan hijrah juga. Dahulu juga mereka tidak
 mengetahui,  ketika  sahabat-sahabatnya  diijinkan  hijrah  ke
 Abisinia,   sedang  dia  sendiri  tetap  di  Mekah  menyerukan
 anggota-anggota keluarganya yang lain ke dalam  Islam.  Bahkan
 Abu  Bakrpun,  ketika minta ijin akan turut hijrah ke Yathrib,
 ia hanya  berkata:  "Jangan  tergesa-gesa;  kalau-kalau  Tuhan
 menyertakan seorang kawan." Dan tidak lebih dari itu.
 
 Sungguhpun  begitu  pihak  Quraisy  sendiri  sudah seribu kali
 memperhitungkan  hijrah  Nabi  ke  Yahtrib  itu.  Jumlah  kaum
 Muslimin  di  sana  sudah begitu banyak sehingga hampir-hampir
 mereka itu menjadi pihak yang menentukan. Sekarang datang pula
 mereka  yang  hijrah  dari  Mekah menggabungkan diri, sehingga
 mereka jadi  bertambah  kuat  juga  adanya.  Dalam  pada  itu,
 apabila  Muhammad - orang yang sudah mereka kenal berpendirian
 teguh dengan pendapatnya yang tepat dan  berpandangan  jauh  -
 sampai menyusul ke Yathrib, mereka kuatir penduduk Yathrib itu
 kelak akan menyerbu Mekah, atau akan menutup jalur  perjalanan
 perdagangan  mereka  ke  Syam  atau  akan  membuat mereka mati
 kelaparan seperti yang pernah  mereka  lakukan  dulu  terhadap
 Muhammad  dan sahabat-sahabatnya tatkala mereka membuat piagam
 pemboikotan dan memaksa mereka tinggal di  celah-celah  gunung
 selama tigapuluh bulan.
 
 Apabila  Muhammad  masih  tinggal  di  Mekah dan berusaha akan
 meninggalkan tempat itu, maka  mereka  masih  merasa  terancam
 oleh  adanya  tindakan  pihak  Yathrib  dalam membela Nabi dan
 Rasul. Jadi tak ada jalan keluar  bagi  mereka  selain  dengan
 membunuhya.  Dengan  begitu  mereka lepas dari malapetaka yang
 terus-menerus itu. Tetapi kalau juga mereka membunuhnya, tentu
 Keluarga  Hasyim  dan  Keluarga  Muttalib akan menuntut balas.
 Maka pecahlah perang saudara di Mekah, dan suatu bencana  yang
 sangat mereka takuti juga akan datang dari pihak Yathrib.
 
 Sekarang  mereka  mengadakan pertemuan di Dar'n-Nadwa membahas
 semua  persoalan  itu  serta  cara-cara  pencegahannya.  Salah
 seorang dari mereka mengusulkan:
 
 "Masukkan   dia   dalam   kurungan  besi  dan  tutup  pintunya
 rapat-rapat kemudian awasi biar dia  mengalami  nasib  seperti
 penyair-penyair  semacamnya  sebelum  dia;  seperti Zuhair dan
 Nabigha."
 
 Tetapi pendapat ini tidak mendapat suara.
 
 "Kita keluarkan dia dari  lingkungan  kita,  kita  buang  dari
 negeri  kita.  Sesudah  itu  tidak  perlu  kita pedulikan lagi
 urusannya," demikian terdengar suara yang lain. Tetapi  mereka
 kuatir  ia  akan terus menyusul ke Medinah dan apa yang mereka
 takuti justru akan menimpa mereka.
 
 Akhirnya mereka memutuskan, dari setiap kabilah  akan  diambil
 seorang   pemuda  yang  tegap,  dan  setiap  pemuda  itu  akan
 dipersenjatai dengan sebilah pedang yang  tajam,  yang  secara
 bersama-sama sekaligus mereka akan menghantamnya, dan darahnya
 dapat dipencarkan antar-kabilah.  Dengan  demikian  Banu  'Abd
 Manaf takkan dapat memerangi mereka semua. Mereka akan menebus
 darah itu kemudian dengan harta. Maka terlepaslah Quraisy  dan
 orang   yang   membuat   porak-poranda  dan  mencerai-beraikan
 kabilah-kabilah mereka itu.
 
 Mereka menyetujui pendapat ini dan merasa cukup  puas.  Mereka
 mengadakan  seleksi  di  kalangan pemuda-pemuda mereka. Mereka
 menganggap bahwa soal Muhammad akan  sudah  selesai.  Beberapa
 hari  lagi  ia  akan  terkubur  habis  ke dalam tanah, bersama
 ajarannya, dan  mereka  yang  sudah  hijrah  ke  Yathrib  akan
 kembali  ke  tengah-tengah  masyarakat,  akan  kembali  kepada
 kepercayaan dan kepada dewa-dewa mereka.  Quraisy  dan  negeri
 Arab  yang  sudah dipecah-belah, kedudukannya yang sudah mulai
 lemah, dengan demikian akan kembali bersatu.
 
 Catatan kaki:
 
  1 Bai'at'l-'Aqaba, secara harfiah berarti pernyataan
    dan sumpah setia yang diadakan di bukit 'Aqaba (A).
    
  2 Hilf (amak ahlaf) pernyataan sumpah setia-kawan atau
    bersahabat baik antar kabilah bersangkutan yang biasa
    berlaku dalam tradisi masyarakat Arab pada masa itu.
    Halif (jamak hulafa'), yakni pihak yang mengadakan
    persahabatan, kawan-kawan sepersekutuan (A).
    
  3 Hari-hari Tasyriq ialah tiga hari berturut-turut
    setelah hari Raya Kurban (lebaran Haji) (A).
    
  4 Yakni berperang habis-habisan melawan semua orang
    (A).
    
  5 Yakni Quraisy (A).
 

0 komentar:

Post a Comment

Just select text on the page and get instant translation from Google Translate!
Google Translate Client